1) Jantung
Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya
terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Proyeksi jantung kanan secara visual pada
permukaan anterior adalah dibawah sternum dan tulang iga. Pada bagian permukaan inferior
( Apeks dan batas kanan jantung) diatas diafragma.
Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan basal) bertemu dengan paru kanan.
Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri. Batas superior
jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Garis yang
menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan basal jantung. Batas inferior jantung kiri
terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9 cm ke kiri dari garis tengah. Batas inferior
jantung kanan terletak pada intercostae ke-6kira- kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Garis
yang menghubungkan garis inferior kanan dan kiri berkoresponden terhadap inferior surface
jantung dan garis yang menghubungkan inferior dan superior kanan berkoresponden ke border
jantung kanan. Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa
wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat
badan ideal.
Pericardium adalah memberan yang mengelilingi dan melapisi jantung.dan memberan ini
membatasi jantung pada posisi didalam mediastinum.Pericardium terdiri dari dua bagian yaitu
fibrous pericardium dan serous pericardium.Febrous pericardium superficial adalah lapisan
keras,tidak elastik dan merupakan jaringan tebal yang tidak beraturan. Fungsi dari fibrous
pericardium mencegah peregangan berlebihan dari jantung,melindungi dan menempatkan
jantung dalam mediastinum. Serous pericardium adalah lapisan dalam yang tipis,memberan yang
halus yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan parietal adalah lapisan paling luar dari serous
pericardium yang menyatu dengan perikardium fibrosa. Bagian dalam adalah lapisan visceral
yang di sebut juga epicardium,yang menempel pada permukaan jantung ,antara lapisan parietal
dan visceral terdapat cairan yang di sebut cairan perikadial. Cairan perikardial adalah cairan yang
dihasilkan oleh sell pericardial untuk mencegah pergesekan antara memberan saat jantung
berkontraksi.
Lapisan perikardium dapat disebut juga lapisan visceral,dari serous perikardium.lapisan luar
yang transparan dari dinding jantung terdiri dari mesothelium yang bertekstur licin pada
permukaan jantung. Myocardium adalah jaringan otot jantung yang paling tebal dari jantung dan
berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat involunter. Endocardium adalah lapisan tipis dari
endotelium yang melapisi lapisan tipis jaringan penghubung yang memberikan suatu batas yang
licin bagi ruang-ruang jantung dan menutupi katup-katup jantung .Endocardium bersambung
dengan endothelial yang melapisi pembuluh besar jantung.
Jantung terdiri dari empat ruang,dua atrium dan dua ventrikel pada bagian anterior.Setiap
atrium terdapat auricle,setiap aurikel meningkatkan kapasitas ruang atrium sehingga atrium
menerima volume darah yang lebih besar. Pada permukaan jantung terdapat lekuk yang saling
berhubungan disebut sulkus yang mengandung pembuluh darah koroner dan sejumlah lemak.
Masing-masing sulkus memberi tanda batas eksternal antar dua ruang jantung. Sulkus koroner
bagian dalam mengelilingi sebagian jantung dan memberi tanda batas antara atrium superior dan
ventrikel inferior.
Sulkus interventrikuler anterior adalah lekukan dangkal pada permukaan depan jantung yang
memberi tanda batas antara ventrikel kanan dan kiri,sulkus ini berlanjut mengelilingi permukaan
posterior jantung yang disebut sulkus interventrikuler posterior dimana memberi tanda batas
antar ventrikel di bagian belakang jantung.
Atrium kanan
Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan sinus koronarius.Pada
bagian antero superior atrium kanan terdapat lekukan ruang yang berbentuk daun telinga yang
disebut aurikel, pada bagian posterior dan septal licin dan rata tetapi daerah lateral dan aurikel
permukaannya kasar serta tersusun dari serabut-serabut otot yang berjalan pararel yang disebut
pactinatus. Tebal dinding antrium kanan 2 cm.
Ventrikel kanan
Ventrikel kanan membentuk hampir sebagian besar permukaan depan jantung.Bagian dalam
dari ventrikel kanan terdiri dari tonjolan-tonjolan yang terbentuk dari ikatan jaringan serabut otot
jantung yang disebut trabeculae carneae. Beberapa trabeculae carneae merupakan bagian yang
membawa sistem konduksi dari jantung.
Daun katup trikuspid dihubungkan dengan tali seperti tendon yang disebut dengan chorda
tendinea yang disambungkan dengan trabekula yang berbentuk kerucut yang disebut papillary
muscle. Ventrikel kanan dipisahkan dengan ventrikel kiri oleh interventrikuler septum. Darah
dari ventrikel kanan melalui katup semilunar pulmonal ke pembuluh darah arteri besar yang
disebut pulmonary truk yang dibagi menjadi arteri pulmonal kanan dan kiri.
Atrium kiri
Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.Atrium kiri menerima darah dari paru-
paru melalui empat vena pulmonal.Seperti pada atrium kanan bagian dalam atrium kiri
mempunyai dinding posterior yang lunak. Darah dibawa dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui
katup bikuspid dimana mempunyai dua daun katup.
Ventrikel kiri
Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan mengandung
trabecula carneae dan mempunyai chorda tendinea yang dimana mengikat daun katup bikuspid
ke papillary muscle. Darah dibawa dari ventrikel kiri melalui katup semilunar aorta ke arteri
yang paling besar keseluruh tubuh yang disebut aorta asending.Dari sini sebagian darah mengalir
ke arteri coronary,dimana merupakan cabang dari aorta asending dan membawa darah kedinding
jantung,sebagian darah masuk ke arkus aorta dan aorta desending.Cabang dari arkus aorta dan
aorta desending membawa darah keseluruh tubuh.
Membuka dan menutupnya katup jantung terjadi karena perubahan tekanan pada saat jantung
kontraksi dan relaksasi.Setiap katup jantung membantu aliran darah satu arah dengan cara
membuka dan menutup katup untuk mencegah aliran balik.
Katup Atrioventrikuler
Pada saat ventrikel kontraksi,tekanan darah membuat daun katup keatas sampai tepi daun
katup bertemu dan menutup kembali. Pada saat bersamaan muskuler papilaris berkontraksi
dimana menarik dan mengencangkan chorda tendinea hal ini mencegah daun katup terdorong ke
arah atrium akibat tekanan ventrikel yang tinggi. Jika daun katup dan chorda tendinea mengalami
kerusakan maka terjadi kebocoran darah atau aliran balik ke atrium ketika terjadi kontraksi
ventrikel.
Katup Semilunar
Terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara aorta dan ventrikel
kiri. Kedua katup semilunar terdiri dari tiga daun katup yang berbentuk sama yang simetris
disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adanya
katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonal
atau aorta selama sistol ventrikel dan mencegah aliran balik waktu diastolik ventrikel .
Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi,dimana tekanan
ventrikel lebih tinggi dari pada tekanan di dalam pembuluh-pembuluh .
3) Darah
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di
seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah
terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit.
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada system kardiovaskuler. Secara
normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seorang laki-laki dengan berat badan 70
kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600ml. Dari jumlah tersebut sekitar 55%
merupakan plasma. Volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang
yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
SIRKULASI DARAH
Sirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi
pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.
Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali paru-
paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta kemudian ke
seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke jantung (atrium
kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke jantung melalui vena cava
superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung melalui vena cava inferior.
B. SEL Eksitabel
Pengertian Sel Eksitabel
Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi. Jaringan eksitabel
apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa potensial aksi.
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel dengan
lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya hanya dapat dilalui
molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan berbagai ion. Berdasarkan
analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh membran sel terdiri atas lapisan protein
dan lapisan lipid (lipoprotein). Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan
lipid rangkap dua (lipid bilayer). Lapisan lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid
yang mengandung gugus fosfat dan terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian ekor
(nonpolar tail). Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian ekorbersifat
hidrofobik (tidak suka air). Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk dua
macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein integral atau
intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head) lipid rangkap dua
bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala (polar head) lipid rangkap dua
bagian dalam.
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi tubuh selain
air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda. Kalium dan fosfat
adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida adalah elektrolit utama CES.
Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-basa, keseimbangan cairan, dan fungsi
sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan
berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa
dan cairan. Selain itu masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya
kalsium dan magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses
pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas
enzim, pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan
menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus selalu
tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang seimbang.
Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur masukan dan keluaran air
dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite gain) diperoleh terutama melalui
makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water and electrolite loss) secara eksresi melalui
buang air kecil dan buang air besar, dan secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam
bentuk keringat. Masukan dan keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus.
Perubahan volume CES maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk
mengurangi atau meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan
eksresi air melalui ginjal.
Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi oleh membrane. Membrane
yang membatasi organel mempunyai struktur molekul yang sama dengan membrane plasma yang
terdiri atas molekul-molekul lemak dan protein.
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel dan
cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga hanya dapat diamati
dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S. singer dan E. Nicolson (1972)
mengemukakan teori tentang membrane sel yang dikenal dengan teori membrane mozaik cair.
Teori ini menyatakan bahwa membrane sel tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun
mozaik atau tersebar dan masing-masing tersisip atau tenggelam di antara lapisan ganda
fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama merupakan
fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer fosfolipid disebut protein
instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak air.
Karena susunan membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat semipermeable.
Membrane sel tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung dengan permukaan luar
membrane amat berlainan dari protein yang ekstrinsik yang bergabung dengan membrane dalam.
Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau transportasi dari atau keluar sel.
Potensial Membran
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara kedua sisi
membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila sel yang dalam
keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan dengan level yang cukup maka
sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif,
potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif
di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini
dimulai dari suatu titik di permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan
membran. Bila seluruh permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel
disebut dalam keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi. Dalam
keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam menuju kembali ke
negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan merambat ke seluruh permukaan
membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan
sel dalam keadaan istirahat atau keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan
berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel.
Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian
kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut
potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel
lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial
aksi dari suatu sel yang semula dalam keadaan istirahat.
C. PEMBULUH DARAH
4. Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke dalam
vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri,
sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang
lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka
memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Di dalam tubuh, selain pembuluh darah juga terdapat pembuluh limfe. Pembuluh ini mengangkut
cairan dari jaringan menuju darah. Selain itu, juga mengangkut lemak dan bahan bahan asing
untuk dirombak ke nodus limfe. Pembuluh limfa bermuara di berbagai jaringan dan
peredarannya termasuk sirkulasi terbuka. Di dalam tubuh terdapat dua pembuluh limfe berukuran
besar sebagai berikut.
Pembuluh limfe ini mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada sebelah kanan, dan lengan
kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara pada pembuluh balik di bawah vena subclavia dextra
(vena yang melewati tulang selangka sebelah kanan).
Pembuluh ini mengangkut limfe yang berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara ke pembuluh
balik di bawah vena subclavia sinestra (vena yang melewati tulang selangka kiri). Pembuluh
limfe dada juga merupakan tempat bermuaranya pembuluh kil atau pembuluh lemak, yaitu
pembuluh yang mengumpulkan asam lemak yang diserap dari usus. Lemak inilah yang
menyebabkan cairan limfe berwarna kuning keputih-putihan.
Limfe berasal dari cairan seluruh bagian tubuh. Hal ini memungkinkan di dalam limfe terdapat
kuman-kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini perlu difilter oleh pembuluh limfe. Proses
ini dilakukan oleh kelenjar limfe. Jadi, bila terdapat kuman pada suatu luka, maka kuman
tersebut akan dibinasakan sebelum masuk ke dalam sirkulasi darah.
1. Kelenjar limfe di lipat siku, ketiak, lipatan paha, lutut, dan leher.
2. Kelenjar limfe di selaput lendir usus.
3. Kelenjar folikel di pangkal lidah.
4. Tonsil.
5. Adenoid di dinding tekak.
Sistem sirkulasi limfe juga mempunyai beberapa fungsi penting di dalam tubuh di antaranya
sebagai berikut.
Aliran limfe dalam pembuluh limfe ini dipengaruhi oleh kontraksi otot rangka. Jadi, terdapat
perbedaan antara sirkulasi darah dengan sirkulasi limfe, perbedaan ini dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Jalinan pembuluh limfe terdiri dari tiga ruangan utama. Kapiler limfe merupakan tempat absorpsi
limfe seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh pengumpul yang melewati
ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara kedalam sistem vena melalui duktus
torasikus. Pembuluh pengumpul secara periodik diselingi oleh kelenjar limfe, yang menyaring
limfe dan terutama melakukan fungsi imunologi.
Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah, kecuali bahwa membran basalis tidak begitu tegas.
Telah diketahui adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang berdekatan, sehingga
partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya. Jaringan tertentu tampaknya tidak
mempunyai pembuluh limfe.Keseluruhan epidermis, sistem saraf pusat, selubung mata dan otot,
kartilago dan tendon tidak mempunyai pembuluh limfe. Dermis kaya akan pembuluh limfe yang
mudah dikenal dengan penyuntikan intradermis zat warna tertentu. Pembuluh tanpa katup ini
berhubungan dengan pembuluh pengumpul pada sambungan dermis-subkutis. Pembulu limfe
superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran berkatup yang terutama melewati sisi
medial ekstremitas ke arah lipat paha atau aksila, dimana saluran ini berakhir dlam satu kelenjar
limfe atau lebih. Pembuluh ini mempertahankan kaliber yang seragam waktu naik dan sering
berhubungan satu sama lain melalui cabang yang menyilang. Sistem pembuluh limfe profunda
yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan ini mengikuti dengan dengan rapat jalur
vaskular utama profunda terhadap fasia otot. Pada individu normal, ada sedikit (jika ada)
hubungan antara dua sistem.
Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah dengan adventisia
berbatas tegas, suatu media yang mengandung sel otot polos dan suatu intima. Pembuluh ini juga
dipersarafi dan, telah diamati adanya spasme maupun kontraksi alamiah berirama.
Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe pengumpul. Masing-
masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe eferen yang masuk melalui
kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasai daerah korteks dan medula, dan keluar
melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks terutama mengandung limfosit, yang tersusun
dalam folikel yang dipisahkan oleh perluasan trabekular kapsula ini. Di dalam folikek terdapat
sentrum germinativum diskrit. Medula bisa mengandung makrofag dan sel plasma maupun
limfosit, dan sel-sel ini dianggap dalam keseimbangan dinamik di dalam kelenjar limfe. Tiap
kelenjar limfe juga mempunyai supali saraf dan vaskular yang terpisah, dan sekarang sudah
diketahui bahwa interaksi pembuluh limfe-vaskular bisa timbul di dalam kelenjar limfe.
Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna kili dekat aorta di
dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk menjadi duktus
torasikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembulu limfe visera totem vena melalui
persatuan dengan vena subklavia sisnistra. Uktus limfatikus dekstra yang terpsah, memberikan
drainase untuk ekstremitas kanan atas dan leher serta memasuki vena sublavia dekstra.
Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama sistem limfe
adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial merupakan filtrat plasma
yang memnyilang dinding kapiler dan kecepatan pembentukannya tergantung pada perbedaan
tekanan di antara membran ini. Pappenhimer dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori
kapiler adalah kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma.
Molekul besar ini yang tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung
menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan
ruang interstiasial tergantung pada empat faktor : tekanan hidrostatik di dalam kapiler dan di
dalam ruang interstiasial serta tekanan osmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan onkotik
plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1
mmHg. Tekanan hidrostatik pada ujung arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung
vena 17 mmHg. Tekanan Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda
sebesar –2mmHg dalam jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih
cairan keluar dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi
dari suatu kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ). Normalnya aliran
keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke sirkulasi melalui
pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari. Kecepatan aliran sangat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi protein dalam
plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan
keutuhan kapiler.
Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi intrinsik
yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah duktus
torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan saluran limfe dan
karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di dorong ke arah kepala.
Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan, juga menekan pembulu limfe,
mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yang berhubungan
dengan pernafasn, membentuk mekanisme pompa lain untuk mendoong limfe melalui
mediastitinum. Aliran darah yang cepat dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon
pada duktus torasikus.
2.2 FISIOLOGI
A. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekana
tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab terhadap aliran darah
dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot berkontraksi darah
terdorong dari vebtrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan
aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang katup aorta akan menutup dan keluaran dari
vebtrikel kiri terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan darah
pembuluh darah tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah
secara progresif ke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke antrium kanan
karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan tekanan juga
bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru dan kembali ke antrium
kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara bermakna lebih rendah dari tekanan
sirkulasi sitemik karena aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
B. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium dan
kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam sebuah
sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya terdapat
perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negatif dan bagian luar
yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase
depolarisasi. Permeabilitas membran sel berubah dan ion bergerak melintasinya. Dengan
bergeraknya ion ke dalam sel maka bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi
setelah depolarisasi.sel otot jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika sel-sel
tetengganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi akabat stimulasi listrik
eksternal).depolarisasi sebuah sel sisrem hantaran khusus yang memadai akan mengakibatkan
depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.Repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan
dasar (menjadi lebih negatif),dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi,permeabilitas membran sel
terhadap kalsium akan berubah,sehingga memungkinkan ambilan kalsium ke dalam sel. Influks
kalsium,yang terjadi selama fase plateau repolarisasi,jauh lebih lambat dibandingkan natrium dan
berlangsung lebih lama. Interaksi antara perubahan voltase membran dan kontraksi otot di
nbamkan kopling elektromekanikal.
Otot jantung,tidak seperti otot lurik atau otot polos,mempunyai periode refraktori yang
panjang,pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi.Hal tersebut melindungi jantung
dari kontraksi berkepanjangan (tetani),yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada komposisi
cairan interstisialsekitar otot jantung.Komposisi cairan tersebut pada gilirannya tergantung pada
komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium dapat mempengaruhi kontraksi serabut
otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium darah juga penting,karena kalium mempengaruhi
voltase listrik normal sel.
C. Mekanisme Jantung Sebagai Pompa
Pada kurva EKG, sistolik atrium dimulai setelah gelombang P dan sistolik ventrikel dekat
akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi menghasilkan runtutan
perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa
istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh darah merujuk pada puncak tekanan tertinggi
yang dicapai selama sistolik, bukan tekanan rata-rata; demikian pula halnya, tekanan diastolik
merujuk pada tekanan terendah selama diastolik.
D. Sistem Konduksi
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik. Jaringan
tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
1. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk merangsang otot
jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di mulai dari nodus SA ke
nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA memiliki
otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan kecepatan lebih cepat
dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100 denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja
sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian bawah septum interatrial terdapat nodus
atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk menghantarkan,memperlambat,potensial aksi
atrial sebelum ia mengirimnya ke ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang
berbeda. Nodus AV memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi
telah di keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi sekaligus,ke jaringan
konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel. Pelambatan nodus
AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh mengejeksi kelebihan darahnya ke
dalam ventrikel,sebagai persiapan untuk sistole ventrikel.
Dari nodus AV ,impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang berkas kanan
dan kiri,dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke jaringan miokard ventrikel
itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar 3-7 kali lebih cepat dari pada
melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan serabut purkinye dapat mendekati kontraksi
simultan dari semua bagian ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa
maksimal.
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding
tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan aorta yang
tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh. Pembuluh arteri yang asalnya dari
bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis yang betugas membawa darah yang
terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
Pembuluh darah vena atau balik
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang bersifat
tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian
atas tubuh. Pembuluh vena kava pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian
bawah tubuh.
Pembuluh darah kapiler
pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri. Jaringan
pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter dari suatu
jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah.
2.3 BOIFISIKA
A. Listrik Jantung
Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu bermuatan
positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium jantung
terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang mengalami depolarisasi
sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena proses depolarisasi menyebar
kesegala arah melalui jantung,perbedaan potensial yang tampak hanya menetap selama
seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang sebenarnya hanya dapat dilakukan dengan
alat perekam yang berkecepatan tinggi.
Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus listrik
yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di sekeliling jantung
juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena itu,sebenarnya jantung
terendam did lam media yang konduktif. Bila satu bagian ventrikal mengalami depolarisasi
maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di bandingkan bagian lainnya. Aliran listrik akan
mengalir dari daerah yang terdepolarisasi menuju ke daerah yang terpolarisasi melalui jalur
melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-muloa akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya segera
menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan menyebabkan
kenegatifan di bagian dalam ventrikel,sedangkan di bagian luar dinding ventrikel akan
mengalami kepositifan,dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan yang terdapat di
sekeliling ventrikael menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik rata-rata dengan
kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata dengan kepositifan akan
mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi,arus juga tetap mengalir
menurut arah penyebaran yang sama,sementara depolarisasi menyebar dari permukaan
endokardium keluar melalui masa otot ventrikel.Kemudian,sesaat sebelum proses depolarisasi
selesai melintasi ventrikel,selama kira-kira 0,01 detik,rata-rata aliran arus listrik ini akan
terbalik,yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke bagian basal,sebab bagian ja ntung
yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding bagian luar ventrikel yang dekat dengan basal
jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal,selama hampir seluruh siklus depolarisasi,arus
mengalir dari negative ke positif,terutama dari arah basal jantung menuju ke apeks kecuali pada
bagian akhir dari proses depolarisasi.
B. Konduksi Jantung
Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini
bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi
60 – 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV
Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu :
40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai
oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ) Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan
diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel
impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga
tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 20 – 40 kali permenit.
Bentuk Gelombang dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan
penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan
voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
a) Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari
nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu
kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk
melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah
bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya,
irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena
arah depolarisasi atrium terbalik.
b) Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup
juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV. Interval
normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan
adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama.
c) Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa
otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya
lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls
melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan
melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga
akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang
mempercepat penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan
meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi
atrium terjadi selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan
menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi.
d) Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap
awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak
tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium
sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan
menurunkan segmen ST.
e) Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T ini
agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T
berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan
mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.
f) Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi
sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat
antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
2.4 BIOKIMIA
Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan DNA
akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi (misalnya radiasi gamma atau sinar
X), dapat menyebabkan sel memulai proses apoptosis
1. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
2. Sebagai bagian dari pertumbuhan
3. Regulasi sistem imun
Sel B dan Sel T merupakan pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang dapat
menginfeksi tubuh. “Sel T pembunuh” (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar potongan-
potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi), atau terpapar antigen asing
karena adanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel tersebut bermigrasi keluar dari
lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak sempurna atau terinfeksi, dan
membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel terprogram
Proses apoptosis secara morfologi :
Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat dilihat menggunakan
mikroskop
1. Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton
mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi
oleh mekanisme sel itu sendiri.
2. Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
3. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan padat
pada membran inti.
4. Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-potong.
5. Lapisan dalam dari membran sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan mencuat keluar
dan dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel mengalami fagositosis, atau
6. Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang kemudian
difagositosis.
C. Nekrosis Sel
Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut. Nekrosis
merupakan perubahan morfologik yang menyusul kematian sel pada jaringan atau organ hidup.
Dua proses menyebabkan perubahan morfologik dasar pada nekrosis:
Denaturasi protein
Pencernaan enzimatik organel dan sitosol.
Mekanisme:
Enzym digestion sel – liquefaktif nekrosis.
Denaturasi protein – koagulatif nekrosis
Macam Nekrosis
Nekrosis koagulatif: sel nekrotik bentuknya tetap, akibat sel litik dihambat kondisi lokal → pada
jantung, ginjal, limpa
Nekrosis liquefaktif: sel nekrosik mengalami pencairan akibat kerja enzim → pada otak
dan medulla spinalis
Nekrosis kaseosa: sel nekrotik hancur, tetapi pecahanya tetap berada disekitarnya → pada
paru
Gangren: nekrosis koagulatif akibat kekurangan aliran darah dan disertai tumbuhnya
bakteri safrofit yang berlebihan (gangren kering pada tungkai, gangren basah pada usus)
Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik) → nekrosis terjadi akibat enzim pankreas
mengalir diluar duktus → pada pankreas
Indikator Nekrosis
Hilangnya fungsi organ
Peradangan disekitar nekrosis
Demam
Malaise
Lekositosis
Peningkatan enzim serum