Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benjolan pada tubuh seseorang terutama pada bagian tulang tentunya sangat
tidak bagus dalam pandangan, dikarena menimbulkan kesan yang aneh pada tubuh
seseorang, misalnya benjolan pada lutut maupun bagian tubuh yang lain. Tumor tulang
merupakan penyakit yang bisa membuat seseorang malu akan penampilan fisiknya
sehingga malu untuk menunjukkannya pada masyarakat. Dan kita tahu bahwa sistem
muskuloskeletal merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia unruk
menunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan dan melindungi organ-organ yang
lainnya. Jadi akan sangat terasa jika ada bagian pada tulang yang mengalami gangguan
terutam semisal tumor tulang.
Tumor pada umumnya ada yang bersifat primer dan sekunder. Tumor prime yaitu
tumor yang hanya berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada
payudara. Sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian
tubuh yang lain, semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru
atau orga vital lainnya.
Peran perawat sangat di butuhkan dalam membantu menangani pasien dengan tumor
tulang, dikarenakan pasien akan sangat kesulitan dalam hal mobilisasi gerak, oleh karena
itu perawat dituntut agar bisa menguasai secara penuh mengenai penyakit tersebut
sehingga bisa bekerja secara profesional dalam melakukan asuhan keperawatan dan
perawatan yang suportif pada penderita tumor tulang

1.2 Rumusan Masalah


1.Defenisi tumor tulang
2.Menjelaskan etiologi hingga patofisiologi serta manifestasi klinis
3.Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tumor tulang
2. Mengetahui etiologi hingga patofisiologi serta manifestasi klinis
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang

1
1.4 Manfaat
Diharapkan melalui makalah ini perawat bisa lebih memahami dan mengerti
mengenai tumor tulang, sehingga bisa menjadi pedoman jika dikemudian hari merawat
pasien dengan diagnosa medis tumor tulang, sehingga bisa melakukan tindakan dan
asuhan keperawatan dengan tepat dan perawatan yang profesional.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma), progresif
dimana sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal
dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan
normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut.
Tumor tulang ada yang primer dan sekunder.Tumor primer yaitu tumor yang hanya
berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada payudara. Sedangkan
tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian tubuh yang lain,
semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru atau organ vital
lainnya.
2.2 KLASIFIKASI
Keganasan tulang primer dikalsifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel
atau jaringan yang mendasarinya. Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan
fibrosa, retikuloendotelial dan vaskular.
Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang
sekunder dan kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang
disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang
lainnya. Umumnya kanker tulang sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker
sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar ke tulang kemudian berkembang
menjadi kanker tulang.
Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada
tulang-tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang
sebelumnya ada pada tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel
kankernya pada tulang seperti kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.
Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang
berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

3
2.3 ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang.
•Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi )
(Smeltzer. 2001)
Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi
penyebab tumor tulang meliputi
1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga
mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen
yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen
lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double
Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53
yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi
seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi.
Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin
yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma
akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida

4
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain
itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida
dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan
riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
5. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan
kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma
mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke
tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul
akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri
dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih
rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur timbul sebelum
gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang
panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi
terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga
parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar
abdomen.

5
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.
Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi,
kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah
merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah
terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan.
2.5 PATOFISIOLOGI
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :
- Perluasan secara langsung
- Mengikuti aliran darah balik vena
- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler
pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk
emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan
mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang
yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi
osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor
pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-
1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula.
Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi
pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat
menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik
atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate.
Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan
tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.

6
2.6 PATHWAY

7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Foto tulang konvensional
Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.
b.Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau
tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau
keterlibatan jaringan 7.
c.MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
d.Scintigraphy ( nuclear medicine )
Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk
menilai metastasis ke tulang.
e.Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)
Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah
pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu
skelet, foto bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu:
- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada
organ-organ tertentu.
- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
- Jenis tulang yang terkena.
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor
. f.Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).
2.8 PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode
seefektip mungkin :
- Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-
3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan
hiperurisemia.
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang
berlebihan akibat metastasis.

8
- Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.
Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena. Terapi hormon digunakan untuk
menghambat aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.
1. Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di
area metastasis.
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur. Biasanya pembedahan
juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan
beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
b) Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identits klien
( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS, diagnose medis )
Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status,
agama, hubungan dengan klien ).
2. Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
c)Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah
dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses
keperawatan.
d) Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada
hubungannya dengan penyakit herediter.
3. Pola aktivitas sehari – hari
a) Aktivitas /Istirahat
1. kelemahan dan atau keletihan.
2. Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
3. Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
4. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
b) Sirkulasi
1.palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

10
2.Perubahan pada TD.
c) Integritas Ego
1.Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious/spiritual).
2.Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
3.Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan.
d) Eliminasi
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan
eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria,
sering berkemih.
e) Makanan/Cairan
1.Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan
pengawet).
2.Anoreksia, mual/muntah.
3.Intoleransi makanan.
4.Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa
otot.
f) Neurosensori
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit).
g) Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
asbes.
h) Keamanan
1.Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
2.pemajanan matahari lama/berlebihan.
i) Seksualitas
1.Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasaan.
2.Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
3.Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.

11
j) Interaksi Social
1.Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
2. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan).
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
4. Observasi dan Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
b) Tanda – tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
c) Pemeriksaan fisik
1.Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
2.Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3.Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
Mungkin hebat atau dangkal
Sering hilang dengan posisi flexi
Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu
menahan objek berat.
4.Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe
regional.

12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Nyeri Akut
DO : Zat karsinogen
- teraba massa tulang
- adanya nyeri tekan pada sisi Pertumbuhan Sel kanker
yang sakit
- pembengkakan di atas Bermetastase melalui PD
tulang dan persendian.
- Adanya peleberan vena.
Sumsum tulang belakang

Aktivitas hematopatik

Plasma tidak matang

Pembelahan sel yang abnormal

Jumlah sel meningkat

Menekan saraf nyeri

Nyeri akut
2. DS : Metastase sel kannker melalui PD Nutrisi kurang dari
DO :
kebutuhan tubuh
- keletihan
- berkeringat pada malam Sumsum tulang
hari
- anorexia Mengalami kerusakan yang luas

Pembentukan substrat ↓

Anemia
Oksigenasi sel ↓

Gangguan metabolic

Transport nutrisi ke sel tubuh ↓

Gangguan nutrisi

3. DS : Metastase sel kannker melalui PD Koping tidak efektif


DO :
- cemas Sumsum tulang
- kurang pengetahuan

13
Perkembangan sel kanker di tulang

Proses penyakit

Kurang pengetahuan

Persepsi tentang penyakit

Anxietas

Koping tidak efektif

4. DS : Gangguan harga
DO : Metastase sel kannker melalui PD
diri
- lemah
- kehilangan alat gerak Sumsum tulang
- moblisasi terbatas
Mengalami kerusakan yang luas

Perkembangan sel kanker di tulang

Gangguan ortopedik

Tindakan operasi

Hilangnya anggota tubuh

Gangguan harga diri


5. DS : Perkembangan sel kanker di tulang Berduka
DO :
- lemah Gangguan ortopedik
- kehilangan alat gerak
- moblisasi terbatas
Tindakan operasi

Berduka

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker tulang ialah :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker.

14
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

15
C. INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Tujuan : 1.


klien Kaji status nyeri 1. Memberikan data dasar
berhubungan mengalami ( lokasi, frekuensi, untuk menentukan dan
dengan agen pengurangan nyeri durasi, dan intensitas mengevaluasi intervensi
cedera biologi KH : nyeri ) yang diberikan.
- Mengikuti aturan
farmakologi yang 2. meningkatkan relaksasi
ditentukan 2. Berikan lingkungan klien.
- Mendemontrasikan yang nyaman, dan
penggunaan aktivitas hiburan
keterampilan ( misalnya : musik,
relaksasi dan televisi ).
aktifitas hiburan
sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik
3. meningkatkan relaksasi
situasi individu. manajemen nyeri yang dapat menurunkan
seperti teknik rasa nyeri klien
relaksasi napas
dalam, visualisasi,
dan bimbingan
imajinasi.

Kolaborasi :
4. Berikan analgesik
sesuai 4. mengurangi nyeri dan
kebutuhan
untuk nyeri. spasme otot

2. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan1. Mengidentifikasi


dari kebutuhan Mengalami makanan setiap hari. kekuatan atau defisiensi
tubuh peningkatan asupan nutrisi.
berhubungan nutrisi yang adekuat2. Ukur tinggi, berat
dengan KH :
status penambahan berat badan, ketebalan kulit 2. Mengengidentifikasi
hipermetabolik badan, bebas tanda trisep setiap hari. keadaan malnutrisi
berkenaan malnutrisi, nilai protein kalori khususnya
dengan kanker. albumin dalam batas bila berat badan dan
normal ( 3,5 – 5,5 pengukuran
g% ) antropometrik kurang
dari norma.

3. Berikan diet TKTP


dan asupan cairan3. Memenuhi kebutuhan
adekuat. metabolik jaringan.
Asupan cairan adekuat
untuk menghilangkan
produk sisa.

16
Kolaborasi : 4. membantu
1) 4. Pantau hasil mengidentifikasi derajat
pemeriksaan malnutrisi
laboratorium sesuai
indikasi.
2)

3. Koping tidak Tujuan : 1. Motivasi pasien dan


1. memberikan kesempatan
efektif Mendemonstrasikan keluarga untuk pada pasien untuk
berhubungan penggunaan mengungkapkan mengungkapkan rasa
dengan rasa mekanisme koping perasaan. takut serta kesalahan
takut tentang efektif dan konsep tentang diagnosis
ketidak tahuan, partisipasi aktif
persepsi tentang dalam aturan 2. membina hubungan
proses penyakit, pengobatan 2. Berikan lingkungan saling percaya dan
dan sistem KH : yang nyaman dimana membantu pasien untuk
pendukung - Pasien tampak rileks pasien dan keluarga merasa diterima dengan
tidak adekuat - Melaporkan merasa aman untuk kondisi apa adanya
berkurangnya mendiskusikan
ansietas perasaan atau
- Mengungkapkan menolak untuk
perasaan mengenai berbicara.
perubahan yang
terjadi pada diri 3. Pertahankan kontak3. Memberikan keyakinan
klien sering dengan pasien bahwa pasien tidak
dan bicara dengan sendiri atau ditolak.
menyentuh pasien.

4. Berikan informasi
akurat, konsisten
mengenai prognosis.
4. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan pasien
membuat ke-putusan
atau pilihan sesuai
realita.

4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan dengan1. Membantu dalam


harga diri mengungkapan orang terdekat memastikan masalah
karena perubahan pengaruh diagnosis untuk memulai proses
hilangnya pemahaman dalam dan pengobatan pemecahan masalah.
bagian tubuh gaya hidup tentang terhadap kehidupan
atau perubahan tubuh, perasaan tidak pribadi pasien dan
kinerja peran berdaya, putus asa keluarga.
dan tidak mampu.
2. Motivasi pasien dan
KH : keluarga untuk
Mulai mengungkapkan
2. Membantu dalam
mengembangkan perasaan tentang efek
pemecahan masalah
mekanisme koping kanker atau

17
untuk menghadapi pengobatan.
masalah secara
efektif. 3. Pertahankan kontak
mata selama interaksi
dengan pasien dan
keluarga dan bicara3. Menunjukkan rasa
dengan menyentuh empati dan menjaga
pasien. hubungan saling percaya
dengan pasien dan
keluarga.

5. Berduka Tujuan : 1. Lakukan pendekatan 1. Meningkatkan rasa


berhubungan Keluarga dan klien langsung dengan percaya dengan klien.
dengan siap menghadapi klien.
kemungkinan kemungkinan
kehilangan alat kehilangan anggota2. Diskusikan
2. Memberikan dukungan
gerak gerak. kurangnya alternatif moril kepada klien untuk
pengobatan. menerima pembedahan.
KH :
Pasien 3. Membantu dalam
menyesuaikan diri 3. Ajarkan penggunaan melakukan mobilitas dan
terhadap kehilangan alat bantu seperti meningkatkan
anggota gerak kursi roda atau kruk kemandirian pasien.
Mengalami sesegera mungkin
peninggkatan sesuai dengan
mobilitas kemampuan pasien.

4. Motivasi dan libatkan


pasien dalam aktifitas
bermain.
4. Secara tidak langgsung
memberikan latihan
mobilisasi

18
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dengan format sbb :

NO. HARI / TGL DIAGNOSA KEP. TINDAKAN KEP. RESPON HASIL

E.EVALUASI
NO. TGL JAM DIAGOSA KEP. EVALUASI PARAF

S : Data subjektif yang di dapat dari


pengkajian langsung kepada klien atau
hal yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian dilakukan.

O : Data objektif yang didapat dari


hasil pengkajian oleh perawat
( misalnya keadaan umum, TTV ).

A : Apakah masalah teratasi, teratasi


sebagian, atau belum teratasi yang
disesuaikan dengan kriteria hasil yang
diharapkan pada kolom intervensi. Jika
sesuai dengan kriteria hasil maka dapat
ditulis ” Masalah teratasi ”

P : Tindakan selanjutnya yang akan


dilakukan.

Jika masalah teratasi maka intervensi


dihentikan, sebaliknya jika masalah
belum teratassi atau teratasi sebagian
maka intervensi dilanjutkan.

19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor tulang merupakan penyakkit yang hampir sama dengan kanker,
demikian juga dengan pengklasifikasiannya. Penyebab tumor tullang belum pasti
namun berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
munculnya tumor tulang, diataranya genetik, radiasi, bahan kimia, infeksi dll, namun
yang satu yang pasti, bahwa tumor tulang terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel
yang abnormal terus bertumbuh atau bisa disebut sebagai “sel-sel raksasa”
B. SARAN
Saya sadar bahwa makalah ini sungguh sangat tidak sempurna dikarenakan satu atau
dua hal, namun jauh dari itu kami berharap agar makalah ini sedikitnya
bisabermanfaat bagi kita semua dikemudian hari, dan kami juga sangat mengharapkan
saran dan kritikan dari dosen yang dapat membangun dan membantu kami agar
dikemudian hari kami dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan apa yang di tugaskan
kepada kami, akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih atas waktu dan
kesempatan yang telah diberikan untuk membaca dan mengoreksi hasil makalah kami
ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.

EGCDonges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.

Jakarta. EGC

Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.

Jakarta. EGC

21

Anda mungkin juga menyukai