Manusia pertama masuk Islam. Rasulullah tidak berpoligami semasa hayat Siti
Khadijah. Berusia 40 tahun ketika berkahwin dengan Nabi. Wanita paling terhormat
di kalangan kaumnya dari segi keturunan, kekayaan dan kepintaran. Meninggal
tahun ketiga sebelum hijrah.
Wanita pertama dinikahi selepas kewafatan Siti Khadijah. Berusia 65 tahun ketika
berkahwin dengan Nabi. Rasulullah meminangnya untuk menjaga anak-anak
Rasulullah dengan Khadijah.
Berusia 34 tahun ketika berkahwin dengan Nabi bagi memecah tembok permusuhan
dengan kabilah Bani Makhzun terhadap Islam dan memadamkan kebencian mereka.
Wanita pertama hijrah ke Habsyah. Paras cantik dan akal pintar.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Seorang yang sangat kuat beribadah, paling banyak bersedekah dan memuliakan
orang miskin. Berusia 35 tahun ketika berkahwin dengan Nabi. Perkahwinan dengan
Rasulullah adalah perintah langsung daripada Allah.
Tawanan perang bani Mustalaq yang dibebaskan oleh Rasulullah dan kemudian
dinikahi Baginda. Berusia 21 tahun ketika berkahwin dengan Nabi. Banyak berpuasa
dan beribadat.
Berusia 25 tahun ketika berkahwin dengan Nabi bagi menyebarkan syiar Islam.
Paling bertakwa dan bersungguh-sungguh menyambung silaturahim.
Siapakah khadijah?
Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan
budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada
umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal
kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-
urusan perniagaannya ke luar negeri.
Banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas
kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus
kerana tak ada yang berkenan di hatinya.
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam
rumahnya serta memancarkan sinarnya merata kesemua tempat sehingga tiada
sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.
Mimpi itu diceritakan kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia
seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang
sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam
agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak
dengan seorang Nabi akhir zaman.” “Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya
Khadijah bersungguh-sungguh. “Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat. “Dari
suku mana?” “Dari suku Quraisy juga.” Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga
mana?” “Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan
nada menghibur. Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan
pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai sepupuku?” Orang
tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!”
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum
pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah
senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang
pemimpin itu.
Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi
pasti.
Muhammad SAW: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam
rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh
bagi anak saudaranya yang yatim piatu”
khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): “Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia
dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi
pengkhidmat dan pengabdi kepadamu”.
Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
Ia menceritakan kepada Pamannya.
Rasulullah SAW: “Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah r.a.
Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu….”
Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu.
‘Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik
darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya:
“Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya”.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: “Khadijah, kalau kamu
mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan
dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku
Muhammad?”
Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan
dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah:
Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita
bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. “Tapi Khadijah,
apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?” tanya
‘Atiqah sambil meneruskan: “Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.” “Ia
belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan
perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah
diadakan majlis lamaran”, Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat.
Ia yakin Waraqah takkan keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan
bersuamikan seorang Nabi akhir zaman.
‘Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera
menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu
Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan ‘Atiqah
dengan Khadijah “Itu bagus sekali”, kata Abu Thalib, “tapi kita harus bermusyawarah
dengan Muhammad SAW lebih dulu.”
Nafisah “Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu
engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu
pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?”
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung
menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah
Muhammad SAW menerimapemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil
pertemuan dengan Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan
seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya.
Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan,
cantik, hartawan, budiman. Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan
untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan
janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang masih segar,
bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang
penuh keindahan itu.
Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja
dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara
sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk
berunding dengan wanita yang berkenaan.
Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: “Hai anak
sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah,
memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula
pertalian kekeluargaannya luas”. “Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak
berharta”, ujar Waraqah. “Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak
memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya,”
demikian Khadijah r.a menyerahkan urusannya.
Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak
keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua
mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kawin lima ratus dirham. Abu
Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan “Ash-Shiddiq”, sahabat akrab Muhammad
SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir,
yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam
upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah
seorang hartawan dan bangsawan pula.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari
Jum’at, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak
sebagai wali Khadijah r.a ialah pamannya bernama ‘Amir bin Asad.
Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh
Abu Thalib sebagai berikut: “Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang
menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad,
dari keturunan Mudhar. “Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita
penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan
menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.
“Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang
dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian.
Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang
akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW,
tuan-tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti
Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin lima ratus dirham yang akan segera
dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.
“Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa
sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira
(albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati
pernikahan ini”. Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat
meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan
berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh
mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan
menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.
Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada
suaminya dengan ucapan: “Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-
bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah
menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau
redhai !”
Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan Dia (Allah)
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan”.
(Adh-Dhuhaa: 8)
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang
sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.
Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni
enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa
kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian. Tahun
wafatnya disebut “Tahun Kesedihan” (‘Aamul Huzni).
Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika
wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya. Ketika Rasulullah
SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama yang
disampaikan Jibril ‘alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan menggigil
menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah yang pertama
dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil berkata:
“Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah SWT yang menguasai diri
Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh Allah bagi umat
kita. “Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau orang yang
senantiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan? Bukankah engkau
selalu berkata benar? Bukankah engkau senantiasa menyantuni anak yatim piatu,
menghormati tamu dan mengulurkan bantuan kepada setiap orang yang ditimpa
kemalangan dan musibah?”
Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan
kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari
gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam,
menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-
bangsawan dan hartawan Quraisy. Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat
keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain yaitu, menerima
ucapan salam dari Allah SWT. yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s kepada
Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada
Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya dengan syurga.
Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa
terbatas. Nabi SAW pernah berkata: “Wanita yang utama dan yang pertama akan
masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW.,
Maryam binti ‘Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir’aun”.
Wanita Terbaik
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW. terhadap peribadi
Khadijah r.a ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah
percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbanga, dia
telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan
semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan
dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari
isteri-isteri yang lain”.
Putera-puteri Rasulullah SAW. dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki
(kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya
bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani
Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dianggap sebagai keturunan
langsung dari Rasulullah SAW.
Perjuangan Khadijah
Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy,
maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang
da’wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya,
Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu
Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti
itu, dia adalah Ummul Mu’minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi
mereka yang mengikuti teladannya.
Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau
diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira’. Khadijah
adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa
(memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang
menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya
penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.
Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, padahal di hadapan kita
ada “wanita terbaik di dunia,” Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mu’minin yang setia
dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu
berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta
membenarkannya.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :”Wahai, Rasulullah, inilah
Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau
minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari
Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga
dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” [HR.
Bukhari dalam “Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi
berkata:”Keshahihannya telah disepakati.”]
Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang
terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang
bergabung dengan rombongan orang Mu’min yang orang pertama yang beriman
kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama
Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan
kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya
hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita.
Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal
kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di
dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang mulia, sesuai yang
dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit
dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW
melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika
Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada
penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya.
Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar
dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :”Dari mana engkau, wahai, Abal
Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga
mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku.” Maka Rasulullah SAW
menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :”Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi
Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
ini.” Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya,
penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah
mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan,
pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah
melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan
meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka
turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata
kepadanya :”Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda :”Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam
kepadamu dari Tuhanmu.” Maka Khadijah r.a. menjawab :”Allah yang menurunkan
salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril
semoga diberikan salam (kesejahteraan).”
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :”Jibril datang
kepada Nabi SAW, lalu berkata :”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang
membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang
kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan
kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara
ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.” [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi
SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Walaupun nama saudah binti zam'ah tidak popular berbanding isteri-isteri rasullulah
saw yang lain, dia tetap termasuk wanita yang mewakili martabat yang mulia dan
kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt dan RasulNya.
Dalam keadaan kesepian selepas kematian Khadijah ,peristiwa israq dan mikraj
berlaku. Di sana baginda menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. Kaum
musyirikin yang mendengar kisah itu tidak mempercayainya , bahkan memperolok-
olokkan baginda. Dalam keadaan seperti itu, Saudah binti Zam'ah tampil untuk turut
sama berjuang dan sentiasa menyokong Rasullulah saw kemudian dia menjadi isteri
Rasullulah saw yang kedua selepas Khadijah.
Kaulah binti Hakim salah seorang mujahid wanita yang pertama memeluk islam.
Khaulah adalah isteri Usman bin Madh'um. Melalui kehalusan perasaan dan
kelembutan fitrahnya Khaulah sangat memahami keadaan Rasullulah saw yang
sangat mendambakan pendamping yang akan menjaga dan menguruskan baginda
serta mengasuh Ummu Kalthum dan Fatimah selepas Zainab dan Ruqayah
berkahwin.
Dia menjawab,"Jika kamu menginginkan seorang gadis Aisyah binti Abu Bakar ialah
orangnya dan jika kamu inginkan seorang janda Saudah binti Zam'ah ialah
orangnya." Rasullulah saw mengingati nama Saudah kerana sejak keislamannya
beliau begitu banyak memikul beban perjuangan menyebarkan islam. Akhirnya
pilihan Baginda jatuh kepada Saudah.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Saudah merupakan seorang wanita yang besar tinggi,berbadan gemuk, tidak cantik
dan tidak kaya. Dia adalah seorang janda. Perkahwinan pertamanya dengan anak
bapa saudaranya Syukran bin Amr dan menjadi isteri yang setia dan tulus.
Suaminya Syukran , adalah orang yang pertama menerima hidayah Allah swt.
Rasullulah saw memilihnya sebagai isteri kerana keimanannya yang kukuh yang
mampu menjadi pemimpin di rumah ayahnya yang masih musyirik.
Khaulah menemui Saudah dan menyampaikan berita gembira bahawa tidak semua
wanita dianugerahi oleh Allah swt menjadi isteri Rasullulah saw. Ketika bertemu
dengan Saudah, Kaulah memberitahu"Apakah yang kamu lakukan sehingga Allah
swt memberkatimu dengan nikmat sebesar ini? Rasullulah saw mengutusku untuk
meminang kamu untuknya."
Hal itu, merupakan berita besar , Saudah tidak sekali mengimpikan menjadi isteri
Rasullulah setelah orang ramai membiarkannya setelah kematian suami.
Dia tidak pernah mengharapkan dirinya dapat sebaris dengan Khadijah di hati
Rasullulah saw.
Namun, pada dasarnya dia belum mampu mengisi kekosongan hati Rasullulah saw
walaupun dia memperolehi limpahan kasih sayang daripada Rasullulah saw. Tidak
berapa lama kemudian turun wahyu yang memerintahkan Rasullulah saw menikahi
Aisyah binti Abu Bakar yang masih muda.
Saudah rela dan tidak sedikit pun memiliki perasaan cemburu kepada Aisyah. Dia
merelakan madunya berada dalam keluarga Rasullulah saw . Dia merasa cukup
bangga menyandang gelaran ummul mukminin dapat menyayangi Rasullulah dan
dapat menyakini ajarannya, sehingga dia tidak terpengaruh oleh kepentingan
duniawi.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Wajahnya sentiasa ceria dan tutur katanya lemah lembut. Dia bahkan sentiasa
membantu dan menyelesaikan urusan-urusan Aisyah. Aisyah sangat menyayangi
Saudah. Aisyah berkata :"Tidak ada wanita yang kucintai untuk berkumpul bersama-
samanya selain Saudah binti Zam'ah kerana dia memiliki keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh wanita lain."Saudah merelakan malam-malam gilirannya untuk Aisyah
semata-mata untuk memperolehi keredhaan Rasullulah saw.
Saudah mendampingi Rasululah dalam perang khaibar. Pada peperangan ini pula
Rasullulah saw Safiyah binti Huyay bin Akhtab. Mendengar khabar pernikahan itu,
Saudah tetap rela dan menerima kehadiran Safiyah dengan hati yang terbuka dan
bersih hati daripada perasaan cemburu dan iri hati.
Saudah menunaikan haji wada' bersama isteri-isteri Rasullulah saw yang lain.
Setelah haji wada' , Rasullulah saw sakit tenat dan meminta persetujuan isteri-isteri
baginda yang lain untuk tinggal di rumah Aisyah. Ketika Rasullulah saw sakit
Saudah sentiasa menziarahi baginda dan membantu Aisyah menjaga Rasullulah
saw sehingga Rasullulah saw wafat.
Pada zaman kegemilangan Khalifah Umar bin Khattab , Saudah tetap meneruskan
kehidupannya secara sendirian untuk beribadah sehingga ajal datang n. Sebahagian
riwayat menyebutkan bahawa Saudah meninggal pada tahun ke 19 H.
Sifat mulia yang ada dalam dirinya adalah kesabaran dan keredhaannya menerima
takdir Allah swt ketika suaminya meninggal dunia, dia perlu kembali ke rumah ibu
bapanya yang masih musyrik, sehingga Rasullulah saw memilihnya menjadi isteri.
Tak pernah ada perasaan cemburu dalam hatinya terhadap isteri-isteri Rasullulah
saw yang lain.
Saudah juga dikenali dengan kemurahan hatinya dan suka bersedekah. Semga
rahmat Allah sentiasa menyertai Sayidah Saudah binti Zam'ah dan Allah swt
memberinya tempat yang layak di sisiNya.. Amin.
"Saudah rela dan tidak sedikit pun memiliki perasaan cemburu kepada Aisyah. Dia
merelakan madunya berada dalam keluarga Rasullulah saw . Dia merasa cukup
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Aisyah bin Abu Bakar dikurniakan kemuliaan semasa hidup dan selepas meninggal
dunia. Dia bukan sahaja menjadi isteri Rasullulah saw di dunia tetapi di akhirat.
Ketika wahyu turun kepada Rasullulah saw jibrail membawa khabar bahawa Aisyah
adalah isterinya di dunia dan diakhirat sebagaimana diterangkan dalam sebuah
hadis daripada Aisyah,
"Jibrail datang membawa gambarnya pada sepotong sutera hijau kepada Nabi saw ,
kemudian berkata, ini adalah isterimu di dunia dan akhirat."
(HR At-Tarmizi)
Dia menjadi penyebab turunnya firman Allah swt yang menerangkan kesuciannya
dan membebaskannya daripada fitnah orang munafik pada peristiwa Hadithul Ifki.
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi saw diutus menjadi rasul. Semasa dia
bermain-main dengan lincah dan ketika dinikahi Rasullulah saw usianya belum
genap 10 tahun.
"Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat datang menemui
dalam membawa gambarmu pada selembar sutera dengan berkata,"Ini adalah
isterimu." Ketika aku membuka tabirnya wajahmu kelihatan. Kemudian aku berkata
kepadanya,"Jika ini benar daripada Allah swt nescaya akan terlaksana."
Mendengar khabar itu, Abu Bakar dan isterinya sangat gembira. Tambahan pula
Rasullulah saw bersetuju menikahi puteri mereka,Aisyah. Baginda datang ke rumah
mereka dan berlangsunglah pertunangan yang diberkati itu. Setelah pertunangan
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Dengan izin Allah swt, Rasullulah saw menikahi Aisyah dengan mas kahwin 500
dirham. Aisyah tinggal di bilik yang bersebelahan dengan Masjid Nabawi. Banyak
wahyu diturunkan di bilik itu sehinggakan bilik itu disebut juga sebagai tempat
turunnya wahyu.
Dalam hati Rasullulah saw kedudukan Aisyah sungguh istimewa dan tidak dialami
oleh isteri-isteri baginda yang lain. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik dikatakan:
"Cinta pertama yang terjadi dalam islam adalah cinta Rasullulah saw kepada Aisyah
ra"
"Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti isteri Rasullulah saw yang tercinta."
Bagi Aisyah , Rasullulah saw tinggal di biliknya sepanjang Baginda sakit yang mana
merupakan penghormatan buat dirinya menjaga Baginda sehingga ke akhir hayat.
Rasullulah saw dimakamkan di bilik Aisyah di tempat yang sama Baginda wafat.
Aisyah pernah bermimpi melihat tiga bulan jatuh dalam biliknya. Ketika dia
memberitahu hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata:"Jika yang kamu lihat itu
benar maka dirumahmu akan dimakamkan tiga orang yang paling mulia di muka
bumi."
Ketika Rasullulah saw wafat , Abu Bakar berkata :"Baginda berkata,"Baginda adalah
orang yang paling mulia antara ketiga-tiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar
dimakamkan di rumah Aisyah.
Selepas Rasullulah saw wafat, Aisyah sentiasa berhadapan dengan dugaan yang
sangat besar . Namun, dia menghadapi semua dugaan dengan itu dengan hati yang
sabar, penuh kerelaan terhadap takdir Allah swt dan selalu berdiam diri di dalam
rumah semata-mata taat kepada Allah swt.
Rumah Aisyah sentiasa dikunjungi orang ramai daripada segenap penjuru untuk
menimba ilmu untuk menziarahi makam Nabi saw. Ketika isteri-isteri Nabi saw
hendak mengutus Usman menghadap Khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta
pusaka peninggalan Nabi saw yang merupakan bahagian mereka, Aisyah justeru
berkata:"Bukankah Rasullulah saw berkata:"Kami para Nabi tidak meninggalkan
harta pusaka Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah."
Dalam menetapkan hukum, Aisyah kerap menemui wanita yang melanggar syariat
islam. Dalam Tabaqat Ibnu Saad mengatakan bahawa Hafsah binti Abdirrahman
menemui Ummu Mukminin Aisyah ra. Ketika itu Hafsah memakai tudung nipis.
Aisyah menarik tudung wanita tersebut sepantas kilat dan menggantikannya dengan
tudung tebal.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Aisyah tidak pernah mengambil ringan tentang hukum kecuali jika sudah jelas
dalilnya daripada al-Quran dan sunnah. Aisyah merupakan orang yang paling dekat
dengan Rasullulah saw sehingga dia dapat menyaksikan banyak wahyu yang turun
kepada Baginda. Aisyah juga berpeluang untuk terus bertanya kepada Rasullulah
saw jika menemui sesuatu perkara yang tidak difahami tentang sesuatu ayat.
Dengan itu, Aisyah memperolehi ilmu dengan cepat daripada Rasullulah saw.
Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafal hadis-hadis Nabi saw sehingga
para ahli hadis menempatkan dia pada urutan kelima daripada para menghafal hadis
setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh jihad Aisyah meninggal pada usia 66 tahun, dalam
bulan ramadan tahun ke 58 Hijrah dan dimakamkan di Baqi. Kehidupan Aisyah
penuh dengan kemuliaan , kezuhudan, tawaduk dan pengabadian sepenuhnya
kepada Rasullulah saw . Dia juga selalu beribadah serta sentiasa melaksanakan
solat malam.
"Jagalah diri kamu daripada api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma."
"Aisyah merupakan orang yang paling dekat dengan Rasullulah saw sehingga dia
dapat menyaksikan banyak wahyu yang turun kepada Baginda."
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Hafshah ialah anak perempuan kepada seorang lelaki yang terbaik iaitu Saidina
Umar bin Khattab. Aisyah menceritakan sifat Hafshah sama dengan sifat ayahnya
dan mempunyai kelebihan kerana mempunyai kepandaian dalam membaca dan
menulis yang mana kepandaian yang tidak dimiliki oleh lazimnya wanita lain masa
itu.
Sebelum menikahi Rasullulah saw dia adalah isteri kepada Khunais bin Hudzafah
as-Sahami yang berjihad di jalan Allah swt pernah berhujrah ke Habsyah kemudian
ke Madinah dan gugur dalam perang badar.
Umar sangat sedih melihat anaknya telah menjadi janda pada usia yang terlalu
muda. Kemudian dia pergi ke rumah Abu Bakar dan meminta Abu Bakar menikahi
anaknya namun Abu Bakar hanya diam dan tidak menjawab sepatah pun.
Kemudian Umar pergi menemui Usman bin Affan dan memintanya menikahi anak
perempuannya, namun Usman masih dalam kesedihan kerana isterinya Ruqayah
binti Muhammad baru sahaja meninggal dunia. Usman juga menolak permintaan
Umar. Kerana terlalu sedih Umar pun pergi ke Rasullulah dengan niat mengadu
kepada Rasullulah .
Kemudian, Rasullulah saw bersabda :"Hafshah akan menikahi seorang lelaki yang
lebih baik daripada Umar dan Usman dan Usman pula akan menikahi seseorang
yang lebih baik daripada Hafsah." Daripada ucapan ini barulah Umar mengetahui
bahawa Rasullulah yang akan meminang anak perempuannya.
Umar berasa sangat dihormati apabila mendengar bahawa Rasullulah saw akan
menikahi anak perempuannya dan kegembiraan itu jelas kelihatan pada wajahnya
lalu Umar terus bertemu Abu Bakar bagi menyatakan maksud Rasullulah itu.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Abu Bakar berkata :"Aku tidak bermaksud menolak pinanganmu dengan ucapanku
tetapi aku tahu bahawa Rasullulah saw telah menyebut-nyebut nama Hafsah.
Namun aku tidak mungkin memberitahu rahsia ini kepadamu. Seandainya
Rasullulah saw membiarkannya tentu akulah yang akan menikahi Hafsah. "
Barulah Umar memahami mengapa Abu Bakar menolak untuk mengahwini anak
perempuannya. Manakala Usman menolak untuk mengahwini anaknya hanya
kerana bersedih dengan kematian Ruqayah dan dia berniat meminang
saudaranya,Ummu Kaltsum yang membuatkan nasabnya dapat terus bersambung
dengan Rasullulah saw.
Di rumah Rasullulah saw, Hafsah tidur di dalam bilik khas, sama dengan Saudah
dan Aisyah . Secara fitrah Aisyah sangat mencemburui Hafsah kerana mereka
sebaya. Berbeza dengan Saudah binti Zam'ah yang menganggap Hafsah sebagai
wanita mulia , anak perempuan kepada Umar bin Khattab sahabat Rasullulah saw
yang mulia.
Umar berpesan kepada anaknya agar berusaha agar dekat dengan Aisyah dan
mencintainya kerana Umar mengetahu bahawa kedudukan Aisyah sangat tinggi di
hati Rasullulah saw . Orang yang redha terhadap Aisyah bererti redha terhadap
Rasullulah saw.
Selain itu, Umar juga mengingatkan agar Hafsah menjaga tindak tanduknya supaya
antara mereka tidak terjadi perselisihan. Namun, sememangnya menjadi fitrah
manusia jika antara mereka terjadi salah faham biasanya berpunca perasaan
cemburu.
Salah satu contohnya adalah kejadian ketika Hafsah melihat al-Qibtiah datang
menemui Rasullulah saw menyuruhnya suatu urusan. Mariah berada jauh dari
masjid dan Rasullulah saw menyuruhnya masuk ke dalam rumah Hafsah yang
ketika itu pergi ke rumah ayahnya. Dia melihat tabir pintu biliknya tertutup sementara
Rasullulah dan Mariah berada di dalamnya. Melihat kejadian itu , amarah Hafsah
meledak.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ
Sesuatu yang wajar jika isteri-isteri Rasullulah saw berasa cemburu terhadap Mariah
kerana dialah satu-satunya wanita yang melahirkan anak lelaki Rasullulah saw
selepas khadijah ra. Berita kejadian itu segera tersebar padahal Rasullulah saw
telah memerintahkan untuk menutup rahsia tersebut. Berita ini, akhirnya diketahui
oleh Rasullulah sehingga membuatkan Rasullulah saw marah.
Rasullulah saw mahu menceraikan Hafsah tetapi Jibrail datang menemui Rasullulah
saw supaya mempertahankan Hafsah sebagai isterinya kerana dia merupakan
wanita yang berpendirian teguh.
Antara karya terbesar Hafsah dalam sejarah islam adalah terkumpulnya al-Quran di
tangannya setelah mengalami penghapusan. Dialah isteri Nabi saw yang pertama
menyimpan al-
Quran dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma sehingga
kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung.
Mushaf al-Quran yang asli itu berada di rumah Hafsah sehingga dia meninggal
dunia.
KULIAH SIRAH USTAZAH NUR FADZLINA ABDULLAH@ABDUL AZIZ