MEDAN 2014
OLEH
FAZILLA
135102062
FAKULTAS KEPERAWATAN
MEDAN
2014
ABSTRAK
FAZILLA
Latar belakang : Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau
lebih. Bayi yang mengalami konstipasi dapat ditandai dengan tangisan keras,
menjerit kesakitan dan muka menjadi merah sebelum defekasi. Konstipasi
merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi, prevalensinya diperkirakan
0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi 0,7% sampai
26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005 didapatkan
prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9% dan
meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1%.
Tujuan: untuk mengetahui pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi
pada bayi
Metodelogi penelitian : desain Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan
pendekatan eksploratif, 30 sampel dengan teknik Total sampling, di wilayah kerja
Puskesmas Padang Bulan Medan, dengan analisa data univariat.
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Tahun 2014” Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi
Pada saat ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
menyelesaikan Proposal ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
Sumatera Utara.
3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing, Ibu Diah
4. Ibu Pimpinan Puskesmas Padang Bulan Medan yang telah memberikan izin
materil dan doa restunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.
7. Sepupu tersayang penulis: Dora Theresia Lubis, Veny Aresty Lubis, Donal
bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalannya dan harapan
peneliti semoga Proposal ini memberikan manfaatnya berarti bagi kita semua
Amin...
Fazilla
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTA SKEMA ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
ABSTRAK
FAZILLA
Latar belakang : Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau
lebih. Bayi yang mengalami konstipasi dapat ditandai dengan tangisan keras,
menjerit kesakitan dan muka menjadi merah sebelum defekasi. Konstipasi
merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi, prevalensinya diperkirakan
0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi 0,7% sampai
26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005 didapatkan
prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9% dan
meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1%.
Tujuan: untuk mengetahui pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi
pada bayi
Metodelogi penelitian : desain Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan
pendekatan eksploratif, 30 sampel dengan teknik Total sampling, di wilayah kerja
Puskesmas Padang Bulan Medan, dengan analisa data univariat.
PENDAHULUAN
401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1
tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei
AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi
23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi
penurunan AKB secara signifikan selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran
hidup pada tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiranhidup pada tahun 2007.
Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan
balita setelah NTT (Nusa Tenggara Timur) danPapua.Tinggi rendahnya AKB juga
dipengaruhi oleh masa persalinan, pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan,
serta pemberian imunisasi. Oleh karena itu, lamanya pemberian ASI perlu
PASI atau susu formula meskipun ASI tetap diberikan. Pada kondisi yang lain
agar bayi tidak lapar dan menangis mereka memberikan makanan padat pada
pendamping setelah bayi berumur kurang lebih empat bulan, namun pada
kenyatannya terutama di daerah urban atau rural, dimana makanan padat yang
berupa nasi dan pisang sudah diberikan sejak bayi baru lahir. Di beberapa daerah
seperti Madura, beberapa bayi sudah diberi makanan dalam minggu pertama.
tahun 1988 makanan tambahan telah diberikan pada usia 0-2 bulan dengan
prosentase 70,3% dari porsi yang ada. Sedangkan menurut Setyowati (1999)
sekitar 41% bayi umur kurang dari 4 bulan selain diberi ASI juga mendapat
(Setyowati, 1999).
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42% penyebab
kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan
malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI Keadaan
kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI
yang tidak tepat. Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan
terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain
Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan
adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI
eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI . Makanan
sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan
kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang
makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan
oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6
kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Anik, 2010).
Tumbuh kembang yang optimal membutuhkan asupan gizi yang cukup. Bagi
bayi usia 0-6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi di atas 6
bulan diperlukan makanan selain ASI yaitu berupa makanan pendamping ASI
Pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan seharusnya tidak dilakukan
karena pemberian makanan padat sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk
menerima makanan padat, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan
baik dan dapat menyebabkan reaksi sakit pada saluran pencernaan bayi seperti
Survei awal yang dilakukuan peneliti diwilayah kerja puskesmas padang bulan
jumlah keseluruhan bayi sebanyak 1740 bayi, bayi berusia 0-6 bulan sebanyak
1086 bayi, dan selebihnya bayi berusia > 6 bulan. Dari data skunder (2013)
peneiliti juga memperoleh data bayi yang yang diberikan ASI eksklusif sebanyak
diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi
0,7% sampai 26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005
didapatkan prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9%
dan meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1% (Brough, 2008).
Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau lebih. Bayi yang
dan muka menjadi merah sebelum defekasi, bayi belum memiliki koordinasi yang
baik antara tekanan dalam perut dengan relaksasi otot dasar panggul, oleh karena
itu menangis merupakan upaya bayi untuk meningkatkan tekanan dalam rongga
Konstipasi jarang terjadi pada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Konstipasi
biasanya mulai terjadi pada bayi yang diberikan susu formula atau diberikan
makanan tambahan lainnya, konsistensi dari feses (tinja) akan berubah dan dapat
menjadi konstipasi. Tinja pada bayi dengan ASI eksklusif konsistensinya biasanya
lembek, berair, warna kuning tua dan berbiji-biji. Bayi yang memperoleh ASI
mengandung nutrisi nutrisi dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap tubuh.
Pada bayi yang diberi susu formula, sembilit yang terjadi mungkin saja karena
jenis susu botol yang di minumnya. Susu yang mengandung zat besi terlalu tinggi,
yaitu dengan mengambil data skunder puskesmas (2013) diperoleh data angka
kesakitan bayi yang disebabkankan konstipasi masih tinggi yaitu 20% dari 1200
padang bulan.
2. Bagi Penulis
pada bayi.
PEMBAHASAN
Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang
mendanai program untuk anak – anak (united nation childern’n fund) menetapkan
Pediatric merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya, karena tidak ada
susu formula yang dapat menyaingi ASI, yang komposisinya dapat memenuhi
kebutuhan bayi. Proses pemberian ASI akan meningkatkan hubungan emosi yang
Pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro dan zat
gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri,
ASI adalah makanan tunggal terbaik yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan
gizi bayi normal untuk tumbuh dibulan – bulan pertama kehidupannya, ASI juga
diberikan kepada bayi setelah 6 bulan. MP-ASI yang diberikan berupa makanan
cair seperti susu formula, lumatan pisang dan bubur nasi yang telah dihaluskan.
diputuskan untuk beralih pada susu sapi yang dimodifikasi. Makanan pendamping
diberikan karena ibu bayi yang bekerja sehingga ibu tidak memiliki waktu yang
( vivian 2010 ).
peralihan yang diberikan kepada bayi setelah bayi dikatakan cukup asi untuk
metabolisme bayi berkembang baik pada usia 6 bulan. Sebaiknya bayi diberikan
makanan pendamping dalam konsistensi cair dan lunak, sehingga baik untuk
pencernaan bayi.
4. Tidak lagi memiliki “refleks menolak dengan lidah” setiap kali makanan
kemampuan mencerna bayi masih lemah. Selain itu, Anda juga perlu berhati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya reaksi simpang dari makanan, seperti alergi atau
1. Mulailah dengan makanan lunak dan cair, yakni bubur atau bubur susu
yang encer.
makanan yang bermutu baik akan menjamin kualitas gizi yang baik pula.
baik. Lakukan setiap 3-4 hari untuk satu jenis makanan, setelah itu baru
ganti dengan makanan lain. Ini penting, untuk mengetahui apakah ada
padat dan tambahkan porsinya sesuai kondisi bayi. Di atas usia 6 bulan,
anak bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Di usia 9-12 bulan, ia dapat
7. Untuk telur, jika ada riwayat alergi dalam keluarga atau bayi menunjukkan
alergi susu sapi, tunda hingga usia 2 tahun dan makanan laut serta kacang-
giginya. Bahkan, biskuit ini bisa sebagai pengganti bubur susu dengan
Ada beberapa kebutuhan bayi dan jenis contoh makanan pendamping ASI
atau MPASI jenis ini disarankan bubur bayi yang terbuat dari makanan
jenis beras atau sereal. Misalnya bubur oatmeal yang kaya akan serat,
kemudian dicampur dengan susu. Bubur susu ini bisa ditambahkan ubi,
memasukkan sayuran maupun buah dan ini diberikan secara bertahap pula.
3. Biskuit Bayi. Pada umumnya bayi usia 7 bulan sudah bisa memegang dan
Dengan bertambahnya usia bayi, maka makanan yang diasup bayi juga
dengan makanan yang berbentuk bubur atau nasi tim saring. Makanan ini
Pemberiannya pun bergantian antara bubur susu dan tim saring. “Pada
frekuensi awal, bubur susu diberikan 1-2 kali sehari. Namun ketika usia
sedangkan tim saringnya diberikan satu kali sehari. Ketika usia 8 bulan,
bubur susu diberikan hanya sekali, tim saringnya menjadi dua kali dengan
isi yang lebih beragam. Begitu usia bayi 9-10 bulan, baru diberikan tim
5. Nasi Lembek
Sesudah semua tahapan tersebut, baru anak diberikan nasi putih biasa.
Disarankan nasinya masih berupa nasi yang lembek. Namun, ada juga
Pemberian sayur untuk anak pun sangat disarankan. Sayur yang baik
Tapi, bukan berarti sayuran berwarna lain tidak bergizi, hanya saja
jangan langsung 3 macam. Sebab anak bisa diare. Bayi harus harus
Begitu anak makan bubur boleh mulai diberikan telur. Tapi harus
memperlambat pemberian telur, yaitu pada usia lebih dari setahun atau
lebih bagus saat usia 2 tahun. Selain itu, pemberian telur sebaiknya
dimulai dari kuning telur terlebih dahulu, karena alergen biasanya berasal
Pada dasarnya, makanan yang diberikan untuk bayi adalah makanan yang
sehat, yang terdiri atas beras, lauk-pauk (hewani dan nabati), buah-buahan
lauk-pauk pun harus diberikan secara bertahap. Mulai dari daging ayam
yang dihaluskan, lalu diselingi dengan daging sapi, sampai ketika usianya
5. Bagi psikologi, ASI dapat membantu ibu dan bayi menjalin keintiman dan
(Setyowati, 1999).
1. Vitamin K yang terdapat pada susu formula lebih banyak, yang diperlukan
3. Ibu yang menderita TB aktif yang tidak diobati, bruselosis, atau yang baru
terkena sifilis tetap dapat memberikan susu kepada bayi tanpa menularkan
pada bayinya.
mmHg , apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus
melemas dan isi feses terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum, distensi
mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari
pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi
merupakan suatu refleks spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan
masih lemah sebagai refl eks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu
refleks defekasi parasimpatis (segmen sakral medulla spinalis ). Bila ujung saraf
secara refleks kembali ke kolon desendens, sigmoid, rektum, dan anus melalui
refleks defekasi intrinsik menjadi proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi
dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses
dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi
Sembelit antara orang awam dan medis berbeda. Orang awam mengatakan
sembelit adalah frekuensi buang air besar yang jarang. Ada juga yang
dikeluarkan. Ada lagi yang berpendapat, sembelit adalah volume tinja yang besar.
Konstipasi ialah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau
adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya
Obstipasi yaitu sulit Buang Air Besar, berasal dari bahasa latin yakni, Ob
berarti in the way yang artinya” perjalanan” dan Stipare berarti to compress
biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus yaitu adanya
Secara umum konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada
sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan)
mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk
dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan
obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal
Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat
kurangnya frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per
minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai
kesulitan sampai rasa sakit saat BAB. Batasan dari konstipasi klinis yang
rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau
kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi, pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari sekali sudah
dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengkonsumsi ASI, walaupun
buang air besarnya 2 – 5 hari sekali (asal konsistensi tinjanya lembek), tidak
pencahar (laxatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang
paling umum. Gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain,
karena bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda. Munculnya rasa mulas bukan
suatu tanda, begitu pula mulas yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala.
Konstipasi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan dengan pria. Gejala antara obstipasi dan konstipasi
sembelit atau susah buang air besar (konstipasi) merupakan salah satu
gangguan yang sering terjadi pada bayi. Gejala umumnya selain susah buang air
Secara umum konstipasi dikaitkan dengan kesulitan buang air besar selama
dua minggu atau lebih. Pada bayi, jika frekuensi BAB 2-4 hari sekali, maka
oleh bayi yang mengkonsumsi susu formula. Untuk bayi yang mengkonsumsi
ASI, walaupun frekuensi BAB 2-5 hari sekali tidak dianggap konstipasi (asalkan
padat pertamanya
ASI Eksklusif. ASI sangat jarang menyebabkan konstipasi karena zat yang
mengurai protein susu yang sulit dicerna dan mempunyai kadar hormon
dalam bentuk jus beraneka rasa. Namun hindari pemberian pisang atau
baby oil. Pijatan dimulai dari pusat ke arah luar, dengan gerakan
sepeda.
6. Memandikan bayi dengan air hangat dapat membuat bayi lebih rileks
Kesulitan BAB bisa merupakan gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus
hipotiroidisme.
Dengan terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain konstipasi berangsur muncul
seperti nyeri dan distensi abdomen, yang sering hilang setelah defekasi. Riwayat
feses yang keras dan/ feses yang sangat besar yang mungkin menyumbat saluran
toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara feses yang keras sering salah didiagnosis
dan kurangnya kenaikan berat badan, yang akan membaik jika konstipasinya
diobati. Berbagai posisi tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan
manuver menahan feses dan kadang kala perilaku tersebut menyerupai kejang.
konstipasi pada anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih banyak bakteri
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap
3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas
dalam perut. Tinja yang dikeluarkan terlihat keras Kering dan berbentuk bulatan
kecil Ada darah pada tinja Bayi rewel dan mengerang kesakitan Penurunan nafsu
1. obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari
Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya dalam
dinding usus. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat
penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen
yang menekan rectum. Ada kelainan dalam sistem metabolisme tubuh yang
disebabkan oleh:
sulit dan nyeri, tinja keras, mengejan pada saat defekasi, perasaan kurang puas
setelah defekasi, defekasi hanya 3x atau kurang dalam seminggu. Keluhan lain
yang bisa timbul adalah perasaan kembung, kurang enak, dan malas Penderita
mengeluh beberapa hari tak dapat defekasi dan kalau defekasi selalu susah. Tinja
yang keluar keras dan kehitam-hitaman. Perut selalu dirasa penuh serta dirasa
daerah sigmoid dan kolon desendens. Keluhan lain yang sering dirasakan ialah
mulut rasa pahit, lidah kering, kepala pusing, nafsu makan menurun. Bilamana
lain:
Celiac disease,
3. pemeriksaan foto polos abdomen untuk melihat kaliber kolon dan massa
dubur tidak dapat dilakukan atau pada pemeriksaan colok dubur tidak
akalasia anal, dengan karakteristik tidak ada relaksasi sfi ngter ani interna
informasi sensasi rektum, sfi ngter ani pada saat intirahat dan sewaktu
bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa
"benih sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya. Bayi adalah
masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim
seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi
perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang
terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak
dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan
perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi berumur 1 tahun. (Dalai, 2010)
keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang
ko
3.2 Hipotesis
mencukupi 0=Tidak
bayi MP-ASI)
penyakit atau
adanya obstruksi
pada saluran
cerna.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pada kelompok kasus yaitu ibu yang
2. Sampel
Pengambilan sampel terhitung mulai Januari 2014 sampai Mei 2014 yaitu
sampel juga menggunakan teknik total sampling, dimana semua bayi yang
datang untuk imunisasi mulai dari bulan April sampai Mei 2014
Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2014 di wilayah
kerja puskesmas padang bulan medan. Pertimbangan peneliti memilih lokasi ini
adalah untuk efisiensi biaya dan efektifitas waktu, karena penelitian ini dilakukan
dalam masa studi. Selain di puskesmas padang bulan medan belum pernah
konstipasi pada bayi dan lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etik dalam penelitian ini, yaitu
peneliti harus memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan peneliti
bukti kesediaanya ataupun dengan persetujuan secara lisan. Tetapi jika calon
responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan
lembar kuesioner/angket yang disusun sendiri oleh peneliti dengan arahan dari
konstipasi pada bayi, Bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Nilai 1
suatu variabel content validity diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Program D-
pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih dengan menggunakan alat ukur yang sama. Koefisien
reliabilitasnya dilakukan pada 15 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan
mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk pengetahuan 0,891 dan
surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program D-IV Bidan
mendapat izin pengambilan data skunder atau rekam medik, peneliti melakukan
responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur dan
mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada dilembar
lebih lanjut.
1. Pengolahan Data
kedalam master table yaitu diolah menjadi data kategori, setelah data
1. Statistik univariat
2. Analisa Bivariat
adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan
adalah 95% (p≤ 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang
kecil dari nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan
Anik, Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.
TRANS INFO MEDIA.
Helen, Samik. 2008. Rujukan Cepat Pediatri Dan Kesehatan Anak. Jakarta: CV
EGC MEDICAL PUBLISHER.
Maryani, Nanny. 2010. Kebutuhan Dasar Bayi Dan Balita Di Tahun Pertama.
Bandung: ALFABETA.
Robbins, Brough. 2008. Konstipasi Pada Bayi Dan Balita. Jakarta: SALEMBA
EMPAT.
Setyowati. 1999. .Asupan Gizi Seimbang Neonatus Dan Bayi. Edisi 10. Jakarta:
EGC LANGGA
Vivian, Ani. 2011. .Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Edisi dua. Jakarta:
PENERBIT SALEMBA JAYA.
DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk
mengundurkan diri setiaap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan
semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
Fazilla ( )
No.Responden :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
PADA BAYI
1.
Selain ASI, apakah ibu
memberikan makanan tambahan
lain pada bayi?
2.
Jika iya, makanan apa yang ibu
berikan?
a. Susu formula?
b. Madu?
c. Air gula/the manis?
d. Bubur susu?
e. Bubur tim?
f. Bubur nasi?
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian
berupa angket untuk diisi sesuai petunjuk pengisian. Dari 30 responden tersebut
konstipasi yang sedang dialami atau pernah dialami bayi sebelumnya. Dan telah
tidak pernah mengalami kontipasi dan saat ini bayi dalam keadan sehat.
1. Analisa Univariat
1.1 Karakteristik responden pada kelompok kasus
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik demografi ibu yang
karakteristik umur mayoritas dalam penelitian ini adalah umur 20-35 tahun
sebanyak 24 orang (80%), < 20 tahun 3 orang (10%) dan umur >35 tahun
(63,3%), SMP sebanyak 7 orang (23,3%), sarjana sebanyak 3orang (10%), dan SD
(50%), wiraswasta sebanyak 12 orang (40%), dan PNS sebanyak 3 orang (10%).
Tabel 5.1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi ibu yang
memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan (N= 30)
Total 30 100%
karakteristik umur mayoritas dalam penelitian ini adalah umur 20-35 tahun
sebanyak 20 orang (67.7%), < 20 tahun 4 orang (13,3%) dan umur >35 tahun
(67,7%), SMP sebanyak 4 orang (13,3%), sarjana sebanyak 6 orang (20,0%), dan
Tabel 5.1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi ibu yang
memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan (N= 30)
Total 30 100%
B. PEMBAHASAN
(80,0%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang
kesenjangan antara teori dan kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat
yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Hal ini Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo
kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan
kepribadian dan kemampuan baik didalam sekolah maupun diluar sekolah yang
antara teori dan kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman
rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Status pekerjaan akan berpengaruh
pada pengetahuan dan kemampuan ibu dalam merawat bayinya. Dari hasil penelitian
mayoritas responden adalah IRT, hal ini memungkinkan bahwa ibu tidak banyak
menerima informasi tentang pemberiian Asi Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
(Notoadmodjo, 2010).
(67,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang
yaitu sebanyak 20 orang (67,7%). Hal ini Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo
kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan
kepribadian dan kemampuan baik didalam sekolah maupun diluar sekolah yang
antara teori dan kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman
rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Status pekerjaan akan berpengaruh
pada pengetahuan dan kemampuan ibu dalam merawat bayinya. Dari hasil penelitian
mayoritas responden adalah IRT, hal ini memungkinkan bahwa ibu tidak banyak
menerima informasi tentang pemberiian Asi Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
(Notoadmodjo, 2010).
(α=0,05) dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini gagal
ditolak yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemberian MP-ASI terhadap
terjadinya konstipasi pada anak di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan
MP-ASI.
A. Kesimpulan
terjadinya konstipasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan
mayoritas pekerjaan responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak
15 orang (50,0%).
3. Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh maka didapat p =0,02 (α=0,05)
dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini gagal ditolak
yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemberian MP-ASI terhadap terjadinya
konstipasi pada anak di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun
2014.
Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Bagi Peneliti
ilmu yang telah di dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta
Diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi setiap
3. Bagi Masyarakat
pada bayi. Sehingga bayi mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya
Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui penelitian yang lebih
mendalam tentang pemberian MP-ASI pada bayi dapat memakai karya tulis
DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk
mengundurkan diri setiaap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan
semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
Fazilla ( )
No.Responden :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
PADA BAYI
1.
Selain ASI, apakah ibu memberikan
makanan tambahan lain pada bayi?
2.
Jika iya, makanan apa yang ibu
berikan?
a. Susu formula?
b. Lumatan buah
c. Air gula/teh manis?
d. Bubur susu?
e. Bubur tim?
f. Bubur nasi?
Agama : Islam
SISWA KISARAN
CIPTO MEDAN