Anc 1
Anc 1
id
Disusun oleh:
MEIRINA KUSUMANINGTYAS
M0307016
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Sains dalam bidang ilmu kimia
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan oleh :
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Jurusan Kimia
commit
Dr. Eddy to userM.Si.
Heraldy,
NIP. 19640305 200003 1002
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “SINTESIS,
KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KAPASITAS PENETRALAN ASAM
Mg/Al HYDROTALCITE DARI BRINE WATER SEBAGAI SEDIAAN
ANTASIDA” adalah benar-benar hasil penelitian sendiri dan tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanahan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Meirina Kusumaningtyas
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MEIRINA KUSUMANINGTYAS
Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Kata kunci: Mg/Al hydrotalcite, brine water , antasida, kapasitas penetralan asam.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MEIRINA KUSUMANINGTYAS
Department of Chemistry. Mathematics and Sciences Faculty. Sebelas Maret
University
ABSTRACT
Synthesized of materials Mg/Al hydrotalcite of brine water and its
application in the determination of acid neutralization capacity was studied. This
study aims to assess the potential of brine water as a base material synthesis of
hydrotalcite and the adsorption capability hydrotalcite as pharmaceutical
excipients, in particular the ability of acid neutralization capacity.
Characterization hydrotalcite was done by using X-Ray Diffractometer, Fourier
Transform Infra Red, Thermogravimetric/ Differential Thermal Analysis, Surface
Area Analyzer and X-Ray Fluorescence method. Modifications of character
physic by variation of particle size distribution hydrotalcite; H1 (100-200 mesh),
H2 (200-250 mesh), H3(<250 mesh) with the acid neutralization capacity value
6.00, 6.07 and 6.07 milliequivalent, respectively, showed that particle size had no
significant effect on acid neutralization capacity of hydrotalcite.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman” (Q.S. Ali ‘Imran:139)
“Apa saja keburukan yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”
(Q.S. An Nisaa: 79)
“Dunia yang kita ciptakan adalah hasil dari cara berpikir kita” (Albert
Einstein)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….. iii
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………….. iv
HALAMAN ABSTRACK ……………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………...... viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. x
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………. 1
B. Perumusan Masalah …………………………………….... 3
1. Identifikasi Masalah ………………………………….. 3
2. Batasan Masalah ……………………………………… 4
3. Rumusan Masalah …………………………………..... 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….... 5
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 5
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………….. 6
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………. 6
1. Brine Water ................................................................ 7
2. Metode Sintesis Mg/Al Hydrotalcite ……………........ 9
3. Sintesis Hydrotalcite ………………………………….. 10
2+
4. Pengendapan ion Ca dalam Brine Water .................. 11
5. Hydrotalcite ......................………………................... 12
6. Karakterisasi Mg/Al Hydrotalcite ................................. 14
7. Antasida ....................................................................... 23
B. Kerangka Pemikiran …………………………………….... 24
C. Hipotesis ………………………………………………….. 26
commit to
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN user
…………………………………. 28
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yaitu fraksi mol M2+ pada lapisan brucite anorganik. Hydrotalcite merupakan
material yang sangat potensial karena sekarang ini telah banyak dimanfaatkan
sebagai adsorben penghilang polutan organik dan anorganik di dalam air, penukar
ion, prekusor katalis, dan pada industri farmasi sebagai pembawa dan pengantar
obat (Cavani et al., 1991 dan Lakraimi et al., 2000). Hal ini karena hydrotalcite
memiliki kapasitas anionik yang tinggi dibandingkan dengan smectite dan
vermiculite (Orthman et al., 2003). Disamping itu, hydrotalcite dapat juga
digunakan sebagai kosmeseutikal (Xu et al., 2001; Ueno and Kubota, 1987) yaitu
produk kosmetik yang mengandung zat aktif yang bertindak sebagai obat
(pharmaceutical) seperti antiperspirant dan sunscreens.
Reichle (1985) di dalam Wright (2002) menyebutkan bahwa hydrotalcite
merupakan salah satu lempung alam yang disintesis dengan beberapa cara
diantaranya melalui pengendapan larutan magnesium dan alumunium. Sintesis
hydrotalcite menggunakan brine water telah dilakukan oleh Heraldy et al. (2009);
Heraldy et al. (2011) dan Heraldy et al. (2012) dengan penerapannya sebagai
adsorben. Akan tetapi, pemanfaatan hydrotalcite dari brine water dalam industri
farmasi masih jarang dilakukan. Salah satu pemanfaatan hydrotalcite di bidang
farmasi adalah sebagai antasida. Setiap antasida dibandingkan dan ditentukan
kekuatannya melalui nilai Kapasitas Penetralan Asam (KPA). Faktor-faktor yang
mempengaruhi KPA diantaranya adalah zat aktif, struktur kristal, suspending
agent dan bentuk sediaan (Gunawan, 2008). Untuk digunakan sebagai bahan dasar
dalam industri farmasi, sifat fisik dan fisika-kimia Mg/Al hydrotalcite adalah
sangat penting. Oleh karena itu akan dipelajari pembuatan Mg/Al hydrotalcite dari
brine water dan uji kemampuannya sebagai salah satu sediaan antasida yaitu
sebagai penetral asam lambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis Mg/Al hydrotalcite dari brine
water, mengukur kapasitas penetralan asam hidroklorida pada Mg/Al hydrotalcite
dengan variasi distribusi partikel, kemudian dibandingkan dengan kapasitas
penetralan asam pada antasida yang telah terstandarisasi secara farmasi. Menurut
Troy (2005) KPA didefinisikan sebagai jumlah milliequivalent HCl untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Keberadaan ion Ca2+ dalam brine water dapat mengganggu pengendapan
ion Mg2+ dalam proses sintesis Mg/Al hydrotalcite. Hal ini dikarenakan kedua ion
tersebut memiliki sifat elektropositif dan harga Ksp yang hampir sama.
Penghilangan ion Ca2+ dapat dilakukan dengan menambahkan larutan buffer
Na2CO3 dan NaHCO3 (Kameda, 2000). Maka perlu ditentukan konsentrasi buffer
untuk mengendapkan ion Ca2+ tanpa ikut mengendapkan ion Mg2+.
Sintesis hydrotalcite dapat dilakukan dengan metode elektrokimia,
stoikiometri, pertukaran ion maupun secara kopresipitasi (Hickey, 2001). Metode
kopresipitasi merupakan metode yang mudah dan semua kation mengendap secara
simultan dalam rasio mol sesuai dengan mol awal. Kebasaan katalis Mg/Al
hydrotalcite tergantung pada perbandingan molar Mg/Al dan makin banyak
kandungan MgO maka makin bersifat basa. Perbandingan rasio mol Mg/Al juga
akan menentukan kristalinitas dan kemurnian hydrotalcite yang terbentuk. Rasio
mol Mg/Al hydrotalcite yang banyak digunakan yaitu antara 2-4. Menurut
Heraldy et al.(2009), kemurnian senyawa Mg/Al hydrotalcite akan semakin tinggi
dengan semakin berkurangnya nilai rasio mol Mg/Al. Apabila rasio mol Mg/Al
semakin besar menyebabkan nilai jarak antar bidang pada difraktogram akan
semakin besar. Dari penelitiannya, Heraldy menyebutkan kondisi optimum untuk
sintesis Mg/Al hydrotalcite dicapai pada rasio mol = 2.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kristalinitas dan luas
permukaan Mg/Al hydrotalcite antara lain waktu, suhu dan pH. Semakin singkat
waktu dan semakin rendah suhu yang digunakan untuk sintesis Mg/Al
hydrotalcite maka mengakibatkan semakin rendah kristalinitas dan luas
permukaan dari Mg/Al hydrotalcite hasil sintesis (Sharma et al, 2007). Kameda,
et al. (2000) yang telah membuat Mg/Al hydrotalcite dari magnesium yang
commit
berasal dari air laut tiruan (artificial to user
seawater) memperoleh kondisi optimum pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
suhu 60°C, pH 10 selama 1 jam. Pada sintesis hydrotalcite Zn-Al-SO4 oleh Roto
et al.(2008) menyatakan bahwa semakin asam pH yang digunakan dalam proses
sintesis akan terbentuk amorf berupa Al(OH)3 dan semakin basa pH yang
digunakan untuk sintesis hanya akan terbentuk amorf ZnO. Menurut de Roy, et al.
(2001), Mg/Al hydrotalcite terkalsinasi dengan baik pada pH 8-10,5. Sedangkan
Savitri (2008) mensintesis Mg/Al hydrotalcite dengan kondisi optimum pada pH
10,5 dan suhu 70°C.
Karakterisasi hydrotalcite hasil sintesis dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Kemampuan hydrotalcite sebagai antasida dapat ditentukan dari kapasitas
penetralan asam (KPA) yang pada penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan
metode titrasi volumetrik. KPA merupakan parameter perbandingan setiap
antasida. Semakin besar nilai KPA maka kemampuan antasida tersebut semakin
baik. Gunawan (2008) menyebutkan bahwa modifikasi karakter fisika berupa
ukuran partikel dapat meningkatkan nilai KPA hydrotalcite. Kecenderungan yang
terjadi menunjukkan ketika ukuran partikel semakin kecil akan memberikan nilai
KPA yang semakin besar. Sehingga perlu dilakukan penetapan rentang distribusi
partikel agar dapat dipelajari pengaruh modifikasi ukuran partikel terhadap nilai
KPA Mg/Al hydrotalcite dari brine water. Ukuran distribusi partikel H1 (100-200
mesh), H2 (200-250 mesh) dan H3 (<250 mesh) dipilih karena, ukuran tersebut
paling mendekati distribusi partikel yang digunakan oleh Gunawan (2008) dalam
penelitiannya, sehingga dapat dibandingkan potensi penetralan asam hydrotalcite
komersial dengan Mg/Al hydrotalcite dari brine water. Mg/Al hydrotalcite
merupakan senyawa baru sebagai sediaan antasida. Maka sebagai kontrol positif,
perlu dibandingkan nilai KPA Mg/Al hydrotalcite dengan salah satu standar
farmasi.
2. Batasan Masalah
a. Pengendapan ion Ca2+ dalam brine water menggunakan larutan buffer
NaHCO3 0,04 M dan Na2CO3 0,02 M (Kameda, et al., 2000).
b. Proses sintesis dilakukan pada suhu 70 ºC, pH 10,0-10,5 selama 1 jam. Nisbah
mol awal Mg/Al = 2 (Heraldy, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui karakteristik Mg/Al hydrotalcite hasil sintesis dari brine water.
b. Mengetahui nilai kapasitas penetralan asam Mg/Al hydrotalcite dari brine
water.
c. Mengetahui pengaruh ukuran distribusi partikel terhadap kapasitas penetralan
asam Mg/Al hydrotalcite.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Memberikan informasi mengenai karakteristik Mg/Al hydrotalcite hasil sintesis
dari brine water.
b. Memberikan informasi mengenai kapasitas penetralan asam Mg/Al
hydrotalcite dari brine water.
c. Memberikan informasi mengenai pengaruh ukuran distribusi partikel terhadap
kapasitas penetralan asam Mg/Al hydrotalcite.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Brine Water
a. Komposisi Air Laut
Komposisi kimia air laut hampir selalu konstan di wilayah manapun di
dunia ini. Dalam 1000 gram air laut, selain air yang merupakan komponen ter-
besar sebanyak 965 gram, terdapat juga sejumlah komponen garam-garam terlarut
(salinitas) sebanyak 35 gram. Dari kadar salinitas tersebut, terdapat beberapa ion-
ion utama. Menurut Anderson (2003), salinitas air laut dipengaruhi oleh ion-ion
seperti yang tercantum pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Ion-ion yang memepengaruhi salinitas air laut
Ion-ion Kadar dalam o/oo berat Proporsi Salinitas Total
Klorida (Cl-) 19,345 55,03
+
Natrium (Na ) 10,752 30,59
Sulfat (SO42-) 2,701 7,68
Magnesium (Mg2+) 1,295 3,68
Kalsium (Ca2+) 0,416 1,18
Kalium (K+) 0,390 1,11
Bilkarbonat (HCO3-) 0,145 0,41
Bromida (Br-) 0,066 0,19
Borat (BO32-) 0,037 0,08
Stronsium (Sr2+) 0,013 0,04
Fluorida (F-) 0,001 0,003
Lainnya < 0,001 < 0,001
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konsentrat brine atau konsentrat saja. Menurut Younos et al. (2005) ada tiga
teknologi yang digunakan dalam proses desalinasi, yaitu teknologi membran,
teknologi termal (distilasi) dan pendekatan kimiawi. Pemilihan teknologi untuk
desalinasi ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Dalam
penelitian ini, akan difokuskan pada brine water hasil proses dengan
menggunakan teknologi membran dengan sistem osmosis balik (reverse osmose).
Osmosis balik adalah suatu proses fisika yang menggunakan fenomena
osmosis, yaitu perbedaan tekanan osmotik antara air garam dengan air murni
untuk menghilangkan garam-garam dari air laut. Dalam proses osmosis balik ini,
suatu tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotik diaplikasikan pada air laut
untuk membalikkan aliran melalui pori-pori membran sintesis sehingga dihasilkan
air murni (freshwater). Kemampuan proses osmosis balik ini dapat mencapai
45.000 mg/L padatan terlarut total (Total Dissolved Solid). Dengan kemampuan-
nya ini maka teknologi membran osmosis balik sangat sesuai digunakan untuk
menghilangkan garam-garam yang terdapat pada air laut.
Dalam proses desalinasi, hanya 40 % air laut dapat diubah menjadi air
bersih, sementara sebanyak 60 % yang disebut brine water dikembalikan lagi ke
laut sebagai limbah (Heraldy et al, 2012). Dalam 1000 gram air laut, selain air
dengan jumlah sebanyak 965 gram (96,5 %) juga mengandung beberapa
komponen garam-garam terlarut sebanyak 35 gram (3,5 %). Lebih dari 99 %
adanya salinitas ini karena keberadaan enam ion utama dalam air laut yaitu: ion
klorida (Cl-), ion natrium (Na+), ion sulfat (SO42-), ion magnesium (Mg2+), ion
kalsium (Ca2+) dan ion kalium (K+) (Anderson, 2003).
Berikut perbandingan komposisi kimia antara air laut dengan brine water
yang tercantum pada Tabel 2 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Kualitas Air
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 disebutkan
bahwa terdapat syarat-syarat dan pengawasan kualitas air agar tidak mengganggu
kesehatan apabila dimanfaatkan oleh manusia. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan
air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Beberapa persyaratan komposisi kimia air minum dan air bersih adalah
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan Komposisi Kimia Air Minum dan Air Bersih
(Anonim, 1990)
Komposisi Kimia (mg L-1)
Ion
Air Minum Air Bersih
-
Klorida (Cl ) 250 600
Arsen (As3+) 0,05 0,05
2-
Sulfat (SO4 ) 400 400
Mangan (Mn2+) 0,1 0,5
2+
Kromium (Cr ) 0,05 0,05
Seng (Zn2+) 5,0 15
Kesadahan (CaCO3) 500 500
Sianida (Cn-) 0,1 0,1
Timbal (Pb2+) 0,05 0,05
2+
Kadmium (Sr ) 0,005 0,005
Fluorida (F-) 1,5 1,5
2+
Besi (Fe ) 0,3 1,0
10
11
Oza et al. (2006) juga telah membuat Mg/Al hydrotalcite dari bahan
alam seperti bittern dan memperoleh kondisi optimum pada pH 8,5 - 10,5 dan
suhu antara 60 - 70 oC. Sedangkan Heraldy et al. (2011), mensintesis Mg/Al
hydrotalcite dari brine water menggunakan metode kopresipitasi dengan rasio
mol Mg/Al sebesar 2,0 pada pH 10,5 dan larutan distirer selama 1 jam pada 70 oC.
van der Laan (2004) melakukan sintesis hydrotalcite dengan biaya yang
rendah dari Chamotte Holding dengan reaksi :
3MgO + 2Al(OH)3 + NaHCO3 NaOH + Mg4Al2(OH)12CO3.3H2O
Preparasi hydrotalcite dilakukan dengan penambahan MgO ke dalam NaHCO3
dan Al(OH)3 setelah mencapai pH yang tepat. Penambahan NaHCO3
meningkatkan pH hingga 7,5 sedangkan ketika ditambahkan Al(OH)3
meningkatkan pH menjadi 7,8. Setelah larutan tercampur ditambahkan MgO dan
meningkatkan pH hingga 10.
12
tersebut dapat mengendapkan 3 % ion Mg2+ dan 96 % ion Ca2+ dari total ion-ion
logam tersebut dalam air laut tiruan.
5. Hydrotalcite
a. Sruktur Hydrotalcite
Hydrotalcite merupakan lempung anionik karena terdiri dari tumpukan
lapisan bermuatan positif dan mempunyai anion di antara lapisan tersebut
(Rajamanthi et al., 2001). Struktur hydrotalcite mirip brucite, Mg(OH)2, dengan
penggantian beberapa ion Mg2+ oleh ion Al3+. Ion Mg2+ dalam struktur brucite
dikelilingi 6 ion OH- secara oktahedral. Struktur brucite dan hydrotalcite
ditunjukkan pada Gambar 1.
Penggantian ion Mg2+ oleh ion Al3+ yang jari-jarinya tidak jauh berbeda
(jari-jari Mg2+ = 0,660 Å; jari-jari Al3+ = 0,510 Å) menghasilkan suatu lapisan
mirip brucite bermuatan positif karena ion Al3+ merupakan kation dengan muatan
lebih besar. Lapisan hidroksida ini membutuhkan anion untuk menyeimbangakan
muatannya. Anion ini terletak di antara lapisan tersebut (anion antar lapisan)
bersama dengan molekul air yang terserap.
Dalam bentuk naturalnya, hydrotalcite merupakan suatu hidroksikarbonat
dari magnesium dan aluminium dengan formula [Mg6Al2(OH)16]2+CO32- .4H2O.
Secara umum lempung anionik dapat dituliskan [M2+1-xM3+x(OH)2]An-x/n.mH2O.
commit to user
M2+ adalah logam divalen seperti Mg2+, Fe2+, Ni2+, Cu2+, Co2+, Mn2+, Zn2+ atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Cd2+; M3+ adalah logam trivalen yaitu, Al3+, Cr3+, Ga3+ atau Fe3+, An- adalah anion
penyeimbang antar lapisan (CO32-, SO42-, Cl- atau NO3-), m adalah molekul air dan
x adalah nilai yang berkisar antara 0,17 dan 0,33 (Yang et al., 2007).
b. Sifat Hydrotalcite
Senyawa hydrotalcite sekarang ini telah banyak dikembangkan karena
potensi yang dimilikinya baik dalam proses adsorpsi (Wright, 2002) maupun
pemisahan, sebagai penukar anion (Miyata, 1983), katalis atau prekursor katalis
dan penstabil polimer (Yang et commit to user
al., 2007). Wright (2002) menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
15
Penentuan kadar logam dari suatu sampel dengan metode SSA, dapat dilakukan
dengan cara kurva kalibrasi maupun penambahan standar (Skoog et al., 1997).
Penelitian Alnavis (2010) yang telah mensintesis Mg/Al hydrotalcite dari
brine water tiruan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) untuk
mengetahui kandungan Mg2+ dan Ca2+ sebelum dan sesudah pengendapan Ca2+.
Analisis kandungan Mg2+ dan Ca2+ menggunakan spektrofotometer serapan atom
(SSA) sesuai dengan prosedur SNI. Brine water sebanyak 100 mL dikocok hingga
homogen dan ditambah 2 mL HCl (1 : 1). Larutan dipanaskan sampai hampir
kering kemudian ditambahkan 1 mL lantan klorida (LaCl3) 50 g/L dan diencerkan
dengan akuabides hingga 100 mL. Untuk analisis kandungan Mg2+ larutan
tersebut diencerkan dengan 10.000 kali faktor pengenceran. Standar dibuat dari
Mg(NO3)2.6H2O dengan variasi konsentrasi 0; 0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 dan 2,0
mg/L. Sedangkan untuk analisis kandungan Ca2+ larutan diencerkan dengan 100
kali faktor pengenceran. Standar dibuat dari CaCl2.2H2O dengan variasi
konsentrasi 0; 2; 4; 6; 8 dan 10 mg/L. Keasaman standar dibuat sama dengan
keasaman sampel. Analisis kandungan Mg2+ dari brine water setelah pengendapan
Ca2+ sesuai dengan prosedur di atas.
Kameda et al., (2000) menyatakan bahwa pengotor CaCO3 dapat
diendapkan dengan cara menambahkan larutan Na2CO3 dan NaHCO3 ke dalam
brine water dan memanaskannya selama 1 jam pada suhu 95 ºC. Pengendapan
dengan cara ini dapat mengendapkan 3 % ion Mg2+ dan 96 % ion Ca2+ dari total
ion-ion logam tersebut dalam brine water.
16
suatu senyawa dapat diperoleh dari data Joint Committee on Powder Diffraction
Standars (JCPDS) yang bersumber dari International Centre for Difraction Data
(West, 1992). Hydrotalcite dengan anion antar lapisan berupa CO32- dicirikan oleh
harga d sekitar 7,80 Å. Pencirian ini disebutkan pula dalam hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kloprogge, Wharton, Hickey, dan Frost. Heraldy (2011) juga
menyebutkan refleksi interkalasi CO32- ke dalam hydrotalcite terjadi pada d003
sekitar 7,83 Å.
Penelitian Rhee and Kang (2002) mendapatkan Mg/Al hydrotalcite dengan
rasio 4, 3, dan 2 dengan nilai d 7,90; 7,82; dan 7,65 Å. Nilai d menurun dengan
meningkatnya kandungan Al. Penelitian Analvis (2010) yang telah mensintesis
Mg/Al hydrotalcite dari brine water dengan rasio Mg/Al = 2,0 pada difraktogram
XRD memiliki tiga puncak dengan intensitas tertinggi yaitu pada harga 2θ
sebesar 11,66°; 23,45° dan 34,57° yang merupakan karakter pada senyawa
hydrotalcite.
17
I / I1 s
% kandungan 100%
I / I1 t