Oleh
Diungkapkan oleh beberapa media, sehingga menjadi viral yaitu air rebusan
pembalut yang digunakan oleh anak-anak pecandu narkoba sebagai upaya untuk
menggantikan zat narkotika jenis sabu-sabu yang dapat menimbulkan halusinasi menjadi
kajian banyak orang.[1] dikutip dari Kabag Humas BNN Kombes Sulistiandriatmoko yang
menuturkan bahwa efek halusinasi tepatnya “fly” merupakan sugesti mereka (anak-anak
pecandu dan pengguna air rebusan pembalut) sendiri[2] karena saat sang pecandu
memerlukan zat narkotika untuk memenuhi keinginan candunya, namun tidak memiliki
bahan narkotika tersebut salah satunya karena faktor biaya, maka sang pecandu akan
mencari berbagai cara agar tubuhnya tidak merasakan pusing atau sakit, salah satu yang
mereka lakukan adalah meminum air rebusan pembalut tadi. [1]sama seperti yang
diungkapkan oleh seorah psikolog Indra Dwi Purnomo yang mengatakan jika efek
tersebut adalah sugesti mereka yang ditimbulkan sendiri menjadi seperti zat yang
dikonsumsi sebelumnya.[1] Setelah diteliti terkait kandungan pembalut oleh Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (LYKI), pembalut tersebut terbuat dari kapas dan terdapat
campuran bubuk kayu dan limbah pakaian yang mengandung klorin, dengan uji
laboratorium metode analisis kimia spektrofotmetri yang dilakukan di laboratorium TUV
NORD mendapatkan hasil jika pembalut tersebut memiliki konsentrasi klorin (Cl2) yang
tinggi, dan pada salah satu merek pembalut yaitu “Charm” yang memiliki kandungan
klorin paling tinggi sebesar 54,73 ppm (parts per million), dan diasumsikan sebagai zat
yang membuat efek halusinasi dari berita tersebut.[3] Namun dikutip oleh Departemen
Kesehatan (Depkes) pada tahun 2012 hingga 2015 pembalut wanita yang beredar sudah
teruji keamanan untuk penggunaannya. Kandungan-kandungan kimia yang menyusun
pembalut pun sudah teruji sebelum beredar ke pasaran.[4]
B. Pembalut Wanita
Pembalut wanita adalah produk yang berbentuk lembaran/padat terbuat dari bahan
selulose atau sintetik yang digunakan untuk menyerap cairan menstruasi atau Fluoresensi
adalah uji yang dilakukan untuk melihat adanya chlorine yang terdapat dalam pembalut
terkutip dalam Depkes 2018. Sesuai dengan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, pembalut
wanita termasuk alat kesehatan dengan risiko rendah yang harus mendapat izin edar
sebelum beredar di wilayah Indonesia. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi US FDA,
dimana produk dengan risiko rendah hanya memberikan dampak minimal terhadap
kesehatan pengguna.[4]
Dalam pembuatannya, pembalut wanita ini terbuat dari bahan-bahan limbah yang
sudah dioleh dan teruji secara laboratorium terakreditasi dan hanya pembalut berlisensi
SNI (Standart Nasional Indonesia) yang sudah teruji dan aman digunakan. Dikutip dari
Yasmidi dalam Fellycia 2014 menyatakan bahwa terdapat pembalut yang menggunakan
pulp kertas yang merupakan hasil limbah kertas, karton dan kardus dan lain sebagainya
melalui proses daur ulang. Masyarakat tidak menyadari bahwa pembalut dengan bahan
baku yang berasal dari pulp kertas telah mengalami proses bleaching dengan
menggunakan klorin atau disebut dengan proses kraft. Klorin yang digunakan dalam
proses kraft akan bereaksi dengan lignin yaitu serat dari kayu yang merupakan bahan
baku pembuat kertas membentuk senyawa beracun yaitu dioksin.[5]
Sehingga banyak orang berasumsi bahwa kandungan klorin ini lah yang menjadi
zat narkotika yang bereaksi saat direbus dan membuat sang pecandu dalam berita tersebut
berhalusinasi.
C. Klorin
Klorin adalah sebuah cincin aromatik heterosiklik yang terdiri dari tiga pirola dan
satu pirolina yang bergandengan melalui empat tautan metina. Klor adalah unsur kimia
dengan simbol Cl dan bernomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk
kelompok halogen. Dalam bentuk ion klorida, unsur ini merupakan pembentuk garam.
Klor ini sering digunakan untuk desinfektan atau oksidanya pemutih. Unsur kimia klorin
berwujud gas diatomik berwarna hijau, klorin berperan penting dalam pemutihan. Klorin
juga bersifat reaktif.[6] Klorin digunakan untuk pemutih pulp kayu sebelum digunakan
untuk membuat kertas, serta menghilangkan tinta pada kertas daur ulang. Klorin
digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk termasuk dalam produksi kertas,
antiseptik, zat warna, makanan, insektisida, cat, produk minyak bumi, plastik, obat-
obatan, tekstil, pelarut, dan banyak produk konsumen lainnya.
Karena sifat klorin yang aromatik inilah yang membuat para pecandu narkotika
bersugesti bahwa air rebusan pembalut dapat menenangkan mereka dari serangan ‘sakau’
atau Kondisi anhedonia, hal ini dapat menyebabkan mantan pengguna narkoba sabu yang
masih bergelut dengan depresi untuk kembali kambuh. Kandungan kimia dalam shabu
akan menyebabkan kembalinya lonjakan dopamin dalam otak yang bisa membantunya
pulih dari hidup seperti mayat hidup.[7] Karena tidak ada zat narkotika yang masuk dalam
tubuhnya, Pecandu akan berasumsi jika aroma tersebut dari air rebusan pembalut dan jika
diminum cara kerjanya akan sama seperti zat narkotika. Sama seperti cara kerja shabu-
shabu yang membuat penggunanya merasa berhalusinasi jika dikonsumsi berlebihan. Saat
direbus klorin (Cl2) akan bereaksi dengan air (H2O)
Dikutip oleh Arman selaku pihak BNN (Badan Narkotika Nasional) yang telah
melakukan penelitian dengan membuat sampel air rebusan pembalut, tidak ditemukannya
zat adiktif maupun psikottropika yang terkandung di dalamnya,[8] memang hanya
senyawa klorin yang telah teruji dan para peneliti lakukan saat meneliti kandungan zat
dalam pembalut, karena memang bahan yang digunakan dalam pembuatannya yaitu dari
bahan selulose dan digunakan untuk menyerap darah menstruasi wanita.
Seperti yang sudah dijelaskan kandungan klorin dalam pembalut akan bereaksi
dengan air saat direbus membentuk senyawa HOCl melalui proses klorinasi. Klorinasi
air adalah proses penambahan klorin (Cl2) atau hipoklorit pada air. Metode ini digunakan
untuk membunuh bakteri dan mikroba tertentu di air keran karena klorin sangat beracun.
Secara khusus, klorinasi digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan
melalui air seperti kolera, disentri, dan tipus.[9]
Ketika terlarut dalam air, klorin berubah menjadi campuran setimbang dari
klorin, asam hipoklorit (HOCl), dan asam klorida (HCl):
Cl2 + H2O HOCl + HCl
Dalam keadaan asam, spesi yang utama adalah Cl2 and HOCl, sementara dalam larutan
basa, secara efektif hanya terdapat ClO− (ion hipoklorit). Konsentrasi yang sangat kecil
dari ClO2−, ClO3−, ClO4− juga ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Taufik. 2018. Efek Air Rebusan Pembalut Bikin Remaja di Jateng Halusinasi
"Ngeri". Online. https://news.okezone.com/read/2018/11/06/512/1974213/efek-
air-rebusan-pembalut-bikin-remaja-di-jateng-halusinasi-ngeri. Diakses pada 4
Desember 2018 [1]
Halim, Devina. 2018. BNN: Air Rebusan Pembalut Berbahaya Bagi Kesehatan tapi Tak
Membuat Candu. Online.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/14/17551331/bnn-air-rebusan-
pembalut-berbahaya-bagi-kesehatan-tapi-tak-membuat-candu. Diakses pada 4
Desember 2018 [8]
Priyambodo, Utomo. 2018. Penjelasan BNN soal Rebusan Pembalut Wanita yang
Disebut Bikin Nge-fly. Online.
https://kumparan.com/@kumparansains/penjelasan-bnn-soal-rebusan-pembalut-
wanita-yang-disebut-bikin-nge-fly-1542003423428687644. Diakses pada 4
Desember 2018 [2]