Bahan Baku Generasi Pertama Bioetanol
Bahan Baku Generasi Pertama Bioetanol
Bioethanol generasi pertama dibuat dari bahan mengandung gula atau pati melalui proses
fermentasi. Bahan tersebut antara lain: tepung ubi kayu, nira batang sorgum manis, molasses tebu,
nira aren, nira kelapa atau tanaman palma laiannya seperti sagu. Bioetanol diproses dehidrasi untuk
menghilagkan airnya sehingga diperoleh bioethanol dengan kadar 99,95% atau biasa disebut full
Bagas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu (saccharum
oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri pemurnian gula sehingga
diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu
(bagasse).
Pada proses penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu
sampai dihasilkan bagas tebu. Pada penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang
berwarna kuning kecoklatan,kemudian pada proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima
dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang
dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh
dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57
pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri
kanvas rem, industri jamur dan lain lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas
Tanaman tebu yang sering kita lihat tidak hanya berisi air yang digunakan sebagai bahan
pembuat gula tetapi memiliki komposisi yang lebih kompleks yakni: sacharose, zat sabut/fiber,
gula reduksi dan beberapa bahan lainnya Sabut yang terkandung dalam bagas, tersusun dari
beberapa komponen penyusun yakni: lignin, selulosa, hemiselulosa dan beberapa komponen lain
Bioetanol generasi kedua berasal dari biomassa limbah pertanian atau kehutanan.
Biomassa bahan selulosa atau lignoselulosa memerlukan teknologi yang prosesnya sangat sulit
karena perlu perlakuan awal atau pretreatment. Teknologi pengembangan bioetanol yang menjadi
campuran bahan bakar premium generasi kedua untuk saat ini masih banyak kendala dan masih
terbilang mahal.
Beretanol genrasi kedua dibuat dari komponent biomassa seperti selulosa, hemisellulosa
sehingga sering disebut etanol selulosa. Biomassa yang pernah diteliti adalah berbagai jenis
rumput, kayu lunak, dan limbah biomassa terutama yang berlimbah pertanian, perkebunan,
pengolahan hasil hutan, serta sampah padat kota. Proses produksi generasi kedua menjadi
perhatian besar dibanyak lebaga litbang diberbagai Negara karena bahan baku tidak berkompetisi
dengan bahan unutk pangan, terbarukan memanfaatkan limbah yang belum dimanfaatkan, dan
biaya bahan diperhitungakan akan lebih murah, karena bahan terkonsentrasi sekitar industry
pengolahan. Di Indonesia, bioetanol generasi kedua dibuat pada skala laboratorium dari eceng
gondok, tandan kosong kelapa sawit, bagasse tebu, jerami padi, kulit jeruk manis.
tergantug jenis sumbernya. Gambaran jenis bahan baku yang bayak diteliti untuk memproduksi
Biokonversi dari komponen lignoselulosa menjadi etanol dihambat oleh struktur dan
kompleksitas senyawa kimia biomasa itu sendiri. Agar biomaa dapat dimanfaatkan, matrix
biomasa yang terutama terdiri dari lignin, hemiselulosa, dan sellulosa harus dipecah dan komponen
jumlahnya cukup besar serta relative sulit dihancurkan secara mikrobiologis, aka menjadi limbah.
Berdasarkan tahap proses untuk menghasilkan bahan yang siap dikonversikan menjadi
etanol, maka produksi etanol generasi kedua dapat dibedakan atas 2 (dua) kelompok proses yaitu:
Dalam proses ini biomasa, melalui proses gasifikasi, diubah menjadi gas sintesa yaitu
campura H2 dan CO2, dan kemudian gas sintesa melalui proses katalisis diubah menjadi
etanol. Proses gasifikasi campuran biomasa dan uap air dilakukan pada kondisi yang sangat
terbatas oksigen dan pada suhu tinggi sampai 120oC. proses ini telah lama dikenal untuk
menghasilkan gas sintesadari biomasa. Proses pembuatan bioetanol dengan cara ini mirip
dengan proses pembuatan etanol sintetis yang menggunakan bahan baku biomasa, maka