Anda di halaman 1dari 4

1.1.

1 Bahan Baku Generasi Pertama Bioetanol

Bioethanol generasi pertama dibuat dari bahan mengandung gula atau pati melalui proses

fermentasi. Bahan tersebut antara lain: tepung ubi kayu, nira batang sorgum manis, molasses tebu,

nira aren, nira kelapa atau tanaman palma laiannya seperti sagu. Bioetanol diproses dehidrasi untuk

menghilagkan airnya sehingga diperoleh bioethanol dengan kadar 99,95% atau biasa disebut full

grade bioethanol yang siap campur dengan premium.

Bagas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu (saccharum

oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri pemurnian gula sehingga

diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu

(bagasse).

Pada proses penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu

sampai dihasilkan bagas tebu. Pada penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang

berwarna kuning kecoklatan,kemudian pada proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima

dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu

penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah.

Gambar 1. Ampas Tebu

Sumber : Novaldi dan Raiza, 2011

Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang

dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh

dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57

pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut

dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri

kanvas rem, industri jamur dan lain lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas

tebu tersebut belum dimanfaatkan.(Novaldi dan Raiza, 2011)

Tanaman tebu yang sering kita lihat tidak hanya berisi air yang digunakan sebagai bahan

pembuat gula tetapi memiliki komposisi yang lebih kompleks yakni: sacharose, zat sabut/fiber,

gula reduksi dan beberapa bahan lainnya Sabut yang terkandung dalam bagas, tersusun dari

beberapa komponen penyusun yakni: lignin, selulosa, hemiselulosa dan beberapa komponen lain

, seperti dalam table berikut:

1.1.2 Bahan Baku Generasi Kedua

Bioetanol generasi kedua berasal dari biomassa limbah pertanian atau kehutanan.

Biomassa bahan selulosa atau lignoselulosa memerlukan teknologi yang prosesnya sangat sulit

karena perlu perlakuan awal atau pretreatment. Teknologi pengembangan bioetanol yang menjadi

campuran bahan bakar premium generasi kedua untuk saat ini masih banyak kendala dan masih

terbilang mahal.

Beretanol genrasi kedua dibuat dari komponent biomassa seperti selulosa, hemisellulosa

sehingga sering disebut etanol selulosa. Biomassa yang pernah diteliti adalah berbagai jenis

rumput, kayu lunak, dan limbah biomassa terutama yang berlimbah pertanian, perkebunan,

pengolahan hasil hutan, serta sampah padat kota. Proses produksi generasi kedua menjadi

perhatian besar dibanyak lebaga litbang diberbagai Negara karena bahan baku tidak berkompetisi

dengan bahan unutk pangan, terbarukan memanfaatkan limbah yang belum dimanfaatkan, dan

biaya bahan diperhitungakan akan lebih murah, karena bahan terkonsentrasi sekitar industry
pengolahan. Di Indonesia, bioetanol generasi kedua dibuat pada skala laboratorium dari eceng

gondok, tandan kosong kelapa sawit, bagasse tebu, jerami padi, kulit jeruk manis.

Kandungan komponen hemiselulosa, selulosa dan lignin didalam biomassa bervariasi

tergantug jenis sumbernya. Gambaran jenis bahan baku yang bayak diteliti untuk memproduksi

bioetanol generasi kedua serta komposisinya diperihatkan dalam Tabel 2.6.

Tabel 2. 1. Komposisi biomassa berpotensi untuk prosuksi bioetanol


Komponent (% berat basah)
Bahan Baku Referensi
Selulose Hemiselulosa Lignin
Tandan Kosong kelapa sawit 28,8 14,8 36,6 27
Bagasse Tebu 32-48 19-24 23-32 6
Tongkol jagung 35 28 16-21
Sorgum 27 25 11
Rumput (Switch grass) 44-51 42-50 13-20
Bambu 41-49 24-28 24-26
Enceng Gondok 18,2 48,7 -
Jerami 31,37 18,14 7,76

Biokonversi dari komponen lignoselulosa menjadi etanol dihambat oleh struktur dan

kompleksitas senyawa kimia biomasa itu sendiri. Agar biomaa dapat dimanfaatkan, matrix

biomasa yang terutama terdiri dari lignin, hemiselulosa, dan sellulosa harus dipecah dan komponen

dipisah-pisahkan. Selulosa da hemiseluloa dikonversi menjadi etanol, sedangkan lignin yang

jumlahnya cukup besar serta relative sulit dihancurkan secara mikrobiologis, aka menjadi limbah.

Berdasarkan tahap proses untuk menghasilkan bahan yang siap dikonversikan menjadi

etanol, maka produksi etanol generasi kedua dapat dibedakan atas 2 (dua) kelompok proses yaitu:

1. Proses Konversi Termo-Kimia

Dalam proses ini biomasa, melalui proses gasifikasi, diubah menjadi gas sintesa yaitu

campura H2 dan CO2, dan kemudian gas sintesa melalui proses katalisis diubah menjadi

etanol. Proses gasifikasi campuran biomasa dan uap air dilakukan pada kondisi yang sangat

terbatas oksigen dan pada suhu tinggi sampai 120oC. proses ini telah lama dikenal untuk
menghasilkan gas sintesadari biomasa. Proses pembuatan bioetanol dengan cara ini mirip

dengan proses pembuatan etanol sintetis yang menggunakan bahan baku biomasa, maka

etanol yang dihasilkan dinyatakan sebagai bioetanol, etanol selulosa.

2. Proses Konversi Termo-Biokimia

Proses ini dapat dibedakan atas dua pendekatan yaitu

1.1.3 Bahan Baku Generasi Ketiga

1.1.4 Bahan Baku Generasi Keempat

Anda mungkin juga menyukai