Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIK KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

SATUAN ACARA PENYULUHAN


”HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Siti Yunia Wulandari (163110184)
2. Sri Wahyuni (163110185)
3. Syafrica Elvi Kurnia (163110186)
4. Tari Oktavia (163110187)
5. Titania Andam (163110188)
6. Wulanda Heryuni (163110190)
7. Yulia Titania (163110191)
8. Zaharatul Fitria (163110192)

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

( ) ( )

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKES KEMENKES RI PADANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran : Warga RT04/RW 04
Hari / tanggal : Sabtu, 2 Februari 2019
Waktu : 09.00 – 10.00
Tempat : mesjid Al Muttaqin
Pelaksana : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang Kelas IIIA kel.4

I. Latar Belakang
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120mmHg
dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal
jantung,stroke dan gagal ginjal.Tekanan darah tinggi disebut sebagai “Pembunuh diam-
diam” karena orang dengan darah tinggi sering tidak menampakkan gejala.Institus
Nasional Jantung,Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita darah
tinggi tidak sadar akan kondisinya.Begitu penyakit ini diderita,tekanan darah pasien
harus dipantau dengan interval teratur karena darah tinggi merupakan kondisi seumur
hidup.
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi.Di
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15.000.000 orang tetapi hanya
4% yang merupakan hipertensi terkontrol.Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
yang diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor resikonya dan, 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini peyakit
degenerative dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia (Smeltzer, 2001).
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 1x30 menit masyarakat dapat
memahami tentang penyakit darah tinggi, diet darah tinggi dan mampu melakukan
perawatan diri terhadap penyakit darah tinggi.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit masyarakat mampu menjelaskan
kembali tentang:
a. Pengertian darah tinggi
b. Penyebab darah tinggi
c. Tanda dan gejala darah tinggi
d. Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita darah
tinggi
e. Komplikasi dari hipertensi

IV. Materi
(Terlampir)

V. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan diskusi, yaitu
pemateri menyampaikan materi penyuluhan tentang Hipertensi dan diakhir
penyuluhan disedikan waktu untuk tanya-jawab antara peserta dan pemateri.

VI. Media dan Alat Peraga


Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1. Slide Presentation Power Point
2. Laptop
3. Infocus
4. Leflet
VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Tari Oktavia
Tugas Moderator :
a. Membuka penyuluhan.
b. Memperkenalan diri sendiri, pemateri, notulen, fasilitator, dan observer.
c. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
e. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
g. Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
h. Membuka sesi tanya-jawab.
i. Mempersilakan peserta untuk bertanya.
j. Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
k. Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
l. Menutup penyuluhan.

2. Pemateri : Syafrica Elvi K


Tugas Pemateri:
a. Menyampaikan materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.

3. Notulen : Siti Yunia Wulandari


Tugas Notulen:
a. Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c. Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d. Membuat rangkuman materi penyuluhan.

4. Fasilitator : Sri Wahyuni, Yulia Titania, Wulanda Heryuni


Tugas Fasilitator:
a. Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat penyuluhan, seperti
susunan dan jumlah meja dan kursi yang digunakan dalam penyuluahan.
b. Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat peraga yang
digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan.
c. Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan
menyesuaikannya dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga penyuluhan
berjalan dengan lancar.
5. Dokumentasi : Zaharatul Fitria
Tugas : bertanggung jawab dalam mendokumentasikan selama
penyuluhan dan absensi kehadiran baik anggota penyuluhan
maupun

6. Konsumsi : Titania Andam


Tugas : Menyiapkan snack bagi pembimbing dan peserta.

8. Peserta :
Warga RT 04/RW 04 Lapai

VIII. Setting Tempat

1 2 3

7 7
6 4 4

5 8 5

KETERANGAN
1. Moderator
2. Pemateri
3. Notulen
4. Fasilitator
5. pembimbing
6. Koordinator Lapangan
7. Peserta
8. Penguji/Penilai Penyuluhan
IX. Tahap Kegiatan Penyuluhan
Tahap / Kegiatan Pelaksana Kegiatan Sasaran Estimasi
Pelaksana waktu
Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
Penyuluhan / 2. Memperkenalan diri 2. Mendengarkan
Moderator sendiri, pemateri, notulen,
fasilitator, dan observer
3. Menyampaikan pokok 3. Mendengarkan
pembahasan penyuluhan
kepada peserta
4. Kontrak waktu dengan 4. Menyepakati
peserta penyuluhan selama
30 menit
5. Menyampaikan rute atau 5. Mendengarkan
tahap-tahap dalam
penyuluhan
6. Menguraikan secara singkat 6. Mendengarkan
latar belakang dan tujuan
penyuluhan
7. Mempersilakan pemateri 7. Mendengarkan
untuk menyampaikan
materi
Penyampaian 8. Mengucapkan terima kasih 8. Mendengarkan dan 20
Materi / kepada moderator dan menjawab dengan menit
Pemateri peserta atas waktu dan pelan atau dengan
kepercayaan yang diberikan isyarat
sebagai pemateri (menganggukkan
kepala)
9. Menyampaikan materi 9. Mendengarkan dan
penyuluhan sesuai dengan menjawab “ya atau
sub pokok bahasan sambil tidak” ketika sudah
menanyakan kembali mengerti atau belum
kepada sasaran apakah dengan sub pokok
sudah paham atau belum bahasan yang
disampaikan pemateri
10. Setelah semua materi 10. Mendengarkan
disampaikannya, pemateri
mengembalikan wewenang
ke moderator
Konsumsi 11. Membagikan makanan dan 11. Menerima makanan 5 menit
minuman dan minuman
Tanya-Jawab 12. Moderator membuka sesi 12. Menunjuk tangan, lalu 5 menit
/ Moderator, Tanya-jawab. Moderator menyampaikan
Pemateri, mempersilakan peserta pertanyaannya
dan Peserta untuk bertanya
13. Moderator mempersilakan 13. Mendengarkan
pemateri untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh peserta
Penutup / 14. Mengevaluasi kembali 14. Menjawab atau 5 menit
Moderator materi yang telah menyabutkan
disampaikan dengan pertanyaan yang di
bertanya kepada peserta tanyakan oleh
moderator
15. Menyimpulkan materi 15. Mendengarkan
penyuluhan
16. Mengucapkan terima kasih 16. Mendengarkan
17. Menutup dengan salam 17. Menjawab salam

X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat, media, dan alat peraga sesuai dengan rencana.
b. 80 persen peserta mengikuti penyuluhan.
2. Evalusai proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
b. 70 persen peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. 70 persen peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
d. 70 persen peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran mampu mengetahui tentang pengertian Hipertensi
b. Sasaran mampu mengetahui tentang Penyebab darah tinggi
c. Sasaran mampu mengetahui tentang tujua Tanda dan gejala darah tinggi
d. Sasaran mampu mengetahui Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi
untuk penderita darah tinggi
e. Sasaran mampu mengetahui tentang komplikasi pada hipertensi
Materi Penyuluhan
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas tekanan darah
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan
darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII,
seorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2003). Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik – diastolik yang tidak normal. Batas
sistolik 140 – 190 mmhg dan diastolik 90 – 95 mmhg yang merupakan garis batas
hipertensi. ( Silvia A. price. 2000 )

B.Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009).

Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup
tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan
pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai
populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi
atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat
(Sunardi, 2000).

C. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel
1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg.
Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan
pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi
dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada
kategori ini harus diterapi obat (JNC VII, 2003).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003

Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)

Prehipertensi 120-139 80-89


Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat 1 (Hipertensi 140-159 90-99


ringan)
Sub Grup:Perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109


sedang)
Tingkat 3 (hipertensi >180 >110
berat)
Hipertensi sistol terisolasi >140 <90

Sub group:Perbatasan 140-149 <90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committe


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 >160 >100

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ
target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg, dikategorikan sebagai
hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi (American Diabetes Association, 2003). Pada
hipertensi emergensi, tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ
target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam
hitungan menit-jam) untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Contoh gangguan organ
target akut antara lain, encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut
disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil dan eklampsia
atau hipertensi berat selama kehamilan (Depkes 2006).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,
dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang
memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

3. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah
satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit
demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

4. Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

5. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit


tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan
yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih
cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.

6. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

7. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok


berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis

E. Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat
badan berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau
hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat
dengan hipertensi (Depkes, 2006).

a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan
tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight) (Depkes, 2006b). IMT merupakan indikator yang paling sering
digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada
orang dewasa (Zufry, 2010). Menurut Supariasa, penggunaan IMT hanya berlaku
untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun (Supriasa, 2011).

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada


obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk
5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight) (Depkes, 2006).

Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga disebabkan oleh sistem
simpatis dan sistem renin angiotensin (Suhardjono, 2006). Aktivitas dari saraf
simpatis adalah mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan
denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan
garam (Syaifudin, 2006).
b. Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu
dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial)
yang ada pada diri seseorang (Depkes, 2006).

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau
kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan
dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada
nasib mereka (Depkes, 2006).

c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada
studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada
penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh
darah arteri (Depkes, 2006).

Menurut Depkes RI Pusat Promkes (2008), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa
dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya termasuk 43 senyawa.
Bahan utama rokok terdiri dari 3 zat, yaitu 1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat
perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya
penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh darah
dan penggumpalan darah. 2) Tar, dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan
menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat
menghasilkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen (Depkes, 2008).

d. Olahraga

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-
sisa dari tubuh (Supariasa, 2011).

Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui mekanisme


penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus simpatis, meningkatkan
diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL
(High Density Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah.
Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut
nadi berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan oksigen
jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan berat badan serta
menurunkan tekanan darah (Cahyono, 2008).

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi
penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olahraga aerobik
yang teratur dapat menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun
(Depkes, 2006).

e. Konsumsi alkohol berlebih


Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan
efek terhadap tekanan darah baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3
gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes, 2006).
Di negara barat seperti Amerika, komsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan
meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini (Depkes, 2006).
Komsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per hari pada laki-laki untuk
pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat
badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per hari (Krummel,
2014).

f. Komsumsi garam berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-
rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-
rata lebih tinggi (Depkes, 2006).

Almatsier (2001) dan (2006), natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler.
Pengaturan keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh ginjal. Sumber utama
natrium adalah garam dapur atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda
kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate dan vetsin (monosodium glutamate).
Kelebihan natrium akan menyebabkan keracunan yang dalam keadaan akut
menyebabkan edema dan hipertensi. WHO menganjurkan bahwa komsumsi garam
yang dianjurkan tidak lebih 6 gram/hari setara 110 mmol natrium (Almatsier, 2001,
2006).
g. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolestrol
total, trigliserida, kolestrol LDL atau penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah.
Kolestrol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.

Penelitian Zakiyah (2006) didapatkan hubungan antara kadar kolestrol darah dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik (Zakiyah, 2006). Penelitian Sugihartono (2007)
diketahui sering mengkomsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang
hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak mengkomsumsi lemak
jenuh (Sugihartono, 2007).

F. Komplikasi/Bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi


a. Pada mata
Penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol dapat
menakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
b. Pada Jantung
Dapat meneyebabkan serangan jantng dan gagal jantung.
c. Pada Ginjal
Penyakit ginjal kronis
d. Pada Otak
Terjadinya penyumbatan pembuluh darah seperti stroke

Anda mungkin juga menyukai