Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik

yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik (Noor, 2012). Menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2013) dalam Maisyaroh, dkk (2015), dari jumlah total peristiwa

kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% korban cedera atau sekitar delapan

juta orang yang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang paling

banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas atas sebesar 36,% dan

ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Sedangkan di RSU Tidar Kota

Magelang pada bulan Januari hingga Desember terdapat 73 kasus fraktur

cruris, mayoritas diderita oleh laki-laki yaitu sebanyak 49 kasus dan rata-

rata berumur 25-44 tahun (RSU Tidar Kota Magelang, 2017).

Salah satu tindakan yang dilakukan pada pasien fraktur di rumah

sakit adalah dengan dilakukan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

Tindakan ORIF pada pasien pasca fraktur akan menciptakan reposisi serta

fiksasi yang sempurna sehingga pada pasien pasca bedah dapat melakukan

mobilisasi dengan segera (Sulistiyaningsih, 2016). Dampak yang

ditimbulkan pasca bedah ORIF pada umumnya adalah setiap pasien pasti

1
2

akan mengalami keterbatasan aktivitas dan juga ketidakseimbangan gerak

(Herdman, 2015) .

Gangguan mobilitas fisik yang terus terjadi tanpa adanya latihan

pada klien post ORIF dapat menyebabkan turunnya kecepatan

metabolisme dalam tubuh, ditandai dengan menurunnya basal

metabolisme rate (BMR). Penurunan BMR menyebabkan berkurangnya

energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi

gangguan oksigenasi sel (Hidayat, 2014). Sedangkan Copstead-Kirkhorn

dan Banasik (2005) menyatakan bahwa penyembuhan luka membutuhkan

oksigen seluler yang adequat. Maka dari itu gangguan mobilitas fisik dapat

mengganggu proses penyembuhan luka karena oksigenasi seluler yang

tidak adequat.
Selain itu gangguan mobilitas fisik dalam jangka waktu panjang

dapat mengakibatkan atrofi otot. Atrofi otot pada klien dengan gangguan

mobilitas fisik dapat menyebabkan keadaan abnormal pada sendi yang

dikenal dengan kontraktur sendi. Keadaan ini ditandai dengan fiksasi pada

sendi dan dapat bersifat permanen bila tidak ditangani dengan segera

(Fletcher,2005). Kontraktur sendi terkadang menyebabkan satu atau lebih

sendi berada dalam keadaan non fungsional sehingga mengganggu

stabilitas dan keseimbangan yang berdampak pada penurunan aktivitas

sehari-hari (Potter dan Perry, 2010).


Lebih lanjut, gangguan mobilitas fisik juga berdampak pada

kondisi psikososial pasien. Gangguan mobilitas fisik menyebabkan

perubahan peran dan konsep diri yang menyebabkan klien tidak dapat
3

melakukan rutinitas harian dan menimbulkan kekhawatiran akan keadaan

kesehatan, keuangan, dan kebutuhan keluarga di masa kini dan masa

depan. Kekhawatiran yang dialami klien dapat menimbulkan depresi,

sehingga menyebabkan klien menarik diri. Klien yang menarik diri sering

tidak ingin berpartisipasi pada perawatan dirinya sendiri (Potter dan Perry,

2010).
Dengan mempertimbangkan resiko gangguan fisiologis, psikologis,

, dan sosial yang muncul pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas

fisik pasca bedah ORIF, maka penting untuk dilakukan “Asuhan

Keperawatan pada Klien Post ORIF Fraktur Cruris dengan Fokus Studi

Gangguan Mobilitas Fisik di RSUD Tidar Kota Magelang”.


B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Mobilitas

Fisik akibat dari Post ORIF Fraktur Cruris.


C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien post ORIF fraktur cruris

dengan hambatan mobilitas fisik.


2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut:
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada klien post ORIF fraktur

cruris dengan gangguan mobilitas fisik.


b. Menggambarkan masalah keperawatan pada klien post ORIF fraktur

cruris dengan gangguan mobilitas fisik.


c. Menggambarkan tindakan keperawatan pada klien post ORIF fraktur

cruris dengan gangguan mobilitas fisik.


d. Menggambarkan hasil evaluasi tindakan pada klien post ORIF

fraktur cruris dengan gangguan mobilitas fisik.


D. Manfaat Penulisan
4

1. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan

Mobilitas Fisik akibat dari Post ORIF Fraktur Cruris dalam

pengembangan ilmu keperawatan.


2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Membantu menambah referensi dalam melakukan Asuhan

Keperawatan pada Klien Gangguan Mobilitas Fisik akibat dari Post

ORIF Fraktur Cruris.


b. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya dalam

memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Mobilitas

Fisik akibat dari Post ORIF Fraktur Cruris.


c. Bagi institusi pendidikan
Memperluas, menambah pengetahuan, dan mengembangkan

keterampilan kepada mahasiswa tentang Asuhan Keperawatan pada

Klien Gangguan Mobilitas Fisik akibat dari Post ORIF Fraktur Cruris.

Anda mungkin juga menyukai