PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
Indonesia (2013) dalam Maisyaroh, dkk (2015), dari jumlah total peristiwa
kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% korban cedera atau sekitar delapan
juta orang yang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang paling
banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas atas sebesar 36,% dan
cruris, mayoritas diderita oleh laki-laki yaitu sebanyak 49 kasus dan rata-
Tindakan ORIF pada pasien pasca fraktur akan menciptakan reposisi serta
fiksasi yang sempurna sehingga pada pasien pasca bedah dapat melakukan
ditimbulkan pasca bedah ORIF pada umumnya adalah setiap pasien pasti
1
2
(Herdman, 2015) .
oksigen seluler yang adequat. Maka dari itu gangguan mobilitas fisik dapat
tidak adequat.
Selain itu gangguan mobilitas fisik dalam jangka waktu panjang
dapat mengakibatkan atrofi otot. Atrofi otot pada klien dengan gangguan
dikenal dengan kontraktur sendi. Keadaan ini ditandai dengan fiksasi pada
sendi dan dapat bersifat permanen bila tidak ditangani dengan segera
perubahan peran dan konsep diri yang menyebabkan klien tidak dapat
3
sehingga menyebabkan klien menarik diri. Klien yang menarik diri sering
tidak ingin berpartisipasi pada perawatan dirinya sendiri (Potter dan Perry,
2010).
Dengan mempertimbangkan resiko gangguan fisiologis, psikologis,
, dan sosial yang muncul pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas
Keperawatan pada Klien Post ORIF Fraktur Cruris dengan Fokus Studi
berikut:
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada klien post ORIF fraktur
1. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan
Klien Gangguan Mobilitas Fisik akibat dari Post ORIF Fraktur Cruris.