Anda di halaman 1dari 28

KASUS 2 : OKSIGENISASI

FISIOLOGI RESPIRASI
Respirasi adalah proses pertukaran gas, yaitu O2 yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme
sel dan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru-
paru.

A. STRUKTUR DAN FUNGSI RESPIRASI


1. Hidung
Didalam hidung terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi untuk menyaring udara,
debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam hidung.
2. Faring
Tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makan.
3. Laring
Rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan dengan otot dan mengandung pita
suara
4. Trakea
Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada
bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan
5. Bronkus
Sebagai saluran percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Bronkus
bercabang-cabang menjadi bronkiolus
6. Paru – paru
Untuk membantu oksigen dari udara yang kita hirup masuk sel darah merah.

B. PERTUKARAN GAS
Difusi adalah suatu proses pertukaran gas-gas respirasi dalam alveoli dan kapiler-
kapiler jaringan tubuh. O2 ditransfer dari paru ke darah, sedangkan CO2 ditransfer dari
darah ke alveoli dan dikeluarkan. Pada tingkat jaringan, O2 ditransfer dari darah ke
jaringan, sedangkan CO2 ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli
dan dikeluarkan. Difusi gas-gas respirasi terjadi di membran kapiler alveolar.
C. PROSES RESPIRASI
 Inspirasi ( menarik napas )
Otot diafragma berkontraksi , kubah diafragma akan turun, muskulus
interkostalis eksterna berkontraksi –mengangkat tulang iga – jarak antara
sternum dan vertebrae makin luas dan melebar sehingga diameter posterior
dan anterior menjadi besar, kemudian pleura dan paru-paru akan tertarik
sehingga rongga dada akan menjadi lebih besar, rongga yang besar membuat
tekanan didalam paru-paru (interpulmonari) menjadi kecil/berkurang
dibanding dengan tekanan atmosfer udara luar, akhirnya udara akan mengalir
masuk dari luar kedalam paru-paru.

 Ekspirasi
Otot diafragma akan berelaksasi dan otot rongga dada ( muskulus interkostalis
internus dan serratus posterior) akan berkontraksi sehingga rongga dada akan
mengecil ke ukuran yang semula. Volume rongga dada yang kecil akan
menyebabkan tekanan dalam dada akan lebih tinggi dibanding tekanan udara
atmosfer. Udara akan mengalir dari dalam rongga dada menuju keluar.

Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-
paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan
pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma
dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical
keempat.
Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor
yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam
darah

Perfusi
Perfusi paru adalah sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.

Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.

Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika swaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan sistemik.
Pengaruh Sistem Saraf dan Hormon Dalam Proses Respirasi
Pengaruh Sistem Saraf

 Pusat otomatik dalam medula oblongata mengantarkan impuls eferen ke otot


pernafasan melalui radik saraf servikalis dihantarkan ke diafragma oleh saraf
prenikus. Impuls menyebabkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis
yang kecepatannya lebih kurang 15 kali/menit.
Pengaruh hormon

 Sel darah merah, yang memiliki sedikit mitokondria, memproduksi adenosit trifosfat
(ATP) hanya melalui glikolisis hingga terbentuk asam laktat. Proses glikolisis dalam
sel darah merah juga membentuk 2,3-biphosphoglycerate atau BPG. Sel darah merah
normal mengandung BPG, yang memiliki efek langsung terhadap pengikatan dan
pelepasan oksigen. Pada beberapa tekanan parsial oksigen, BPG dalam konsentrasi
tinggi menyebabkan oksigen dilepas oleh Hb.
 Konsentrasi BPG dapat ditingkatkan oleh hormon tiroid, GH (growth hormone),
epinefrin, androgen, dan PH darah yang tinggi. Hormon-hormon ini memperbaiki
penyaluran oksigen ke jaringan, karena saat BPg naik, hemoglobin melepas oksigen
lebih banyak sekitar 10 % . Level BPG juga naik saat PH naik. Produksi BPG
menurun ketika sel darah merah sudah tua. Saat level BPG terlalu rendah, Hb semakin
kuat mengikat oksigen sehingga oksigen sulit dilepas.

RESPIRASI
Cara Mengukur :
1. Tempatkan alat disamping klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
3. Cuci tangan

4. Letakkan lengan klien dengan posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksaan langsung pada abdomen klien.
5. Observasi siklus pernapasan lengkap
6. Lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7. Hitung frekuensi selama 1 menit
8. Cuci tangan
Normalnya : Bayi ( sampai 6 bulan) : 20-40 kali/menit
Anak prasekolah : 20-30 kali/menit
Anak-anak : 16-25 kali/menit
Dewasa : 12-20 kali/menit
SUHU
Lokasi Ukur : Pada ketiak, mulut, anus.
Suhu Normal : Bayi : 36,1 – 37,7ºC
Anak : 36,3 – 37,7ºC
Dewasa : 36,5 – 37,5ºC
Pemeriksaan Suhu Oral:
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak bawah lidah
6. Turunkan suhu termometer dibawah 34-35°C
7. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit
9. Angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catat hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu
12. Cuci dengan air sabun, disinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan
13. Cuci tangan setelah prisedur dilakukan
Pemeriksaan suhu rektal :

1. Jelaskan prosedur pada klien


2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien dengan posisi miring
5. Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea
6. Tentukan nilai termometer atur pada nilai nol dan leskan vaselin
7. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea dan masukkan termometer kedalam rektal
jangan sampai berubah tempat dan ukur suhu
8. Setelah 3-5 menit angkat termometer
9. Catat hasil
10. Bersihkan termometer dengan kertas tisu
11. Cuci dengan air sabun, disinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan
12. Cuci tangan setelah prisedur dilakukan
Pemeriksaan suhu aksila :

1. Jelaskan prosedur pada klien


2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila menggunakan tisu
6. Turunkan suhu termometer dibawah 34-35°C
7. Letakkan termometer pada serah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada
8. Setelah 3-10 menit angkat termometer dan baca hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan termometer dengan kertas tisu
11. Cuci dengan air sabun, disinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan
12. Cuci tangan setelah prisedur dilakukan

FISIOLOGI KARDIOVASKULER

A. STRUKTUR DAN FUNGSI KARDIOVASKULER


Ruang Jantung
1. Atrium Dextra : Penampung darah rendah O2 dari seluruh tubuh.
Atrium Sinistra : Menerima darah yang kaya O2 dari paru-paru.
2. Ventrikel Dextra : Menerima darah dari atrium dextra dan dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonalis
Ventrikel Sinistra : Menerima darah dari atrium sinistra dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta.
Katup Jantung
1. Katup Atrioventikuler : Mengalirkan darah dari atrium ke ventrikel pada fase diastole.
2. Katup Aorta : Mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Pembuluh Darah
1. Arteri : Transportasi darah dengan tekanan tinggi ke seluruh jaringan tubuh.
2. Arteriola : Sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
3. Kapiler : Sebagai jembatan diantara arteri dan vena.
4. Venula : Mengalirnya darah dari kapiler dan bergabung dengan venul-venul lain
ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena : Menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Darah
Terdiri atas 2 komponen :
1. Korpuskuler ( unsur padat )
• Eritrosit = sekitar 99% . Mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen
• Trombosit = sekitar 0,6 – 1 % . Bertanggung jawab dalam proses pembekuan
darah
• Leukosit = sekiat 0,2% . Bertanggung jawab terhdapat sistem imun
2. Plasma Darah
• Air = 91 %
• Protein = 8 % ( albumin, globulin, protrombin, fibrinogen )
• Mineral = 0,9 % ( NaCl, kalium, fosfor, natrium bikarbonat, zat besi, dll.
• Garam

A. SISTEM KONDUKSI JANTUNG


Nodus sino-atrial (SA) adalah pencetus aliran listrik pada jantung. Impuls yang dibuat
oleh Nodus SA dikondisikan ke otot-otot atrium untuk menghasilkan kontraksi atrium
yang sinkron. Penyakit atau degenerasi dari bagian manapun pada jalur konduksi bisa
menyebabkan gangguan irama jantung yang berbahaya. Degenerasi nodus SA
menyebabkan peran pacu jantung diambil oleh bagian lain dari jalur konduks,
sekalipun biasanya dengan kecepatan denyut yang lebih lambat.
 Impuls mencapai nodus antrioventikular (AV) yang terletak di septum
interatrial tepat diatas pintu sinus koronarius. Dari sini impuls diteruskan
ke ventrikel melalui antrioventicular bundle ( of his) yang turun ke septum
interventikular.
 Bundle of his terbagi menjadi cabang kanan dan kiri yang mengirim
serabut purkinje di bagian subendokardium dari ventrikel. Posisi serabut
purkinje menyebabkan kontraksi ventrikel yang hampir sinkron.

B. PEREDARAN DARAH JANTUNG
Sistem peredaran darah sistemik
 Melibatkan jantung sebelah kiri yaitu atrium kiri dan ventrikel kiri.
 Dimulai dari atrium kiri darah dari vena pulmonalis yang banyak mengandung
O2 dipompakan masuk ke ventrikel melalui katup atriventrikuler kiri/bicuspid
vale/katup mitral.
 Dari ventrikal darah masuk ke aorta melalui katup semilunaris aorta masuk ke aorta
ascenden ke arcus aorta dan berlanjut ke pembuluh darah yang lebih kecil yaitu arteri
ke arteriol dan kapiler.
 Dari kapiler terjadi pertukaran O2 dengan CO2 dari sel atau jaringan.
 Darah yang mengandung CO2 kembali ke jantung melalui venula ke vena masuk ke
vena yang lebih besar yaitu vena cava superior dan vena cava inferior masuk ke
atrium kanan.
 Selanjutnya darah masuk ke sistem peredaran darah pulmonal.

Sistem peredaran darah pulmonal


 Melibatkan jantung sebelah kanan yaitu atrium kanan dan ventrikel kanan.
 Darah dari vena cava superior dan vena cava inferior yang banyak mengandung
CO2 masuk ke atrium kanan dan dipompakan ke ventrikel kanan melalui katup
atrioventrikuler kanan/trcuspid valve.
 Dari ventrikel masuk ke arteri pulmonalis melalui katup semilunaris pulmonal.
 Arteri pulmonal akan bercabang 2 kanan dan kiri selanjutnya darah masuk ke paru –
paru dan terjadi proses pertukaran antara CO2 dengan O2 dalam proses bernafas.
 Setelah terjadi pertukaran darah yang banyak mengandung O2 kembali ke jantung
melalui vena pulmonalis masuk ke atrium kiri.
 Selanjutnya darah masuk ke sistem peredaran darah sistemik.

C. PEREDARAN DARAH CORONER

Pembuluh koroner utama dibagi menjadi right coronary artery ( RCA ), left coronary
artery( LCA ), left anterior descending artery dan circum flex artery. Sistem sirkulasi
darah koroner terpisah dari sistem alirah darah kecil maupun sistem aliran darah besar,
Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung. Yaitu melalui pembuluh koroner
dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian menyatu serta bermuara langsung
kedalam bilik kanan. Melalui sistem peredaran darah koroner ini, otot jantung
mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat lain, agar dapat menggerakkan jantung sesuai
dengan fungsinya. Dari sini terlihat bahwa bila pembuluh arteri koroner terganggu,
misalnya adanya plak ( kolesterol, lemak, kalsium, dan lain-lain ), aliran darah ke otot
jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat bekerja secara normal

KARDIAK OUTPUT ( CURAH JANTUNG )


Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa masuk aorta setiap menitnya.
CURAH JANTUNG = VOLUME SEKUNCUP x JUMLAH DENYUT/MENIT
Curah jantung bergantung pada:
Frekuensi denyut jantung : Saat istirahat biasanya sekitar 70 kali/menit
Isi sekuncup : Jumlah darah yang keluar dari ventrikel pada setiap denyut.
Saat istirahat biasanya sekitar 70 ml. Pda latihan ringan
meningkat sampai 125 ml.
Curah jantung diukur dengan : Mengukur jumlah oksigen yang dimbil oleh paru per menit.
Berbagai teknik dilusi dengan zat pewarna, isotop radioaktif, dll.
Hubungan antara kardiak output, preload, afterload, kontraktilitas, dan denyut
jantung pada proses oksigenasi
a. kardiak output : jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel dalam satu menit. saat
ventrikel berkontraksi selama sistol, darah mengalir keluar dari ventrikel menuju pembuluh
darah besar dan sirkulasi sistemik dan pulmonal. Otot jantung kemudian relaks (fase
diastolic), memungkinkan ventrikel terisi dan otot jantung diperfusi.

b. preload : derajat peregangan serabut otot di ventrikel pada akhir periode relaksasi
(diastole). Preload sangat bergantung pada jumlah darah yang kembali ke jantung dari
sirkulasi vena : peningkatan volume menyebabkan peningkatan regangan, yang menyebabkan
kontraksi serabut otot jantung menjadi lebih kuat.

c. afterload : tekanan yang harus dihadapi jantung ketika memompa darah untuk
mengeluarkan darah ke sirkualsi. Darah mengalir dari area bertekanan tinggi ke area
bertekanan rendah.untuk mengalirkan darah ke system sirkulasi, ventrikel harus
menghasilkan tekanan yg cukup kuat untuk mengatasi tahanan vaskuler atau tekanan di
dalam arteri, yang disebut sbg afterload.
d. kontraktilitas : kemampuan serabut otot jantung yg diturunkan untuk memendek atau
berkontralsi. Volume sekuncup menurun jika kontraktilitas buruk, mengurangi curah jantung.

e. denyut jantung : peningkatan denyut jantung meningkatkan curah jantung, bahkan jika isi
sekuncupnya tidak berubah. Sebaliknya, curah jantung menurun saat denyut jantung menurun
meski isi sekuncupnya tetap konstan.

 Denyut nadi ; frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di
permukaa kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya
sama dengan frekuensi denyut jantung
 Jumlah denyut nadi normal
1. Bayi baru lahir 100-180 denyut/menit
2. Bayi 1 minggu-3 bulan 100-220 denyut/menit
3. Anak 2-10 tahun 70-110 denyut/menit
4. Remaja 10-21 tahun 60-90 denyut/menit
5. Dewasa >21 tahun 69-100 denyut/menit
 Tempat-tempat menghitung denyut nadi
1. Arteri radalis : pada pergelangan tangan
2. Arteri temporalis : pada tulang pelipis
3. Arteri caratis : pada leher
4. Arteri femoralis : pada lipatan paha
5. Arteri dorsalis pedis : pada punggung kaki
6. Arteri politela : pada lipatan lutut
7. Arteri bracialis : pada lipatan siku
8. Ictus cordis : pada dinding iga (5-7)
 Tekanan darah : ukuran seberapa kuatnya jantung memompa darah ke seluruh tubuh
 Tekanan darah digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :
1. Tekanan darah normal pada orang dewasa di bawah atau setara 120/80 mmHg.
Angka 120 menunjukkan tekanan sistol dan 80 menunjukkan tekanan
diastole.
2. Prehipertensi tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan tekanan darah diastole
80-90 mmHg
3. Hipertensi tingkat 1 tekanan darah sistol 140-159 mmHg dan tekanan darah
diastole 90-99 mmHg
4. Hipertensi tingkat 2 tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih tinggi

Perubahan pada fungsi respirasi


a. Hipoventilasi

 Pola pernafasan lambat, frekuensi kurang dari 16 x/mt


 Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau untuk mengeliminasi kecukupan CO2
 Dapat disebabkan oleh :
 Atelectasis : menghalangi pertukaran oksigen dan karbon dioksida yg normal,
selama alveoli kolaps hanya sedikit paru yang berventilisasi
 Penyakit otot pernapasan
 Obat-obatan atau anestesi

 Gejala : nyeri kepala,disorientasi, kardiakdisritma, ketidakseimbangan elektrolit,


kejang, perubahan status mental, disritma, dan potensi henti jantung
 Contoh : Pada pasien PPOK, asupan oksigen yg berlebihan dapat menyebabkan
hipeventilasi, klien tsb telah beeradaptasi terhadap tingginya kadar karbon dioksida,
dan kemoreseptor yg sensitive terhadap karbon dioksida tidak berfungsi dgn baik.
Stimulus untuk bernapas adalah mengurangi kadar oksigen arteri (PaO2).
Memasukkan oksige lebih dari 24-28% (1-3 liter/menit) dapat mencegah PaO2, dari
kekurangan dan menghilangkan stimulus untuk bernapas sehingga menyebabkan
hipoventilasi

b. Hiperventilasi

 Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru, frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat ≥24 x/mt, dan lebih banyak CO2 yang dibuang daripada yang
dihasilkan
 Dapat terjadi sebagai respons terhadap stres
 Dapat di sebabkan oleh :
 Ansietas : hilangnya kesadaran karena pengeluaran CO2 yg berlebihan
 Demam : semakin tinggi suhu tubuh, terjadilah peningkatan laju metabolisme
sehingga meningkatkan produksi CO2 dan meningkatkan frekuensi dan
kedalaman respirasi
 Racun salisilat (aspirin) : menyebabkan stimulsi yg berlebihan pada pusat
pernapasan selama tubuh berusaha untuk mengompensasi karbon dioksida yg
berlebihan
 Amfetamin : meningkatkan ventilisasi dgn meningkatkan karbon dioksida
 Hiperventilasi juga terjadi selama tubuh berusaha untuk mengompensasi
asidosis metabolic dgn memproduksi alkalosis respiratorik
 Gejala : berkeringat dan mati rasa pada tangan, kepala terasa melayang, ansietas,
napas pendek, takikardia, nyeri dada dan parestesia
 Contoh : klien dgn diabetes yg mengalami ketoasidosis diabetikum memproduksi
sejumlah besar asam metabolic. System respirasi mencoba memprbaiki keseimbangan
asam-basa dgn bernapas terus-menerus. Ventilasi meningkat untuk mengurangi
jumlah karbon dioksida yg ada untuk membentuk asam karbonat

c. Hipoksia

 Oksigenasi jaringan yg tidak adekuat pada tingkat seluler


 Terjadi akibat defisiensi dalam penyampaian atau pemakaian oksigen pada tingkat
selular
 Penyebab hipoksia :
 Penurunan kadar Hb dan rendahnya kapasitas pembawa oksigen
 Berkurangnya konsentrasi kandungan oksigen, seperti yg terjadi pd daerah
ketinggian
 Ketidakmampuan jaringan untuk menyaring oksigen dari darah, sama seperti
keracunan sianida
 Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti pada pneumonia
 Perfusi jaringan yg buruk dgn darah yg teroksigenisasi, sama seperti syok
 Gangguan ventilisasi, sama seperti fraktur iga multiple atau trauma dada
 Gejala : kelelahan, ketakutan, kegelisahan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,
peurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, dan perubahan perilaku

Perubahan fungsi jantung


a. kelainan system konduksi

 Impuls listrik yang tidak berasal dari katup SA meyebabkan gangguan konduksi,
gangguan irama tsb disebut disritma
 Disritma terjadi sbg suatu gangguan konduksi primer, seperti respons terhadap
iskemia, kelainan katup, ansietas, atau keracunan obat, akibat pemakaian kafein,
alcohol, atau tembakau, atau sbg komplikasi dari ketidakseimbangan elektrolit atau
asam-basa
 Disritma diklasifikasikan berdasarkan respons jantung dan tempat impuls berasal.
Respon jantung :
 Takikardia : ≥ 100 detak per menit
 Bradikardia : ≤ 60 detak per menit
 Denyut premature (dini)
 Blockade denyut (terhambat atau hilang)
 Takidisritma dan bradidisritmia menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
Takidisritma mengurangi curah jantung dgn menurunkan waktu pengisian diastolic.
Bradidisritmia menurunkan curah jantung karena penurunan frekuensi jantung
 Fibrilasi atrium impuls listrik dalam atrium dalam keadaan kacau dan berasal dr
berbagai tempat. Irama bersifat irregular karena tempat pacemaker yg beragam dan
konduksi yg tidak diperkirakan ke ventrikel. Kompleks QRS normal, tetapi terjadi
pada interval yg irregular
 disritma supraventricular Impuls abnormal yg dialihkan berasal dr atas ventrikel.
Kelainan bentuk gelombang ini merupakan konfigurasi dan penempatan gelombang
P. kondisi ventricular biasanya tetap normal dan terlihat kompleks QRS tetap normal
 takikardia supraventrikel paroksimal takikardia yg onsetnya cepat dan tiba-tiba yg
berasal dr bagian atas katup AV, bermula dan berakhir scr spontan. Disebabkan oleh
kegembiraan, kelelahan, kafein, merokok, atau pemakaian alkohol
 ventricular takikardia dan fibrilasi ventrikel merupakan irama yg mengancam
kehidupan 5 sehingga memerlukan intervensi segera. Ventricular takikardia
mengancam kehidupan karena menurunkan curah jantung dan berpotensi untuk
berubah menjadi fibrilasi ventrikel

b. perubahan kardiak output

 Kegagalan miokard untuk memompa volume darah dgn jumlah yg cukup untuk
sirkulasi pulmonary dan sirkulasi sistemik menyebabkan gagal jantung. Kegagalan
pompa miokard diakibatkan penyakit arteri coroner primer, kondisi-kondisi
kardiomiopati, gangguang katup, dan penyakit pulmonary
 Gagal jantung kiri kondisi abnormal yg ditandai dgn kerusakan fungsi ventrikel
sinistra akibat tekanan dan kongesti pulmonary yg meningkat. Apabila kegagalan
ventrikel bermakna, maka jumlah darah yg dipompa dari ventrikel kiri menurun
drastic, sehingga menyebabkan penuruna curah jantung. Temuan pengkajian dapat
mencakup penurunan toleransi aktivitas, sesak napas, pusing, dan kebingungan, akibat
hipoksia jaringan yg disebabkan oleh penurunan curah jantung. Karena ventrikel kiri
terus menerus gagal memompa darah, maka darah mulai terkumpul di sirkulasi
pulmonary, sehingga menyebabkan kongesti paru. Temuan klinis meliputi suara
crackles pd saat diauskultasi, hipoksia, napas pendek pd saat ekspirasi dan seringkali
saat sedang istirahat, batuk, atau saat mengalami dispneanokturnal proksimal
 Gagal jantung kanan kerusakan ventrikel dekstra yg ditandai dgn kongesti vena pada
sirkulasi sistemik. Disebabkan oleh penyakit pulmonary atau merupakan akibat gagal
jantung kiri. Factor patologis primer gagal jantung kiri ialah peningkatan resistensi
pembuluh darah pulmonary (PVR). Karena PVR terus meningkat, vetrikel kanan
harus bekerja lebih keras dan kebutuhan oksigen pd jantung meningkat. Apabila
kegagalan ini terus berlangsung, jumlah darah yg dipompa keluar dr ventrikel kanan
menurun sehingga darah mulai “mengumpul” di sirkulasi sistemik. Data klinis yg
diperoleh ialah berat badan klien meningkat, vena-vena dileher mengalami distensi,
hepatomegaly dan splenomegaly, dan edema perifer dependen
 Gejala
a) Perubahan frekuensi atau irama jantung, ditandai dengan bradiakardia,
takikardia, gangguan koduksi jantung
b) Perubahan preload, ditandai dengan edema, peningkatan CVP, keletihan,
murmur, penurunan VCP
c) Perubahan afterload, ditandai dengan peningkatan atau penurunan tekanan
darah, akral dingin, urin output tidak memadai, sianotik
d) Perubahan kontraktilitas jantung, ditandai dengan batuk, suara nafs tidak
normal, bunyi jantung S3 dan S4, sesak, perubahan emosi (gelisah dan
khawatir) dan penurunan neurologis (kejang dan pusing)

c. perubahan fungsi katup jantung

 Merupakan gangguan katup jantung yg didapat atau kongenital. Ditandai dgn stenosis
dan obstruksi aliran darah atau degenerasi katup dan regurgitasi darah
 Saat terjadi stenosis di katup seminular (di aorta dan di katup paru), ventrikel yg
berhubungan harus bekerja lebih keras untuk menggerakan volume ventricular di
belakang katup stenosis
 Pada waktu tertentu stenosis dapat menyebabkan ventrikel mengalami hipertrofi
(membesar) dan jika kondisi ini tidak ditangani, maka akan terjadi gagal jantung kiri
ataupun gagal jantung kanan. Apabila terjadi stenosis di katup atrioventrikular (katup
mitral/tricuspid), maka tekanan ventrikel akan meningkat, menyebabkan atrium
mengalami hipertrofi.
 Saat terjadi regurgitasi, terdapat suatu aliran balik darah ke dalam kamar pd jantung
yg berhubungan. Misalya, pd regurgitasi mitral, katup-katup mitral tidak menutup
seutuhnya. Saat ventrikel berkotraksi, darah kembali ke dalam atrium sehingga
terdengar bunyi murmur atau “desis”
 Gejala : kesulitan mengambil napas, tekanan pada bagian dada terutama saat sedang
beraktivitas, pusing, kelelahan, detak jantung tidak beraturan, penambahan berat
badan, edema dan pingsan

e. iskemia otot jantung

 Terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri coroner tidak cukup dalam memenuhi
kebutuhan oksigen pd organ. Dua manifestasi yg umum pd iskemia adalah angina
pectoris dan infark miokard
 Angina pectoris merupakan ketidakseimbangan sementara antara suplai dan
kebutuhan oksigen pd miokard. Kondisi ini menyebabkan nyeri dada yg menimbulkan
rasa sakit, tajam, kesemutan, terbakar, atau terasa seperti tekanan. Nyeri dada dapt
terasa di sisi kiri atau daerah substerum dan dapat beradiasi ke lengan kiri atau kedua
lengan, ke rahang, ke leher dan punggung. Nyeri seringkali dipresipitasi olek aktivitas
yg meningkatkan kebutuhan oksigen miokard (mis. Latihan fisik, ansietas, dan stress)
 Infark miokard disebabkan oleh penurunan aliran darah coroner yg tiba-tiba atau
peningkatan oksigen miokard tanpa disertai perfusi coroner yg adekuat. Infark terjadi
karena iskemia (yg berifat reversible) dan nekrosis (yg tdk bersifat reversible). Nyeri
dapat terasa di daerah retrosternum dan precordium kiri dan beradiasi ke bawah, yakni
ke lengan kiri , ke leher, gigi, daerah ulu hati dan punggung.

Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

1. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karna
usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat
terlihat pada bayi usia prematur dengan adanya kecendrungan kurang pembentukan
surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring
dengan bertambahnya usia.
2. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,
ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
3. Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan,
aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain.
Perilaku dalam mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
oksigenasi , seperti obesitasnya seseorang yang mempengaruhi proses pengembangan
paru-paru. Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah.

Buku panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan I. Oleh Yulrina Ardhiyanti


S.K.M., M.Kes.
Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

1) Riwayat keperawatan

Riwayat keperawatan pada status oksigenasi meliputi hal-hal sebagai berikut.


1) Masalah pada pernapasan ( dulu dan sekarang ). Meliputi ada atau tidak gangguan
pernapasan seperti epistaksis, obstruksi nasal, dan keadaan lain yang menyebabkan
gangguan pernapasan.
2) Adanya batuk, sputum dan nyeri: perhatikan jenis batuknya dan keadaan pada saat
pasien batuk ( misalnya sedang makan atau hanya pada malam hari ). Apabila
terbentuk sputum, perhatikan warna dan kejernihannya. Perhatikan apakah pasien
mengalami nyeri pada dada. Apabila dada terasa nyeri, perhatikan bagian yang
merasa nyeri, luas dan intesitasnya, faktor yang menyebabkan rasa nyeri tersebut,
perubahan nyeri dada jika pasien berubah posisi, serta ada tidaknya hubungan antara
waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
3) Adanya infeksi kronis dari hidung, sakit pada sinus, nyeri ditenggorokan, kenaikan
suhu tubuh hingga sekitar 38,50C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-
muntah ( pada anak-anak ) faring berwarna merah, dan terdapat edema.
4) Faktor resiko yang memperberat masalah osigenasi, misalnya riwayat hipertensi,
penyakit jantung, atau penyakit CVA ( cerebro vascular accident ), kebiasaan
merokok, berusia lanjut, obesitas, diet tinggi lemak, dan kolestrol tinggi.
5) Riwayat penggunaan medikasi
6) Stressor yang dialami

2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi empat teknik, yaitu
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi, bagian yang diperhatikan antara lain:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Postur tubuh
c) Kondisi kulit dan membrane mukosa
d) Bagian dada ( misalnya kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks dan pergerakan dinding dada )
e) Pola napas, meliputi :
 Tipe jalan napas, meliputi napas spontan melalui hidung/mulut
atau menggunakan selang
 Frekuensi dan kedalaman pernapasan
 Sifat pernapasan, yaitu pernapasan torakal, abdominal, atau
kombinasi keduanya
 Irama pernapasan, meliputi durasi inspirasi dan ekspirasi
 Ekspansi dada secara umum
 Adanya sianosis, deformitas, atau jaringan parut pada dada
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan siku tangan pemeriksa mendatar di atas
dada pasien. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi nyeri tekan,
peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan
dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan antara lain untuk mengetahui suhu
kulit, pengembangan dada, abnormalitas massa, dan kelenjar, sirkulasi perifer,
denyut nadi, dan pengisian kapiler
3) Perkusi
Perkusi bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji keberadaan abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru-
paru. Hal-hal tersebut dapat dinilai dari normal tidaknya suara perkusi paru.
Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor dengan bunyi seperti “ dug-
dug”.
Perkusi dilakukan dengan menekankan jari tengah ( tangan non-dominan )
pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Lalu jari tersebut diketuk-ketukan
dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonansi atau gaung perkusi.
Suara perkusi yang redup terdapat pada penderita infiltrat, konsolidasi, dan
efusi pleura. Suara perkusi yang pekak atau kempis ( suara seperti ketika kita
memperkusi paha kita ) terdengar apabila perkusi dilakukan di atas daerah
yang mengalami atelectasis, atau dapat juga terdengar pada rongga pleura
yang terisi oleh nanah, tumor pada permukaan paru, atau fibrosis paru dengan
penebalan pleura. Hipersonan atau bunyi drum dapat ditemukan pada penyakit
tertentu, misalnya pneumonia dan emfisema.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh.
Proses ini dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Bagian yang
diperhatikan adalah nada, intensitas, durasi, dan kualitas bunyi. Auskultasi
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat suara napas yang tidak normal.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang sehat.
Suara napas ini dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu bunyi napas vesikular,
bronkial, dan bronkovesikular. Bunyi napas vesikular bernada rendah, terdapat
disebagian besar area paru, serta suara pada saat inspirasi lebih keras dan lebih
panjang daripada saat ekspirasi. Bunyi napas bronkial hanya terdengar di
daerah trakea, bernada tinggi, serta keras dan panjang pada saat ekspirasi.
Bunyi napas bronkovesikular terdengar pada area utama bronkus dan areaparu
bagian kanan atas posterior, bernada sedang, serta bunyi pada saat ekspirasi
dan inspirasi seimbang.
Suara napas tambahan adalah suara yang terdengar pada dinding toraks yang
disebabkan oleh kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli, dan pleura.
Contoh suara napas tambahan adalah rales dan ronkhi. Bunyi rales bernada
pendek, kasar, dan terputus-putus karena jeratan udara sekret selama fase
inhalasi, ekshalasi, atau batuk. Bunyi rales dapat ditemukan pada penderita
edema paru, pneumonia, fibrosis paru, dan atelektasis. Suara ronkhi adalah
suara yang berasal dari bronkhi yang disebabkan oleh penyempitan lumen
bronkus. Suara mengi ( wheezing ) merupakan ronkhi kering yang tinggi,
dengan nada yang terputus-putus. Suara mengi umumnya dapat ditemukan
pada penderita asma. Suara ronkhi basah ditandai dengan suara berisik yang
terputus akibat aliran udara yang melewati cairan.
3) Pemeriksaan diagnostik
Macam-macam pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami masalah oksigenasi, yaitu:
1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi, contohnya uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap
2) Tes struktur sistem pernapasan, contohnya rontgen dada, bronkoskopi (
pemeriksaan bronkus dengan bronkoskop ), dan scan paru. Rontgen dada
dilakukan untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkulosis, mendeteksi
keberadaan tumor atau benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung,
dan untuk melihat struktur yang tidak normal.
3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan, contohnya kultur
trakea, sputum, uji kulit, dan torakentesis

Diagnosa keperawatan

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif


Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
 Batasan Karakteristik :
 Dispneu, Penurunan suara nafas
 Orthopneu
 Cyanosis
 Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
 Kesulitan berbicara
 Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
 Mata melebar
 Produksi sputum
 Gelisah
 Perubahan frekuensi dan irama nafas
 Faktor-faktor yang berhubungan:
 Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
 Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
 Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas.

Resiko pola nafas tidak afektif b/d penurunan energi dalam bernafas.
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

 Batasan karakteristik :
 Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
 Penurunan pertukaran udara per menit
 Menggunakan otot pernafasan tambahan
 Nasal flaring
 Dyspnea
 Orthopnea
 Perubahan penyimpangan dada
 Nafas pendek
 Assumption of 3-point position
 Pernafasan pursed-lip
 Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Pernafasan rata-rata/minimal

Bayi : < 25 atau > 60


Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24

 Kedalaman pernafasan

Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat


Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg

 Timing rasio
 Penurunan kapasitas vital
 Faktor yang berhubungan :
 Hiperventilasi
 Deformitas tulang
 Kelainan bentuk dinding dada
 Penurunan energi/kelelahan
 Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
 Obesitas
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot pernafasan
 Hipoventilasi sindrom
 Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi Neuromuskuler
 Kerusakan persepsi/kognitif
 Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
 Imaturitas Neurologis

• Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

 Batasan karakteristik :
 Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
 Penurunan pertukaran udara per menit
 Menggunakan otot pernafasan tambahan
 Nasal flaring
 Dyspnea
 Orthopnea
 Perubahan penyimpangan dada
 Nafas pendek
 Assumption of 3-point position
 Pernafasan pursed-lip
 Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Pernafasan rata-rata/minimal

§ Bayi : < 25 atau > 60


§ Usia 1-4 : < 20 atau > 30
§ Usia 5-14 : < 14 atau > 25
§ Usia > 14 : < 11 atau > 24

 Kedalaman pernafasan

§ Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat


§ Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
 Faktor yang berhubungan :
 Hiperventilasi
 Deformitas tulang
 Kelainan bentuk dinding dada
 Penurunan energi/kelelahan
 Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
 Obesitas
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot pernafasan
 Hipoventilasi sindrom
 Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi Neuromuskuler
 Kerusakan persepsi/kognitif
 Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
 Imaturitas Neurologis

Gangguan Pertukaran gas


Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida
di dalam membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :

 Gangguan penglihatan
 Penurunan CO2
 Takikardi
 Hiperkapnia
 Keletihan
 somnolen
 Iritabilitas
 Hypoxia
 kebingungan
 Dyspnoe
 nasal faring
 AGD Normal
 sianosis
 warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
 Hipoksemia
 hiperkarbia
 sakit kepala ketika bangun
 frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan :


 ketidakseimbangan perfusi ventilasi
 perubahan membran kapiler-alveolar

Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang,


paparan lingkungan dingin/panas
Definisi : Risiko kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Faktor factor resiko:
•Perubahan metabolisme dasar
•Penyakit atau trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu
•Pengobatan pengobatan yang menyebabkan vasokonstriksi dan vasodilatasi
•Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
•Ketidakaktifan atau aktivitas berat
•Dehidrasi
•Pemberian obat penenang
•Paparan dingin atau hangat/lingkungan yang panas

Intervensi keperawatan
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
Airway suction

 Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning


 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
 Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
 Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
 Monitor status oksigen pasien
 Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
 Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management

 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

Resiko pola nafas tidak efektif


Airway Management

 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea


 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigena

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

Implementasi keperawatan
A. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan sekumpulan tindakan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan,
dan mengeliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan. Fisioterapi dada terdiri
atas turning, drainase postural, perkusi dada, vibrasi dada, latihan napas dalam, dan
batuk efektif.
1) Turning
Turning berfungsi meningkatkan kemampuan pengembangan ( ekspansi ) paru.
Prosedur ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau dibantu oleh pemberi
pelayanan kesehatan. Turning dilakukan dengan cara meninggikan bagian atas
tempat tidur ( bagian kepala), misalnya dengan bantal

2) Perkusi dan vibrasi dada


Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan
kedua tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk secara bergantian. Tindakan ini
bertujuan melepaskan sumbatan sekret pada dinding bronkus. Vibrasi adalah
serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakkan
mendatar di atas dada pasien. Tindakan ini bertujuan meningkatkan turbulensi
udara yang diembuskan sehingga sekret terlepas dari dinding bronkus.
Alat dan bahan:
a) Baju pasien atau handuk kecil
b) Tempat sputum dan tisu
c) Bantal untuk mengatur posisi

Prosedur kerja:

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien


b) Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman
c) Lapisi tubuh pasien dengan baju atau handuk
d) Anjurkan pasien untuk bernapas dalam dan lambat
e) Kuncupkan kedua tangan hingga membuat mangkuk. Rapatkan jari-jari dan
lemaskan pergelangan tangan
f) Tepuk-tepuk punggung pasien dari punggung hingga bahu. Tepukan yang
dilakukan dengan benar akan menghasilkan bunyi seperti letupan
g) Lakukan selam 3-5 menit. Setiap segmen paru diperkusi selama 1-2 menit
h) Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengembuskan napas
melalui mulut secara perlahan
i) Letakkan tangan bersilangan atau bersisian pada lokasi paru yang dikehendaki
j) Getarkan bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu. Lakukan dengan
mengerutkan dan melepaskan tangan secara bergantian saat pasien
mengembuskan napas
k) Lakukan berturut-turut selama lima kali embusan napas
l) Anjurkan pasien untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah
disediakan

3) Latihan napas dalam


Latihan napas dalam bertujuan untuk membantu pengembangan paru dan
mendistribusikan sekret yang ada di paru agar dapat dikeluarkan

Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi pasien untuk duduk di kursi atau tempat tidur
d) Anjurkan pasien untuk menarik napas dengan kekuatan penuh dari perut dan
dialirkan ke dalam paru-paru
e) Anjurkan pasien untuk menahan naps selama 1-1,5 detik dan mengembuskan
napas melalui mulut dengan membentuk mulut seperti orang meniup
f) Catat respons yang terjadi
g) Cuci tangan

4) Latihan batuk efektif


Batuk efektif bertujuan mengeluarkan sekret dari paru-paru dan membersihkan
saluran pernapasan sepertinlaring, trakea, dan bronkus dari sekret dan benda asing
di dalamnya.

Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi duduk pasien sehingga duduk di tepi tempat duduk membungkuk
kedepan
d) Anjurkan pasien untuk bernapas yang dalam dan pelan dengan menggunakan
pernapasan diafragma
e) Anjurkan pasien untuk menahan napas selama 3-5 detik, kemudian
mengeluarkan napas secara perlahan melalui mulut semaksimal mungkin (
tulang rusuk bawah dan abdomen harus cekung ke dalam )
f) Anjurkan pasien untuk mengambil napas kedua kali, tahan, keluarkan secara
perlahan, dan batukkan dengan kekuatan penuh dari dada ( bukan dari
belakang mulut atau tenggorokan )
g) Anjurkan pasien untuk batuk pendek yang kuat sebnyak dua kali dengan mulut
terbuka
h) Anjurkan pasien untuk menarik napas dengan ringan
i) Anjurkan pasien untuk istirahat
j) Catat respons yang terjadi
k) Cuci tangan

5) Drainase postural
Drainase postural bertujuan untuk membantu mengalirkan sekret dengan efektif
dari paru-paru ke saluran pernapasan utama sehingga dapat dikeluarkan dengan
batuk efektif atau suction.

Alat dan bahan:


a) Bantal-bantal untuk mengatur posisi
b) Tempat sputum, tisu dan obat kumur

Prosedur kerja:

a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi pasien sesuai dengan segmen paru-paru atau bronkus yang terisi
sekret.
 Mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru: atur posisi pasien
sehingga membentuk posisi semi-fowler dengan kemiringan 300.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area klavikula dan di atas
scapula(bahu).
 Mengeluarkan sekret dar segmen posterior: atur posisi pasien sehingga
pasien dalam keadaan duduk dengan kepala agak menunduk kemudia
lakukan perkusi pada daerah bahu.
 Mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas: atur posisi pasien
sehingga pasien terlentang. Letakkan bantal di bawah bokong pasien
dan posisikan kaki pasien fleksi.
 Mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru: atur posisi
pasien sehingga pasien terlentang dengan kaki tempat tidur
dimiringkan 150 pada pria, lakukan perkusi dan vibrasi pada daerah
dada kanan ( sebatas putting ) antara iga IV dan VI. Pada wanita,
tempatkan pangkal tangan di aksila dan jari-jari di bawah mamae.
 Mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral: atur posisi pasien
miring dengan kaki tempat tidur ditinggikan pada sudut 300-400.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
 Mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal posterior: atur agar
posisi pasien tengkurap dan tinggikan kaki tempat tidur sebesar 45cm.
ginjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3 bantal. Lakukan
perkusi dan vibrasi pada segmen atas rusuk terbawah dikedua sisinya.
 Mengeluarkan cairan dari segmen basal anterior: tinggikan posisi
tempat tidur pada sudut 300-400.. miringkan tubuh pasien pada sisi
yang sehat: lengan bagian atas dapat dinaikkan atau diletakkan di atas
kepala, dan diantara kaki dapat diletakkan bantal.
 Mengeluarkan cairan pada segmen superior paru: atur agar posisi
pasien tengkurap, tempatkan dua buah bantal dibawah panggul.
Laukakn perkusi dan vibrasi pada daerah tengah punggung, di bawah
scapula di sisi vertebra.
d) Observasi tanda vital selama prosedur
e) Catat respons yang terjadi
f) Cuci tangan

B. Terapi oksigen
Terapi oksigen adalah tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke
dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Tetapi oksigen dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu kateter nasal, kanula nasal,
dan masker.
1) Terapi oksigen dengan kateter nasal
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Kateter nasal
c) Vaselin atau jeli
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Ukur kateter nasal, dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung
f) Buka saluran udara dari tabung oksigen
g) Lumasi kateter dengan vaselin atau jeli
h) Masukkan kateter ke dalam hidung
i) Cek apakah kateter sudah masuk dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel ( posisi kateter akan terlihat dibelakang uvula )
j) Fiksasi pada daerah hidung
k) Catat pemberian dan lakukan observasi
l) Cuci tangan
2) Terapi oksigen dengan kanula nasal
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Kanula nasal dan selang oksigen
c) Plester jika perlu
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanula nasal, apakah timbul
gelembung pada bumidifier , atau apakah selang oksigen terlipat.
f) Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur selang
dengan melingkarkan nya di kepala atau menyelipkan nya pada daun
telinga
g) Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup
h) Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
i) Cuci tangan
3) Terapi oksigen dengan masker
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Masker yang akan digunakan
c) Bantalan elastis

Prosedur kerja:

a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Sambungkan masker dengan set oksigen
f) Pastikan bahwa oksigen keluar dari masker oksigen
g) Tempatkan masker pada wajah, dibagian mulut dan hidung pasien. Gunakan
tali elastis agar masker tidak lepas
h) Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang
kepala
i) Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
j) Cuci tangan
C. Pengisapan lender (suction)
Pengisapan lender dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir sendiri.
Alat dan bahan:
a) Alat pengisap lendir dengan botol berisi cairan desinfektan
b) Kateter pengisap lendir
c) Sarung tangan steril
d) Dua baskom berisi larutan NaCl 0,9% atau aquades dan larutan desinfektan
e) Kasa steril
f) Tisu

Prosedur kerja:

a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dijalankan kepada pasien
c) Atur agar posisi pasien terlentang dengan kepala miring ke arah perawat
d) Gunakan sarung tangan
e) Hubungkan kateter pengisap dengan selang alat pengisap
f) Hidupkan mesin pengisap
g) Sebelum melakukan pengisapan lendir, masukkam kateter pengisap ke dalam
baskom berisi aquades atau larutan NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
h) Masukkan kateter pengisap ke hidung dalam keadaan tidak mengisap
i) Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik
j) Bilas kateter dengan aquades atau NaCL 0,9%
k) Lakukan hingga lendir bersih
l) Catat respons yang terjadi
m) Bereskan peralatan
n) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

Evaluasi keperawatan

 Respiratory status : Ventilation


 Respiratory status : Airway patency
 Aspiration Control

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
 Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway patency
 Vital sign Status

Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)

• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

• Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

v Respiratory Status : Gas exchange


v Respiratory Status : ventilation
v Vital Sign Status

Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

• Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)

• Tanda tanda vital dalam rentang normal.

Anda mungkin juga menyukai