FISIOLOGI RESPIRASI
Respirasi adalah proses pertukaran gas, yaitu O2 yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme
sel dan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru-
paru.
B. PERTUKARAN GAS
Difusi adalah suatu proses pertukaran gas-gas respirasi dalam alveoli dan kapiler-
kapiler jaringan tubuh. O2 ditransfer dari paru ke darah, sedangkan CO2 ditransfer dari
darah ke alveoli dan dikeluarkan. Pada tingkat jaringan, O2 ditransfer dari darah ke
jaringan, sedangkan CO2 ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli
dan dikeluarkan. Difusi gas-gas respirasi terjadi di membran kapiler alveolar.
C. PROSES RESPIRASI
Inspirasi ( menarik napas )
Otot diafragma berkontraksi , kubah diafragma akan turun, muskulus
interkostalis eksterna berkontraksi –mengangkat tulang iga – jarak antara
sternum dan vertebrae makin luas dan melebar sehingga diameter posterior
dan anterior menjadi besar, kemudian pleura dan paru-paru akan tertarik
sehingga rongga dada akan menjadi lebih besar, rongga yang besar membuat
tekanan didalam paru-paru (interpulmonari) menjadi kecil/berkurang
dibanding dengan tekanan atmosfer udara luar, akhirnya udara akan mengalir
masuk dari luar kedalam paru-paru.
Ekspirasi
Otot diafragma akan berelaksasi dan otot rongga dada ( muskulus interkostalis
internus dan serratus posterior) akan berkontraksi sehingga rongga dada akan
mengecil ke ukuran yang semula. Volume rongga dada yang kecil akan
menyebabkan tekanan dalam dada akan lebih tinggi dibanding tekanan udara
atmosfer. Udara akan mengalir dari dalam rongga dada menuju keluar.
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-
paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan
pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma
dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical
keempat.
Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor
yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam
darah
Perfusi
Perfusi paru adalah sirkulasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.
Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika swaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan sistemik.
Pengaruh Sistem Saraf dan Hormon Dalam Proses Respirasi
Pengaruh Sistem Saraf
Sel darah merah, yang memiliki sedikit mitokondria, memproduksi adenosit trifosfat
(ATP) hanya melalui glikolisis hingga terbentuk asam laktat. Proses glikolisis dalam
sel darah merah juga membentuk 2,3-biphosphoglycerate atau BPG. Sel darah merah
normal mengandung BPG, yang memiliki efek langsung terhadap pengikatan dan
pelepasan oksigen. Pada beberapa tekanan parsial oksigen, BPG dalam konsentrasi
tinggi menyebabkan oksigen dilepas oleh Hb.
Konsentrasi BPG dapat ditingkatkan oleh hormon tiroid, GH (growth hormone),
epinefrin, androgen, dan PH darah yang tinggi. Hormon-hormon ini memperbaiki
penyaluran oksigen ke jaringan, karena saat BPg naik, hemoglobin melepas oksigen
lebih banyak sekitar 10 % . Level BPG juga naik saat PH naik. Produksi BPG
menurun ketika sel darah merah sudah tua. Saat level BPG terlalu rendah, Hb semakin
kuat mengikat oksigen sehingga oksigen sulit dilepas.
RESPIRASI
Cara Mengukur :
1. Tempatkan alat disamping klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
3. Cuci tangan
4. Letakkan lengan klien dengan posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksaan langsung pada abdomen klien.
5. Observasi siklus pernapasan lengkap
6. Lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7. Hitung frekuensi selama 1 menit
8. Cuci tangan
Normalnya : Bayi ( sampai 6 bulan) : 20-40 kali/menit
Anak prasekolah : 20-30 kali/menit
Anak-anak : 16-25 kali/menit
Dewasa : 12-20 kali/menit
SUHU
Lokasi Ukur : Pada ketiak, mulut, anus.
Suhu Normal : Bayi : 36,1 – 37,7ºC
Anak : 36,3 – 37,7ºC
Dewasa : 36,5 – 37,5ºC
Pemeriksaan Suhu Oral:
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak bawah lidah
6. Turunkan suhu termometer dibawah 34-35°C
7. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit
9. Angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catat hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu
12. Cuci dengan air sabun, disinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan
13. Cuci tangan setelah prisedur dilakukan
Pemeriksaan suhu rektal :
FISIOLOGI KARDIOVASKULER
Pembuluh Darah
1. Arteri : Transportasi darah dengan tekanan tinggi ke seluruh jaringan tubuh.
2. Arteriola : Sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
3. Kapiler : Sebagai jembatan diantara arteri dan vena.
4. Venula : Mengalirnya darah dari kapiler dan bergabung dengan venul-venul lain
ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena : Menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Darah
Terdiri atas 2 komponen :
1. Korpuskuler ( unsur padat )
• Eritrosit = sekitar 99% . Mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen
• Trombosit = sekitar 0,6 – 1 % . Bertanggung jawab dalam proses pembekuan
darah
• Leukosit = sekiat 0,2% . Bertanggung jawab terhdapat sistem imun
2. Plasma Darah
• Air = 91 %
• Protein = 8 % ( albumin, globulin, protrombin, fibrinogen )
• Mineral = 0,9 % ( NaCl, kalium, fosfor, natrium bikarbonat, zat besi, dll.
• Garam
Pembuluh koroner utama dibagi menjadi right coronary artery ( RCA ), left coronary
artery( LCA ), left anterior descending artery dan circum flex artery. Sistem sirkulasi
darah koroner terpisah dari sistem alirah darah kecil maupun sistem aliran darah besar,
Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung. Yaitu melalui pembuluh koroner
dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian menyatu serta bermuara langsung
kedalam bilik kanan. Melalui sistem peredaran darah koroner ini, otot jantung
mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat lain, agar dapat menggerakkan jantung sesuai
dengan fungsinya. Dari sini terlihat bahwa bila pembuluh arteri koroner terganggu,
misalnya adanya plak ( kolesterol, lemak, kalsium, dan lain-lain ), aliran darah ke otot
jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat bekerja secara normal
b. preload : derajat peregangan serabut otot di ventrikel pada akhir periode relaksasi
(diastole). Preload sangat bergantung pada jumlah darah yang kembali ke jantung dari
sirkulasi vena : peningkatan volume menyebabkan peningkatan regangan, yang menyebabkan
kontraksi serabut otot jantung menjadi lebih kuat.
c. afterload : tekanan yang harus dihadapi jantung ketika memompa darah untuk
mengeluarkan darah ke sirkualsi. Darah mengalir dari area bertekanan tinggi ke area
bertekanan rendah.untuk mengalirkan darah ke system sirkulasi, ventrikel harus
menghasilkan tekanan yg cukup kuat untuk mengatasi tahanan vaskuler atau tekanan di
dalam arteri, yang disebut sbg afterload.
d. kontraktilitas : kemampuan serabut otot jantung yg diturunkan untuk memendek atau
berkontralsi. Volume sekuncup menurun jika kontraktilitas buruk, mengurangi curah jantung.
e. denyut jantung : peningkatan denyut jantung meningkatkan curah jantung, bahkan jika isi
sekuncupnya tidak berubah. Sebaliknya, curah jantung menurun saat denyut jantung menurun
meski isi sekuncupnya tetap konstan.
Denyut nadi ; frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di
permukaa kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya
sama dengan frekuensi denyut jantung
Jumlah denyut nadi normal
1. Bayi baru lahir 100-180 denyut/menit
2. Bayi 1 minggu-3 bulan 100-220 denyut/menit
3. Anak 2-10 tahun 70-110 denyut/menit
4. Remaja 10-21 tahun 60-90 denyut/menit
5. Dewasa >21 tahun 69-100 denyut/menit
Tempat-tempat menghitung denyut nadi
1. Arteri radalis : pada pergelangan tangan
2. Arteri temporalis : pada tulang pelipis
3. Arteri caratis : pada leher
4. Arteri femoralis : pada lipatan paha
5. Arteri dorsalis pedis : pada punggung kaki
6. Arteri politela : pada lipatan lutut
7. Arteri bracialis : pada lipatan siku
8. Ictus cordis : pada dinding iga (5-7)
Tekanan darah : ukuran seberapa kuatnya jantung memompa darah ke seluruh tubuh
Tekanan darah digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :
1. Tekanan darah normal pada orang dewasa di bawah atau setara 120/80 mmHg.
Angka 120 menunjukkan tekanan sistol dan 80 menunjukkan tekanan
diastole.
2. Prehipertensi tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan tekanan darah diastole
80-90 mmHg
3. Hipertensi tingkat 1 tekanan darah sistol 140-159 mmHg dan tekanan darah
diastole 90-99 mmHg
4. Hipertensi tingkat 2 tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih tinggi
b. Hiperventilasi
Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru, frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat ≥24 x/mt, dan lebih banyak CO2 yang dibuang daripada yang
dihasilkan
Dapat terjadi sebagai respons terhadap stres
Dapat di sebabkan oleh :
Ansietas : hilangnya kesadaran karena pengeluaran CO2 yg berlebihan
Demam : semakin tinggi suhu tubuh, terjadilah peningkatan laju metabolisme
sehingga meningkatkan produksi CO2 dan meningkatkan frekuensi dan
kedalaman respirasi
Racun salisilat (aspirin) : menyebabkan stimulsi yg berlebihan pada pusat
pernapasan selama tubuh berusaha untuk mengompensasi karbon dioksida yg
berlebihan
Amfetamin : meningkatkan ventilisasi dgn meningkatkan karbon dioksida
Hiperventilasi juga terjadi selama tubuh berusaha untuk mengompensasi
asidosis metabolic dgn memproduksi alkalosis respiratorik
Gejala : berkeringat dan mati rasa pada tangan, kepala terasa melayang, ansietas,
napas pendek, takikardia, nyeri dada dan parestesia
Contoh : klien dgn diabetes yg mengalami ketoasidosis diabetikum memproduksi
sejumlah besar asam metabolic. System respirasi mencoba memprbaiki keseimbangan
asam-basa dgn bernapas terus-menerus. Ventilasi meningkat untuk mengurangi
jumlah karbon dioksida yg ada untuk membentuk asam karbonat
c. Hipoksia
Impuls listrik yang tidak berasal dari katup SA meyebabkan gangguan konduksi,
gangguan irama tsb disebut disritma
Disritma terjadi sbg suatu gangguan konduksi primer, seperti respons terhadap
iskemia, kelainan katup, ansietas, atau keracunan obat, akibat pemakaian kafein,
alcohol, atau tembakau, atau sbg komplikasi dari ketidakseimbangan elektrolit atau
asam-basa
Disritma diklasifikasikan berdasarkan respons jantung dan tempat impuls berasal.
Respon jantung :
Takikardia : ≥ 100 detak per menit
Bradikardia : ≤ 60 detak per menit
Denyut premature (dini)
Blockade denyut (terhambat atau hilang)
Takidisritma dan bradidisritmia menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
Takidisritma mengurangi curah jantung dgn menurunkan waktu pengisian diastolic.
Bradidisritmia menurunkan curah jantung karena penurunan frekuensi jantung
Fibrilasi atrium impuls listrik dalam atrium dalam keadaan kacau dan berasal dr
berbagai tempat. Irama bersifat irregular karena tempat pacemaker yg beragam dan
konduksi yg tidak diperkirakan ke ventrikel. Kompleks QRS normal, tetapi terjadi
pada interval yg irregular
disritma supraventricular Impuls abnormal yg dialihkan berasal dr atas ventrikel.
Kelainan bentuk gelombang ini merupakan konfigurasi dan penempatan gelombang
P. kondisi ventricular biasanya tetap normal dan terlihat kompleks QRS tetap normal
takikardia supraventrikel paroksimal takikardia yg onsetnya cepat dan tiba-tiba yg
berasal dr bagian atas katup AV, bermula dan berakhir scr spontan. Disebabkan oleh
kegembiraan, kelelahan, kafein, merokok, atau pemakaian alkohol
ventricular takikardia dan fibrilasi ventrikel merupakan irama yg mengancam
kehidupan 5 sehingga memerlukan intervensi segera. Ventricular takikardia
mengancam kehidupan karena menurunkan curah jantung dan berpotensi untuk
berubah menjadi fibrilasi ventrikel
Kegagalan miokard untuk memompa volume darah dgn jumlah yg cukup untuk
sirkulasi pulmonary dan sirkulasi sistemik menyebabkan gagal jantung. Kegagalan
pompa miokard diakibatkan penyakit arteri coroner primer, kondisi-kondisi
kardiomiopati, gangguang katup, dan penyakit pulmonary
Gagal jantung kiri kondisi abnormal yg ditandai dgn kerusakan fungsi ventrikel
sinistra akibat tekanan dan kongesti pulmonary yg meningkat. Apabila kegagalan
ventrikel bermakna, maka jumlah darah yg dipompa dari ventrikel kiri menurun
drastic, sehingga menyebabkan penuruna curah jantung. Temuan pengkajian dapat
mencakup penurunan toleransi aktivitas, sesak napas, pusing, dan kebingungan, akibat
hipoksia jaringan yg disebabkan oleh penurunan curah jantung. Karena ventrikel kiri
terus menerus gagal memompa darah, maka darah mulai terkumpul di sirkulasi
pulmonary, sehingga menyebabkan kongesti paru. Temuan klinis meliputi suara
crackles pd saat diauskultasi, hipoksia, napas pendek pd saat ekspirasi dan seringkali
saat sedang istirahat, batuk, atau saat mengalami dispneanokturnal proksimal
Gagal jantung kanan kerusakan ventrikel dekstra yg ditandai dgn kongesti vena pada
sirkulasi sistemik. Disebabkan oleh penyakit pulmonary atau merupakan akibat gagal
jantung kiri. Factor patologis primer gagal jantung kiri ialah peningkatan resistensi
pembuluh darah pulmonary (PVR). Karena PVR terus meningkat, vetrikel kanan
harus bekerja lebih keras dan kebutuhan oksigen pd jantung meningkat. Apabila
kegagalan ini terus berlangsung, jumlah darah yg dipompa keluar dr ventrikel kanan
menurun sehingga darah mulai “mengumpul” di sirkulasi sistemik. Data klinis yg
diperoleh ialah berat badan klien meningkat, vena-vena dileher mengalami distensi,
hepatomegaly dan splenomegaly, dan edema perifer dependen
Gejala
a) Perubahan frekuensi atau irama jantung, ditandai dengan bradiakardia,
takikardia, gangguan koduksi jantung
b) Perubahan preload, ditandai dengan edema, peningkatan CVP, keletihan,
murmur, penurunan VCP
c) Perubahan afterload, ditandai dengan peningkatan atau penurunan tekanan
darah, akral dingin, urin output tidak memadai, sianotik
d) Perubahan kontraktilitas jantung, ditandai dengan batuk, suara nafs tidak
normal, bunyi jantung S3 dan S4, sesak, perubahan emosi (gelisah dan
khawatir) dan penurunan neurologis (kejang dan pusing)
Merupakan gangguan katup jantung yg didapat atau kongenital. Ditandai dgn stenosis
dan obstruksi aliran darah atau degenerasi katup dan regurgitasi darah
Saat terjadi stenosis di katup seminular (di aorta dan di katup paru), ventrikel yg
berhubungan harus bekerja lebih keras untuk menggerakan volume ventricular di
belakang katup stenosis
Pada waktu tertentu stenosis dapat menyebabkan ventrikel mengalami hipertrofi
(membesar) dan jika kondisi ini tidak ditangani, maka akan terjadi gagal jantung kiri
ataupun gagal jantung kanan. Apabila terjadi stenosis di katup atrioventrikular (katup
mitral/tricuspid), maka tekanan ventrikel akan meningkat, menyebabkan atrium
mengalami hipertrofi.
Saat terjadi regurgitasi, terdapat suatu aliran balik darah ke dalam kamar pd jantung
yg berhubungan. Misalya, pd regurgitasi mitral, katup-katup mitral tidak menutup
seutuhnya. Saat ventrikel berkotraksi, darah kembali ke dalam atrium sehingga
terdengar bunyi murmur atau “desis”
Gejala : kesulitan mengambil napas, tekanan pada bagian dada terutama saat sedang
beraktivitas, pusing, kelelahan, detak jantung tidak beraturan, penambahan berat
badan, edema dan pingsan
Terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri coroner tidak cukup dalam memenuhi
kebutuhan oksigen pd organ. Dua manifestasi yg umum pd iskemia adalah angina
pectoris dan infark miokard
Angina pectoris merupakan ketidakseimbangan sementara antara suplai dan
kebutuhan oksigen pd miokard. Kondisi ini menyebabkan nyeri dada yg menimbulkan
rasa sakit, tajam, kesemutan, terbakar, atau terasa seperti tekanan. Nyeri dada dapt
terasa di sisi kiri atau daerah substerum dan dapat beradiasi ke lengan kiri atau kedua
lengan, ke rahang, ke leher dan punggung. Nyeri seringkali dipresipitasi olek aktivitas
yg meningkatkan kebutuhan oksigen miokard (mis. Latihan fisik, ansietas, dan stress)
Infark miokard disebabkan oleh penurunan aliran darah coroner yg tiba-tiba atau
peningkatan oksigen miokard tanpa disertai perfusi coroner yg adekuat. Infark terjadi
karena iskemia (yg berifat reversible) dan nekrosis (yg tdk bersifat reversible). Nyeri
dapat terasa di daerah retrosternum dan precordium kiri dan beradiasi ke bawah, yakni
ke lengan kiri , ke leher, gigi, daerah ulu hati dan punggung.
1. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karna
usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat
terlihat pada bayi usia prematur dengan adanya kecendrungan kurang pembentukan
surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring
dengan bertambahnya usia.
2. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,
ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
3. Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan,
aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain.
Perilaku dalam mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
oksigenasi , seperti obesitasnya seseorang yang mempengaruhi proses pengembangan
paru-paru. Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah.
1) Riwayat keperawatan
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi empat teknik, yaitu
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi, bagian yang diperhatikan antara lain:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Postur tubuh
c) Kondisi kulit dan membrane mukosa
d) Bagian dada ( misalnya kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks dan pergerakan dinding dada )
e) Pola napas, meliputi :
Tipe jalan napas, meliputi napas spontan melalui hidung/mulut
atau menggunakan selang
Frekuensi dan kedalaman pernapasan
Sifat pernapasan, yaitu pernapasan torakal, abdominal, atau
kombinasi keduanya
Irama pernapasan, meliputi durasi inspirasi dan ekspirasi
Ekspansi dada secara umum
Adanya sianosis, deformitas, atau jaringan parut pada dada
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan siku tangan pemeriksa mendatar di atas
dada pasien. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi nyeri tekan,
peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan
dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan antara lain untuk mengetahui suhu
kulit, pengembangan dada, abnormalitas massa, dan kelenjar, sirkulasi perifer,
denyut nadi, dan pengisian kapiler
3) Perkusi
Perkusi bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji keberadaan abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru-
paru. Hal-hal tersebut dapat dinilai dari normal tidaknya suara perkusi paru.
Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor dengan bunyi seperti “ dug-
dug”.
Perkusi dilakukan dengan menekankan jari tengah ( tangan non-dominan )
pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Lalu jari tersebut diketuk-ketukan
dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonansi atau gaung perkusi.
Suara perkusi yang redup terdapat pada penderita infiltrat, konsolidasi, dan
efusi pleura. Suara perkusi yang pekak atau kempis ( suara seperti ketika kita
memperkusi paha kita ) terdengar apabila perkusi dilakukan di atas daerah
yang mengalami atelectasis, atau dapat juga terdengar pada rongga pleura
yang terisi oleh nanah, tumor pada permukaan paru, atau fibrosis paru dengan
penebalan pleura. Hipersonan atau bunyi drum dapat ditemukan pada penyakit
tertentu, misalnya pneumonia dan emfisema.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh.
Proses ini dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Bagian yang
diperhatikan adalah nada, intensitas, durasi, dan kualitas bunyi. Auskultasi
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat suara napas yang tidak normal.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang sehat.
Suara napas ini dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu bunyi napas vesikular,
bronkial, dan bronkovesikular. Bunyi napas vesikular bernada rendah, terdapat
disebagian besar area paru, serta suara pada saat inspirasi lebih keras dan lebih
panjang daripada saat ekspirasi. Bunyi napas bronkial hanya terdengar di
daerah trakea, bernada tinggi, serta keras dan panjang pada saat ekspirasi.
Bunyi napas bronkovesikular terdengar pada area utama bronkus dan areaparu
bagian kanan atas posterior, bernada sedang, serta bunyi pada saat ekspirasi
dan inspirasi seimbang.
Suara napas tambahan adalah suara yang terdengar pada dinding toraks yang
disebabkan oleh kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli, dan pleura.
Contoh suara napas tambahan adalah rales dan ronkhi. Bunyi rales bernada
pendek, kasar, dan terputus-putus karena jeratan udara sekret selama fase
inhalasi, ekshalasi, atau batuk. Bunyi rales dapat ditemukan pada penderita
edema paru, pneumonia, fibrosis paru, dan atelektasis. Suara ronkhi adalah
suara yang berasal dari bronkhi yang disebabkan oleh penyempitan lumen
bronkus. Suara mengi ( wheezing ) merupakan ronkhi kering yang tinggi,
dengan nada yang terputus-putus. Suara mengi umumnya dapat ditemukan
pada penderita asma. Suara ronkhi basah ditandai dengan suara berisik yang
terputus akibat aliran udara yang melewati cairan.
3) Pemeriksaan diagnostik
Macam-macam pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami masalah oksigenasi, yaitu:
1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi, contohnya uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap
2) Tes struktur sistem pernapasan, contohnya rontgen dada, bronkoskopi (
pemeriksaan bronkus dengan bronkoskop ), dan scan paru. Rontgen dada
dilakukan untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkulosis, mendeteksi
keberadaan tumor atau benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung,
dan untuk melihat struktur yang tidak normal.
3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan, contohnya kultur
trakea, sputum, uji kulit, dan torakentesis
Diagnosa keperawatan
Resiko pola nafas tidak afektif b/d penurunan energi dalam bernafas.
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara per menit
Menggunakan otot pernafasan tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan penyimpangan dada
Nafas pendek
Assumption of 3-point position
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
Peningkatan diameter anterior-posterior
Pernafasan rata-rata/minimal
Kedalaman pernafasan
Timing rasio
Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
Imaturitas Neurologis
Batasan karakteristik :
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara per menit
Menggunakan otot pernafasan tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan penyimpangan dada
Nafas pendek
Assumption of 3-point position
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
Peningkatan diameter anterior-posterior
Pernafasan rata-rata/minimal
Kedalaman pernafasan
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Intervensi keperawatan
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
Airway suction
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
Implementasi keperawatan
A. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan sekumpulan tindakan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan,
dan mengeliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan. Fisioterapi dada terdiri
atas turning, drainase postural, perkusi dada, vibrasi dada, latihan napas dalam, dan
batuk efektif.
1) Turning
Turning berfungsi meningkatkan kemampuan pengembangan ( ekspansi ) paru.
Prosedur ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau dibantu oleh pemberi
pelayanan kesehatan. Turning dilakukan dengan cara meninggikan bagian atas
tempat tidur ( bagian kepala), misalnya dengan bantal
Prosedur kerja:
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi pasien untuk duduk di kursi atau tempat tidur
d) Anjurkan pasien untuk menarik napas dengan kekuatan penuh dari perut dan
dialirkan ke dalam paru-paru
e) Anjurkan pasien untuk menahan naps selama 1-1,5 detik dan mengembuskan
napas melalui mulut dengan membentuk mulut seperti orang meniup
f) Catat respons yang terjadi
g) Cuci tangan
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi duduk pasien sehingga duduk di tepi tempat duduk membungkuk
kedepan
d) Anjurkan pasien untuk bernapas yang dalam dan pelan dengan menggunakan
pernapasan diafragma
e) Anjurkan pasien untuk menahan napas selama 3-5 detik, kemudian
mengeluarkan napas secara perlahan melalui mulut semaksimal mungkin (
tulang rusuk bawah dan abdomen harus cekung ke dalam )
f) Anjurkan pasien untuk mengambil napas kedua kali, tahan, keluarkan secara
perlahan, dan batukkan dengan kekuatan penuh dari dada ( bukan dari
belakang mulut atau tenggorokan )
g) Anjurkan pasien untuk batuk pendek yang kuat sebnyak dua kali dengan mulut
terbuka
h) Anjurkan pasien untuk menarik napas dengan ringan
i) Anjurkan pasien untuk istirahat
j) Catat respons yang terjadi
k) Cuci tangan
5) Drainase postural
Drainase postural bertujuan untuk membantu mengalirkan sekret dengan efektif
dari paru-paru ke saluran pernapasan utama sehingga dapat dikeluarkan dengan
batuk efektif atau suction.
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan kepada pasien
c) Atur posisi pasien sesuai dengan segmen paru-paru atau bronkus yang terisi
sekret.
Mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru: atur posisi pasien
sehingga membentuk posisi semi-fowler dengan kemiringan 300.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area klavikula dan di atas
scapula(bahu).
Mengeluarkan sekret dar segmen posterior: atur posisi pasien sehingga
pasien dalam keadaan duduk dengan kepala agak menunduk kemudia
lakukan perkusi pada daerah bahu.
Mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas: atur posisi pasien
sehingga pasien terlentang. Letakkan bantal di bawah bokong pasien
dan posisikan kaki pasien fleksi.
Mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru: atur posisi
pasien sehingga pasien terlentang dengan kaki tempat tidur
dimiringkan 150 pada pria, lakukan perkusi dan vibrasi pada daerah
dada kanan ( sebatas putting ) antara iga IV dan VI. Pada wanita,
tempatkan pangkal tangan di aksila dan jari-jari di bawah mamae.
Mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral: atur posisi pasien
miring dengan kaki tempat tidur ditinggikan pada sudut 300-400.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
Mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal posterior: atur agar
posisi pasien tengkurap dan tinggikan kaki tempat tidur sebesar 45cm.
ginjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3 bantal. Lakukan
perkusi dan vibrasi pada segmen atas rusuk terbawah dikedua sisinya.
Mengeluarkan cairan dari segmen basal anterior: tinggikan posisi
tempat tidur pada sudut 300-400.. miringkan tubuh pasien pada sisi
yang sehat: lengan bagian atas dapat dinaikkan atau diletakkan di atas
kepala, dan diantara kaki dapat diletakkan bantal.
Mengeluarkan cairan pada segmen superior paru: atur agar posisi
pasien tengkurap, tempatkan dua buah bantal dibawah panggul.
Laukakn perkusi dan vibrasi pada daerah tengah punggung, di bawah
scapula di sisi vertebra.
d) Observasi tanda vital selama prosedur
e) Catat respons yang terjadi
f) Cuci tangan
B. Terapi oksigen
Terapi oksigen adalah tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke
dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Tetapi oksigen dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu kateter nasal, kanula nasal,
dan masker.
1) Terapi oksigen dengan kateter nasal
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Kateter nasal
c) Vaselin atau jeli
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Ukur kateter nasal, dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung
f) Buka saluran udara dari tabung oksigen
g) Lumasi kateter dengan vaselin atau jeli
h) Masukkan kateter ke dalam hidung
i) Cek apakah kateter sudah masuk dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel ( posisi kateter akan terlihat dibelakang uvula )
j) Fiksasi pada daerah hidung
k) Catat pemberian dan lakukan observasi
l) Cuci tangan
2) Terapi oksigen dengan kanula nasal
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Kanula nasal dan selang oksigen
c) Plester jika perlu
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanula nasal, apakah timbul
gelembung pada bumidifier , atau apakah selang oksigen terlipat.
f) Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur selang
dengan melingkarkan nya di kepala atau menyelipkan nya pada daun
telinga
g) Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup
h) Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
i) Cuci tangan
3) Terapi oksigen dengan masker
Alat dan bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan bumidifier
b) Masker yang akan digunakan
c) Bantalan elastis
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan. Observasi
bumidifier dengan melihat air bergelembung
d) Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai kondisi pasien
e) Sambungkan masker dengan set oksigen
f) Pastikan bahwa oksigen keluar dari masker oksigen
g) Tempatkan masker pada wajah, dibagian mulut dan hidung pasien. Gunakan
tali elastis agar masker tidak lepas
h) Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang
kepala
i) Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
j) Cuci tangan
C. Pengisapan lender (suction)
Pengisapan lender dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir sendiri.
Alat dan bahan:
a) Alat pengisap lendir dengan botol berisi cairan desinfektan
b) Kateter pengisap lendir
c) Sarung tangan steril
d) Dua baskom berisi larutan NaCl 0,9% atau aquades dan larutan desinfektan
e) Kasa steril
f) Tisu
Prosedur kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dijalankan kepada pasien
c) Atur agar posisi pasien terlentang dengan kepala miring ke arah perawat
d) Gunakan sarung tangan
e) Hubungkan kateter pengisap dengan selang alat pengisap
f) Hidupkan mesin pengisap
g) Sebelum melakukan pengisapan lendir, masukkam kateter pengisap ke dalam
baskom berisi aquades atau larutan NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
h) Masukkan kateter pengisap ke hidung dalam keadaan tidak mengisap
i) Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik
j) Bilas kateter dengan aquades atau NaCL 0,9%
k) Lakukan hingga lendir bersih
l) Catat respons yang terjadi
m) Bereskan peralatan
n) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Evaluasi keperawatan
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
• Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
• Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)