ABSTRAK
Latar Belakang : Diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi
normal dan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak yang disebabkan oleh defisiensi hormon insulin
secara relatif atau absolut. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa penderita Diabetes Melitus di seluruh dunia
hampir mencapai 150 juta orang. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011 mengatakan bahwa
Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah kasus Diabetes Melitus di dunia.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan kadar asam urat dengan status gizi pada pasien diabetes mellitus tipe 2
di Rumah Sakit Natar Medika tahun 2018.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah analitik dengan metode penelitian yang digunakan merupakan metode analitik
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini mengambil data primer dan data sekunder, data primer yaitu
data pengukuran langsung status gizi berdasarkan IMT dan pengukuran asam urat, data sekunder merupakan data
rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2. Sampel dalam penelitian ini 86 pasien diabetes melitus tipe 2.
Hasil Penelitian : Diketahui bahwa dari 86 pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS.Natar Medika tahun 2018, diketahui dari
48 responden yang termasuk kadar asam urat meningkat ≥7 mg/dl dengan IMT ≥25 kg/m² sebanyak 26 responden
(54,2%) sedangkan IMT <25 kg/m² sebanyak 22 responden (45,8%). Dari 38 responden yang termasuk kadar asam urat
tidak meningkat <7 mg/dl dengan IMT ≥25 kg/m² sebanyak 17 responden (44,7%) sedangkan IMT <25 kg/m² sebanyak
21 (55,3%).
Kesimpulan: Hasil uji statistic chi-square dan uji fisher exact diperoleh p-value = 0,515. Maka dapat disimpulkan secara
statistic tidak terdapat hubungan antara kadar asam urat dengan status gizi berdasarkan IMT pada pasien diabetes
melitustipe 2
Kata Kunci: Asam urat, Status gizi, Diabetes melitus tipe 2
Kepustakaan: 31 (2006-2016)
ABSTRAK
Background: Diabetes mellitus is a chronic urban disease which is characterized by blood sugar levels exceed the normal and the
presence of impaired carbohydrate metabolism, protein, fat, caused by a deficiency of the hormone insulin in relative or absolute terms.
When left uncontrolled can lead to complications such as long term vascular increase levels of uric acid in the blood. Report of the
World Health Organization (WHO) that the sufferers of Diabetes mellitus worldwide nearly 150 million people. The data of the
Ministry of health of the Republic of Indonesia in 2011 said that Indonesia ranked-4 the number of cases of Diabetes mellitus in the
world.
Research purposes:To determine the relationship of uric acid levels with nutritional in patients with type 2 diabetes mellitus at
Natar Medika Hospital in 2018.
Research Method: The research method used is the quantitative analytical method with cross sectional approach , this research
retrieve the primary and secondary. The primary is direct measurement of level of nutritional based on BMI and uric acid level,
measurement data of the patient's medical record data secondary diabetes mellitus type 2. The sample in this research totalled 86
persons which is of type 2 diabetes mellitus patients.
Research Results: It is known that of 86 patients with type 2 diabetes mellitus at Natar medika Hospital in 2018, known from 48
respondents that included increased levels of uric acid ≥ 7 mg/dl with BMI ≥ 25 kg/m² as many as 26 respondents (54.2%) where as
the BMI < 25 kg/m² as many as 22 respondents (45.8%). Of the 38 respondents who included the levels of uric acid does not increase
< 7 mg/dl with BMI ≥ 25 kg/m² of as many as 17 respondents (44.7%) whereas the BMI < 25 kg/m² for as much as 21 (55,3%).
Conclusion:The results of the statistical test of chi-square test and fisher exact p value obtained 0.515. Then it can be inferred
statistically there was no relationship between uric acid levels with nutritional status based on BMI in patients of diabetes melitus
type 2
Literature: 31 (2006-2016)
bayi, dan anak balita, pra sekolah, anak SD, remaja
1. Pendahuluan dan dewasa sampai usia lanjut (Depkes RI, 2005).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit Masalah gizi merupakan masalah yang multi
menahun yang ditandai dengan kadar gula darah dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
melebihi normal dan adanya gangguan ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian,
metabolisme karbohidrat, protein, lemak yang kesehatan, dll (Balai penelitian dan
disebabkan oleh defisiensi hormon insulin secara pengembangan kesehatan 2002).
relatif atau absolut. Apabila dibiarkan tidak Asupan makanan yang baik dapat
terkendali dapat menyebabkan komplikasi mengkontrol kadar asam urat dalam darah. Ada
vaskuler jangka panjang seperti meningkatkan banyak jenis makanan yang dapat menyebabkan
kadar asam urat dalam darah. (Robins, Kumar kadar asam urat dalam darah menjadi tidak
2006). normal, seperti makanan yang tinggi purin,
Laporan World Health Organization (WHO) makanan yang berprotein tinggi, serta
bahwa penderita Diabetes Melitus di seluruh berkonsumsi alkohol. Asupan gizi yang baik
dunia hampir mencapai 150 juta orang. Data sangat diperlukan untuk membantu
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada mengoptimalkan kesehatan dan mencegah
tahun 2011 mengatakan bahwa Indonesia terjadinya penyakit gout atau asam urat.(Arisma,
menempati urutan ke-4 jumlah kasus Diabetes 2004).
Melitus di dunia, angka prevalensi penderita
Diabetes Melitus mencapai 12 juta jiwa dari Kelainan metabolik seperti diabetes melitus
jumlah penduduk Indonesia mengalami Diabetes dan obesitas sering dihubungkan dengan
Melitus dan sekitar dari 90% penderita Diabetes peningkatan kadar asam urat, yang dapat digunakan
Melitus menderita Diabetes Melitus tipe 2. sebagai penanda inflamasi ataupun untuk
(Kemenkes, 2011) memprediksi komplikasi metabolik dan
kardiovaskuler pada penderita diabetes dan obesitas.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar Resistensi insulin dan hiperglikemia kronis yang
(RISKESDAS) Lampung tahun 2012 menunjukkan terjadi pada penderita diabetes melitus memiliki
bahwa prevalensi diabetes melitus adalah 0,4%. kaitan yang erat dengan kerusakan jangka panjang,
Menurut kabupaten dan kota prevalensi diabetes disfungsi ataupun kegagalan berbagai organ tubuh
sekitar 0,1-0,9% mempunyai prevalensi paling yang dapat meningkatkan komplikasi metabolik dan
tinggi di Kota Bandar Lampung 0,9% dan kardiovaskular. Hipertrofi dan inflamasi jaringan
terendah berada di Lampung Utara 0,1% baik adiposit pada penderita obesitas memegang peranan
berdasarkan diagnosis maupun gejala. penting dalam meningkatkan aktivitas sitokin
Indonesia sudah menunjukan peningkatan proinflamasi dan munculnya keadaan resistensi
status kesehatan dan gizi pada 23 dekade terakhir. insulin kondisi ini juga didapatkan pada penderita
Hal ini ditandai dengan peningkatan umur harapan diabetes melitus dimana hiperglikemia kronis dan
hidup. Akan tetapi, walaupun terjadi peningkatan resistensi insulin memegang peranan penting dalam
status kesehatan, karena perubahan gaya hidup, meningkatkan sitokin proinflamasi. Peningkatan
keadaan sosial ekonomi dan pengaruh lingkungan, apoptosis sel dan nekrosis jaringan yang pada
menyebabkan masalah gizi masih cukup dominan. akhirnya dapat meningkatkan kadar asam urat
Masalah gizi yang ada di masyarakat menjadi lebih serum sehingga aktivitas sitokin proinflamasi akan
kompleks, dan jenis masalahnya terletak pada dua meningkatkan xanthine oxidase yang merupakan
masalah ekstrim yaitu kekurangan dan kelebihan katalisator dalam proses pembentukan asam urat.
(RISKESDAS, 2007). (Dian pertiwi, 2014) Asam urat salah satu
Faktor gizi memegang peranan penting, antioksidan sekunder dalam tubuh artinya dalam
untuk mencapai sumber daya manusia(SDM) yang kadar normal, asam urat akan mampu menangkal
berkualitas. Gizi yang baik akan menghasilkan radikal bebas yang ada dalam tubuh, namun
SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan dalam jumlah berlebihan akan memberikan efek
memiliki fisik yang tangguh serta produktif. negatif dalam tubuh. (Wisesa IBN,2006).
Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus
kehidupan mulai sejak masa kehamilan (janin),
2. Metode ponden yang termasuk IMT < 25 kg/m² sebanyak
Penelitian ini adalah analitik dengan 43 (50,0%).
metode penelitian yang digunakan merupakan
metode analitik kuantitatif dengan pendekatan Analisis Bivariat
cross sectional, untuk mengetahui hubungan kadar
asam urat dengan status gizi pada pasien diabetes a. Hubungan Kadar Asam Urat dengan
melitus tipe 2 di RS. Status Gizi berdasarkan IMT
Natar Medika Provinsi Lampung tahun 2018.
Tabel 4.5 Hubungan kadar asam urat dengan
Hasil Penelitian status gizi berdasarkan IMT pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di RS.Natar Medika Provinsi
Analisis Univariat Lampung tahun 2018
a. Distribusi frekuensi Kadar Asam
Urat IMT ≥25 kg/m² IMT <25 kg/m²
Asam urat
N % N %
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kadar Asam
Kadar asam urat
Urat pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 di meningkat ≥7 26 54,2 % 22 45,8 %
RS.Natar Medika Provinsi Lampung tahun 2018 mg/dl
Kadar asam
Kadar Asam Urat Frekuensi Presentase (%) urat tidak
17 44,7 % 21 55,3%
meningkat <7
Kadar asam urat 48 55.8% mg/dl
meningkat ≥7
Jumlah 43 50,0 % 43 50,0 %
mg/dl
Kadar asam urat 38 44,2%
tidak meningkat
Jumlah P value
<7 mg/dl N %
OR CI 95%
Total 86 100%
48 100%
0,621-
0,515 1,460
Distribusi frekuensi kadar asam urat pada 3,433
38 100%
pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit
Natar Medika Provinsi Lampung tahun 2018 86 100%
menunjukan bahwa dari 86 responden yang
termasuk asam urat meningkat ≥ 7 mg/dl Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui
sebanyak 48 (55,8%), dan yang termasuk asam bahwa dari 86 responden diabetes melitus tipe 2 di
urat tidak meningkat < 7 mg/dl 38 (44,2). Rumah Sakit Natar Medika Provinsi Lampung
b. Distribusi frekuensi pengukuran status tahun 2018, diketahui dari 48 yang termasuk kadar
gizi berdasarkan Indeks masa tubuh asam urat meningkat ≥7 mg/dl dengan IMT ≥25
(IMT) kg/m² sebanyak 26 (54,2%) sedangkan IMT <25
kg/m² sebanyak 22 (45,8%). Dari 38 responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status gizi yang termasuk kadar asam urat tidak meningkat <7
berdasarkan IMT Pada Pasien Diabetes melitus mg/dl dengan IMT ≥ 25 kg/m² sebanyak 17
tipe 2 di RS.Natar Medika Provinsi Lampung (44,7%) sedangkan IMT <25 kg/m² sebanyak 21
Tahun 2018 (55,3%).