ABM merupakan suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan
perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk
pelanggan dan laba sebagai hasilnya. Manfaat yang diperoleh yaitu manajemen dapat
menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau
meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai
konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor
kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif.
ABM menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC)
dan analisis nilai proses. Sehingga ABM memiliki dua dimensi, yaitu :
1) Dimensi biaya, adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai
sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan.
2) Dimensi proses, atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya.
2) Strategic Planning, merupakan suatu perencanaan yang menyeluruh dan terpadu yang
mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan
dirancang untuk pencapaian tujuan perusahaan melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan.
4) Life Cycle Management. Melibatkan manajemen aktivitas mulai dari tahap pengembangan
untuk menjamin agar biaya daur hidup secara total jumlahnya lebih rendah
dibandingkan kompetitor.
7) Continuous Improvement. Teknik manajemen dimana para manajer dan pekerja setuju
terhadap program continuous improvement dalam hal kualitas dan factorkeberhasilan kritis.
9) Target Costing. Menentukan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga
yang kompetitif sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan.
10) Customer Value Analysis. Suatu analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu
aktivitas memiliki nilai bagi pelanggan atau tidak dengan cara melihat apa yang diperoleh
pelanggan dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh suatu produk atau
jasa.
Terdapat keterkaitan antara ABM dan ABC, yaitu ABC memfokuskan perhatian pada
aktivitas dalam mengalokasikan biaya overhead pada produk sedangkan ABM lebih
memfokuskan perhatiannya pada pengaturan aktivitas-aktivitas untuk mengurangi biaya. Tetapi
ada beberapa hal yang tidak dapat dijelaskan melalui teori ABC ini yaitu mengenai
penganalisisan aktivitas untuk mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah (non value
added activities) dan mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah pada suatu perusahaan.
Konsep biaya kualitas merupakan salah satu konsep konkrit penerapan operating activity
cost management. Konsep biaya kualitas ini disarankan dipergunakan oleh perusahaan-
perusahaan yang mengaplikasikan program gugus kendali mutu (GKM) yang bertujuan untuk
menghasilkan barang yang berkualitas. Biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan dapat dibagi
menjadi empat bagian besar, yaitu:
1) Biaya pencegahan (prevention cost), merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah agar perusahaan tidak memproduksi barang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi. Misalnya untuk melakukan pelatihan terhadap orang-orang, membeli mesin
yang lebih handal, dan sebagainya.
2) Biaya pemeriksaan (opprasial cost), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
agar barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang sudah terlanjur diproduksi oleh
perusahaan agar jangan sampai diproses lebih lanjut. Misalnya biaya untuk melakukan
aktivitas pemeriksanaan bahan mentah.
3) Biaya kegagalan internal (internal failure cost), merupakan biaya yang terpaksa
dikeluarkan oleh perusahaan karena perusahaan memproduksi barang yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, namun kondisi barang yang tidak baik tersebut ditemukan sebelum
barang tersebut sampai ke tangan konsumen aktif. Misalnya biaya pengerjaan ulang,
terpaksa dilakukan karena perusahaan pada awalnya memproduksi barang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi sehingga harus diperbaiki lagi sehingga menjadi sempurna dan
dapat dijual dengan harga normal.
4) Biaya kegagalan eksternal (exernal failure cost). Pada biaya ini bedanya dengan biaya
kegagalan interna, yaitu barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut baru
ditemukan stelah sampai ke tangan konsumen. Misalnya biaya untuk menangani keluhan
pelanggan, biaya garansi dan sebagainya.
Biaya pencegahan dan biaya pemeriksaan dapat digolongkan sebagai biaya pengendalian
(control cost), sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal digolongkan
sebagai biaya kegagalan (failure cost).
Monitoring terhadap pergerakan biaya kualitas dapat dilakukan melalui perbandingan rasio
dari satu periode ke periode lainnya. Rasio-rasio yang akan dibuat, yaitu :
REFRENSI :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2015. Modul Akuntansi Manajemen Keuangan Lanjutan.
Jakarta Pusat: IAI.
https://www.scribd.com/document/386629167/Makalah-Penggunaan-Sistem-Manajemen-Biaya-
Untuk-Efisiensi