Anda di halaman 1dari 7

PEMODELAN JADWAL KEBERANGKATAN PESAWAT TRANSIT DI

BANDARA SULTAN MAHMUD BADRUDDIN II DENGAN


MENGGUNAKAN ALJABAR MAXPLUS

Sri Ratna Auliya


auliyaratna99@gmail.com
Rahmat Nursalim, S.Pd., M.Si
rahmatnursalim@gmail.com

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Tidak hanya transportasi darat, pada zaman ini transportasi
udara pun sangat dibutuhkan untuk mendukung manusia dalam
bermobilitas. Durasi yang cenderung lebih singkat serta harga tiket yang
relatif murah serta stabil menyebabkan masyarakat mulai beralih untuk
menggunakan pesawat.
Dewasa ini, persaingan bisnis penerbangan manjadi semakin ramai. Hal
tersebut menuntut pihak bandara dan maskapai penerbangan untuk
mengatur waktu dengan baik agar para penumpang dapat terlayani secara
optimal. Penjadwalan penerbangan pun menjadi suatu hal penting untuk
diperhatikan karena masih kerap terjadi penundaan atau pembatalan
penerbangan yang menjadi salah satu faktor keterlambatan penumpang ke
bandara tujuan. (Anggraeni,dkk: 2013)
Dalam dunia penerbangan, permasalahan-permasalahan yang sering kali
terjadi seperti keterlambatan pesawat terbang yang datang maupun yang
diberangkatkan. Masalah keterlambatan merupakan hal yang sangat
dihindari dalam sarana transportasi terutama transportasi udara. Karena
masalah keterlambatan dalamtransportasi udara dapat mengakibatkan efek
yang menyebar ke penerbangan lain.Jika hal ini terjadi tentu akan
menambah pengeluaran perusahaan penerbangan(maskapai) dan pihak
bandara.
Penyebab keterlambatan-keterlambatan tersebut bisa dilihat dari enam
faktor (Pakan: 2011) diantaranya (1) faktor penyebab dari unsur man
(petugas check-in), (2) faktor penyebab dari unsur machine (mesin/tidak
ada pesawat pengganti), (3) faktor penyebab dari unsur material
(kurangnya suku cadang), (4) faktor penyebab dari unsur methode
(pesawat terlambat datang), (5) faktor penyebab dari unsur management
(terminal airport facility), dan (6) faktor penyebab dari unsur lingkungan
(cuaca).
Untuk mengatasi masalah tersebut, disini peneliti akan melakukan analisis
model penjadwalan dengan menggunakan Aljabar Maxplus karena
memiliki kemudahan dalam menerjemahkan aturan sinkronisasi pada
discrete event system sehingga hasil yang diperoleh menginterpretasikan
keperiodikan dari sistem yang diteliti (Rakhmawati, 2012). Selanjutnya,
sistem penjadwalan penerbangan dapat direpresentasikan dalam bentuk
grafberarah, dengan waktu sebagai vertex, jarak penerbangan sebagai edge
serta durasi penerbangan sebagai bobot dari edge. Kemudian, graf tersebut
diubah ke dalam bentuk matriks dan diselesaikan dengan menggunakan
sistem persamaan linear atas aljabar maks-plus. Pada penelitian ini, aljabar
maks-plus diaplikasikan dalam sistem penjadwalan pesawat di Bandar
Udara Sultan Mahmud Badaruddin IIPalembang yang mengacu pada
Heidergott dan Baccelli yang menerapkan aljabar max-plus pada masalah
penjadwalan transportasi serta Andersen dan Subiono yang secara khusus
menerapkan aljabar maks-plus pada masalah penjadwalan pesawat di
suatu bandara. (Kartika, dkk.: 2016)
Dengan demikian, dari berbagai uraian di atas maka penulis mengambil
judul seminar matematika ini, yaitu “Pemodelan Jadwal Keberangkatan
Pesawat Transit di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Dengan
Menggunakan Aljabar Maxplus”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalahnya yaitu bagaimana pemodelan jadwal
keberangkatan pesawat terbang transit dengan menggunakan aljabar
maxplus.

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Aljabar Max-plus
Dalam bagian ini dibahas beberapa konsep dasar yang akan digunakan
untuk membahas sistem linear max-plus waktu-invariant. Pembahasan
meliputi semimodul Rnε atas aljabar max-plus Rε, sistem persamaan linear
max-plus, aljabar max-plus dan pengertian graf berarah.
Pembahasan dimulai dengan pengertian semi ring dan contohnya.
Selanjutnya operasi pada Rε diperluas untuk matriks dalam Rm×n ε serta
relasi urutan didalamnya.
Definisi 1. Suatu semiring (S,+,×), adalah suatu himpunan tak kosong S
disertai dengan dua operasi biner + dan ×, yang memenuhi aksioma
berikut:
i) (S,+) merupakan semigrup komutatif dengan elemen netral 0, yaitu
∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑆 memenuhi
𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥
(𝑥 + 𝑦) + 𝑧 = 𝑥 + (𝑦 + 𝑧)
𝑥 + 0 = 0 + 𝑥 = 𝑥,
ii) (S,×) adalah semigrup dengan elemen satuan 1, yaitu ∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑆
memenuhi
(𝑥 × 𝑦) × 𝑧 = 𝑥 × (𝑦 × 𝑧)
𝑥 × 1 = 1 × 𝑥 = 𝑥,
iii) sifat penyerapan elemen netral 0 terhadap operasi ×, yaitu ∀ 𝑥 ∈ 𝑆
memenuhi
𝑥 × 0 = 0 × 𝑥 = 0.
iv) Operasi × distributif terhadap +, yaitu ∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑆 berlaku
(𝑥 + 𝑦) × 𝑧 = (𝑥 × 𝑧) + (𝑦 × 𝑧),
𝑥 × (𝑦 + 𝑧) = (𝑥 × 𝑦) + (𝑥 × 𝑧)

Definisi 2. Bila suatu semiring (𝑆, +,×) terhadap operasi × berlaku


∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑆, 𝑥 × 𝑦 = 𝑦 × 𝑥, maka dikatakan semiring komutatif.
Definisi 3. Bila suatu semiring (𝑆, +,×) mempunyai sifat idempoten
terhadap operasi + yaitu untuk setiap 𝑥 di S berlaku 𝑥 + 𝑥 = 𝑥, maka
dikatakan semiring idempoten atau dioid.
Definisi 4. Suatu semiring komutatif (𝑆, +,×) dinamakan semifield bila
setiap elemen 𝑥 di 𝑆 − {0} mempunyai invers terhadap operasi ×, yaitu
untuk setiap 𝑥 di 𝑆 − {0} ada 𝑥 − 1 sehingga 𝑥 × 𝑥 − 1 = 𝑥 − 1 ×
𝑥 = 1.
Teorema 1.1.1 Diberikan semiring Rmax = (R,⊕,⊗). Idempoten dari ⊕ berakibat
bahwa
elemen invers terhadap ⊕ tidak ada.
Bukti Misalkan bahwa a 6= ε mempunyai suatu invers terhadap ⊕ yaitu b, didapat
a ⊕ b = ε.
Tambahkan a pada kedua ruas persamaan, didapat
a ⊕ a ⊕ b = a ⊕ ε.
Dengan sifat idempoten, persamaan menjadi
a ⊕ b = a.
hal ini bertentangan dengan kenyataan a ⊕ b = ε dan a 6= ε.
2.2 Matriks dalam ℝ𝒎𝒎𝒎
Menurut Farlow [3], himpunan matriks berukuran 𝑛 × 𝑛 untuk 𝑛, 𝑛∈ ℕ
dalam ℝ𝑛𝑛𝑛 dinotasikan sebagai ℝ𝑛×𝑛
𝑛𝑛𝑛 . Operasi matriks dalam

ℝ𝑛𝑛𝑛didefinisikan sebagai

2.3 Sistem Persamaan Linier

Menurut Tam, jika diberikan 𝑛 = (𝑛𝑛𝑛 ) ∈ ℝ𝑛×𝑛 dan 𝑛 = (𝑛1 , … , 𝑛𝑛 )


∈ ℝ𝑛 , maka diperoleh
𝑛⊗ 𝑛= 𝑛
(4.1)
yang merupakan sistem persamaan linear aljabar maks-plus satu sisi atau
sistem persamaan linear aljabar maks-plus. Dengan menggunakan notasi
pada aljabar konvensional, sistem (4.1) dapat ditulis menjadi
𝑛𝑛𝑛𝑛 =1,…,𝑛 (𝑛𝑛𝑛 + 𝑛𝑛 = 𝑛𝑛 , 𝑛 ∈ M
𝑛𝑛𝑛𝑛 =1,…,𝑛 (𝑛𝑛𝑛 + 𝑛𝑛 − 𝑛𝑛 ) = 0, 𝑛 ∈ M.
Jika diberikan matriks 𝑛 = (𝑛𝑛𝑛 ) = (𝑛𝑛𝑛 − 𝑛𝑛 ), maka akan diperoleh
suatu sistembaru dengan sisi kanan dari sistem persamaan (4.1) adalah nol,
seperti
̅⊗ 𝑛 = 0
𝑛
(4.2)
sehingga dapat dikatakan bahwa sistem (4.2) telah dinormalisasi. Jika
diberikan
𝑛 = 𝑛𝑛𝑛𝑛 (−𝑛1 , −𝑛2 , … , −𝑛𝑛 ), maka akan diperoleh
̅⊗ 𝑛= 0
𝑛⊗ 𝑛 ⊗ 𝑛 =𝑛

(Kartika:2016)
.
DAFTAR PUSTAKA

Pakan, Welly. 2011. Tingkat OTP (On Time Performance) Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar Tahun 2011. Jurnal Penelitian Perhubungan Udara,
Vol. 38, 142-143.
Kartika, Casilda Reva., Siswanto., Sutrima., “Penentuan Penjadwalan Pesawat di
Bandar Udara HuseinSastranegara Bandung dengan Sistem Persamaan Linear
atas Aljabar Max-Plus” inProsiding Seminar Nasional Aljabar, Penerapan,
dan Pembelajarannya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2016. pp. 127.
Anggraeni, Dyah Arum., dkk. 2013. Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat
Transit di BandaraDengan Menggunakan Aljabar Maxplus. Kurikulum 2013,
Aplikasi dan Perannya dalam Menanamkan Nilai-Nilai Matematika.
Rakhmawati, N., 2012. “Studi Perencanaan Jadwal Busway di Surabaya
MenggunakanAljabar Max-plus”. Tesis Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai