Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN URBAN DESIGN

Perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu perpaduan kegiatan antara profesi
perencana kota, arsitektur, landscape, rekayasa sipil, dan transportasi dalam wujud fisik.
Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan pada bentuk fisik kota. Perancangan kota akan
menghasilkan produk berupa rancangan, dimana produk dari perancangan kota dapat dikategorikan
dalam dua bentuk umum yaitu ruang Kota (Urban Space) dan Ruang Terbuka (Open Space).

Eleman Perancangan Kota

1. Tata Guna lahan


Tata Guna Lahan (land Use) merupakan elemen pokok dalam urban design yang
menentukan dasar perencanaan dalam dua dimensi, bagi terlaksananya ruang tiga dimensi.
Land Use merupakan suatu pengaturan lahan dan keputusan untuk menggunakan lahan
bagi maksud tertentu sesuai dengan peruntukannya.
2. Bentuk dan Massa Bangunan

Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) membahas mengenai
bagaimana bentuk dan massa bangunan yang dapat membentuk suatu kota serta
bangaimana hubungan antar massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan massa
bangunan dan lain-lain. Sehingga ruang yang terbentuk akan teratur, mempunyai garis langit
yang dinamis serta menghindari adanya ruang yang tidak terpakai. Bentuk dan massa
bangunan berkaitan erat dengan ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
Koefisien Dasar bangunan (KDB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), style, skala, bahan
bangunan, tekstur dan warna bangunan.

3. Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk
dan mengkontrol pola kegitan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem
transportasi dari jalan publik, pedestrian ways, dan tempat-tempat pemberhentian yang
saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Tempat parkir
mempunyai pengaruh langsung pada lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah
perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan.

4. Ruang terbuka

Ruang terbuka (open space) adalah sebutan yang diberikan atas ruang yang terjadi
karena pembatasan alat hanya pada dua unsur atau bidang, yaitu alas dan dinding tapa
bidang atap. Elemen ruang terbuka meliputi landscape, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-
ruang rekreasi.

5. Jalur Pedestrian

Jalur pedestrian (Pedestrian Ways) merupakan suatu alat pergerakan internal kota,
satu-satnya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada di dalam
aktivitas kehidupan kota.

6. Aktifitas Pendukung
Aktivitas pendukung sebagai salah satu elemen atau aspek dalam perancangan kota,
keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek lainnya, terutama ruang terbuka dan
jalur pedestrian. Aktivitas pendukung adalah semua kegiatan yang menyangkut seluruh
penggunaan dan kegiatan-kegiatan yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum kota
yang saling melengkapi dan mendukung antara satu dengan lainnya.

7. Rambu-Rambu

Kehidupan kota sangat terngantung pada aktivitas komersualnya, akibatnya


penandaan atau petunjuk mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota. Adapun
jenis-jenis tanda yaitu identitas, nama bangunan, petunjuk sirkulasi, komesia; (iklan dan
reklame), petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain, dan informasi.

8. Preservasi

Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindngan terhadap lingkungan tempat tinggal
(permukiman) yang ada dan urban places yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya
perlindungan terhadap bangunan bersejarah.

***

PERATURAN MENTERI PU NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN RDTR

1. TATA GUNA LAHAN

Berkaitan dengan elemen tata guna lahan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan antara lain :

1) Pasal 7 ayat 3 : Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c meliputi:
a. zona lindung; dan b. zona budi daya.

Dalam lampiran I dijelaskan Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada
BWP yang akan diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

Rencana pola ruang berfungsi sebagai:

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Rencana Pola Ruang RDTR terdiri atas zona lindung (zona hutan lindung, zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona dibawahnya, zona perlindungan setempat, zona RTH kota, zona
konservasi, dan zona lindung lainnya). Kemudian zona budi daya (zona perumahan, zona
perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona industri, serta
zona lainnya yang dapat berupa pertanian, petambangan, pergudangan dan lain sebagainya).

2) Pasal 7 ayat 6 : Muatan RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5)
mencakup perencanaan tata ruang darat, ruang udara, ruang dalam bumi, dan/atau ruang
laut sesuai kebutuhan.
3) Pasal 8 ayat 2 poin a : Aturan dasar sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan.

Dalam Lampiran II dijelasakan Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan
yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan
lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat
tertentu, dan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada zona lindung
maupun zona budi daya.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun
standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam peraturan bangunan
setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang dikembangkan.

2. BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

Berkaitan dengan elemen bentuk dan massa bangunan pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang
disebutkan antara lain :

1) Pasal 8 ayat 2 poin b : Aturan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
: b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang

Dalam Lampiran II dijelaskan Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang
kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah
Hijau (KDH) baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.

Beberapa ketentuan lain dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang, antara
lain meliputi Koefisien Tapak Basemen (KTB) Maksimum, Koefisien Wilayah Terbangun (KWT)
Maksimum, Kepadatan Bangunan atau Unit Bangunan, Kepadatan Penduduk Maksimal.

2) Pasal 8 ayat 2 poin c : Aturan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi : c. Ketentuan tata bangunan

Dalam Lampiran II dijelaskan Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur
bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga
keselamatan dan keamanan bangunan. Komponen ketentuan tata bangunan minimal terdiri
atas Ketinggian bangunan (TB) maksimum, Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimum, Jarak
bebas antar bangunan minimal, Jarak Bebas Samping (JSB) dan Jarak Bebas Belakang (JBB).

Selain itu, ketentuan tata bangunan dapat memuat tampilan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka
bangunan, gaya bangunan, keindahan bangunan, serta keserasian bangunan dengan
lingkungan sekitarnya.

3. SIRKULASI DAN PARKIR

Berkaitan dengan elemen sirkulasi dan parkir pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan antara lain :
1) Pasal 7 ayat 2 poin b : Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
huruf b meliputi : b. rencana jaringan transportasi

Dalam Lampiran I dijelaskan untuk RDTR kawasan perkotaan di kabupaten, terdiri atas :

a. jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai dengan yang termuat dalam RTRW
kabupaten;
b. jaringan jalan sistem sekunder di kawasan perkotaan meliputi jalan arteri sekunder,
kolektor sekunder, dan lokal sekunder;
c. jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder;
d. jalur pejalan kaki;
e. jalur sepeda (jika ada); dan
f. jaringan jalan lainnya yang meliputi:
 jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/penumpang sesuai
ketentuan yang berlaku (terminal tipe A, terminal tipe B, terminal tipe C,
dan/atau pangkalan angkutan umum);
 jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan keluarnya terminal
barang/orang hingga pangkalan angkutan umum dan halte); dan
 jalan masuk dan keluar parkir.

Sedangkan untuk RDTR kota, terdiri atas:

a. jaringan jalan dan jaringan kereta api sesuai dengan yang termuat dalam RTRW kota,
b. jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder
c. jalur pejalan kaki;
d. jalur sepeda (jika ada); dan
e. jaringan jalan lainnya yang meliputi:
 jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/penumpang sesuai
ketentuan yang berlaku (terminal tipe A, terminal tipe B, terminal tipe C,
dan/atau pangkalan angkutan umum);
 jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan keluarnya terminal
barang/orang hingga pangkalan angkutan umum dan halte); dan
 jalan masuk dan keluar parkir. Jaringan transportasi dapat berada di permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah, atau di atas permukaan tanah.

4. RUANG TERBUKA

Berkaitan dengan elemen ruang terbuka pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan antara lain :

1) Pasal 7 ayat 3 poin a : Rencana Pola Ruang meliputi : a. Zona lindung

Dalam Lampiran I dijelaskan salah satu kriteria perumusan rencana pola ruang yaitu
menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat. Rencana pola ruang tentang zona lindung yang berkaitan dengan ruang terbuka
yaitu zona hutan lindung, zona lindung gambut, zona resapan air, zona perlindungan
setempat, zona RTH kota (hutan kota, taman kota, taman kecamatan, taman kelurahan,
taman RW, taman RT, pemakaman), zona konservasi (cagar alam, suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam.

5. JALUR PEDESTRIAN
Berkaitan dengan elemen jalur pedestrian pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan antara lain :

1) Pasal 8 ayat 2 poin d : aturan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi : d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal

Dalam Lampiran II dijelaskan Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa
prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat,
dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana lainnya yang
diperlukan.

6. AKTIVITAS PENDUKUNG

Berkaitan dengan elemen aktivitas pendukung pada Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan
antara lain :
1) Pasal 7 ayat 2 poin c : Rencana Pola Ruang meliputi : c. Rencana jaringan prasarana

Dalam Lampiran I dijelaskan bahwa rencana jaringan prasarana melipiti rencana jaringan
energi/kelistrikan, rencana jaringan telekomunikasi, rencana jaringan air minum, rencana
jaringan drainase, rencana pengelolaan air limbah, rencana jaringan prasarana lainnya.

2) Pasal 8 ayat 2 poin f : aturan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi : f. Standar teknis

Dalam Lampiran II dijelaskan Secara garis besar, standar teknis pemanfaatan ruang meliputi:

a. standar kebutuhan utilitas, mengatur besarnya kebutuhan/kapasitas utilitas (air bersih,


persampahan, air limbah, drainase, listrik, telpon, gas masak, tv kabel, dst) untuk setiap
jenis peruntukan ruang;
b. standar sarana pendukung (Fas. Peribadatan, Fas. Pendidikan, Fas. Perdagangan, Fas.
Sosial, Fas. Olahraga, Fas. Keamanan, RTH/Taman, SPBU, SPBE, dst) yang sesuai dengan
jumlah penduduk atau orang yang harus dilayaninya;3) standar prasarana pendukung
(parkir, pedestrian, jalur sepeda, TPS, dsb) yang sesuai dengan jumlah penduduk atau
orang yang harus dilayaninya; dan
c. standar prasarana lain (media luar ruang) yang sesuai dengan desain estetika lingkungan
yang diinginkan.

7. RAMBU-RAMBU

8. PRESERVASI

Berkaitan dengan elemen preservasi pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 16 tahun 2018 Tentang pedoman Rencana Detail tata Ruang disebutkan antara lain :
1) Pasal 7 ayat 3 : Rencana Pola Ruang meliputi : a. Zona lindung

Dalam Lampiran I dijelasakan zona lindung konservasi meliputi cagar alam, suaka
margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam.

***

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN


RUANG
1. TATA GUNA LAHAN

Berkaitan dengan elemen tata guna lahan pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara lain :

1) Pasal 4 : Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,


wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
2) Pasal 5 ayat 2 : penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
3) Pasal 5 ayat 3 : penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas
penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota.
4) Pasal 5 ayat 4 : Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5) Pasal 17 ayat 3 : Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya.
6) Pasal 17 ayat 4 : Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
7) Pasal 17 ayat 5 : Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit
30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.
8) Pasal 32 ayat 1 : Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.
9) Pasal 33 : Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.

2. BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

Berkaitan dengan elemen bentuk dan massa bangunna pada Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara
lain:

1) Pasal 36 ayat 1 : Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 disusun


sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

Dijabarkan pada bagian PENJELASAN yaitu Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus,
boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri
atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar
bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana
dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

3. SIRKULASI DAN PARKIR

Berkaitan dengan elemen sirkulasi dan parkir bangunan pada Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara
lain:
1) Pasal 33 ayat 3 : Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk
pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak
prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima
pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah.

Dijabarkan pada bagian PENJELASAN yaitu Pembangunan bagi kepentingan umum yang
dilaksanakan Pemerintah atau pemerintah daerah meliputi: a. jalan umum dan jalan tol,
rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah),
saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; serta c. pelabuhan,
bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

4. RUANG TERBUKA
Berkaitan dengan elemen ruang terbuka bangunna pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara lain:
1) Pasal 28 poin a dan b : Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis
mutandis untuk perencanaan ata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain
rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau
2) Pasal 29 ayat 1 : Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a
terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
3) Pasal 29 ayat 2 : Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30
(tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.
4) Pasal 29 ayat 3 : Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

5. JALUR PEDESTRIAN

Berkaitan dengan elemen jalur pedestrian bangunan pada Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara lain:

1) Pasal 28 poin c : Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk
perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal
26 ayat (1) ditambahkan: c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang
evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

6. AKTIVITAS PENDUKUNG

Berkaitan dengan elemen aktivitas pendukung bangunan pada Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara
lain:

1) Pasal 1 ayat 3 : Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
2) Pasal 33 ayat 3 : Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk
pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak
prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima
pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah.

Dijabarkan pada bagian PENJELASAN yaitu Pembangunan bagi kepentingan umum yang
dilaksanakan Pemerintah atau pemerintah daerah meliputi:

a. jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun
di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan
sanitasi;
b. waduk, bendungan, bendungan irigasi, dan bangunan pengairan lainnya;
c. pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;
d. fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar,
dan lain-lain bencana;
e. tempat pembuangan sampah;
f. cagar alam dan cagar budaya; dan
g. pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.

7. RAMBU-RAMBU

8. PRESERVASI

Berkaitan dengan elemen preservasi bangunan pada Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan antara lain:

1) Pasal 6 ayat 1 poin b : Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan


potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi
ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan.
2) Pasal 33 ayat 4 : Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung,
diberikan prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang
bersangkutan akan melepaskan haknya.

Dijabarkan pada bagian PENJELASAN yaitu Hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan
pemerintah daerah dimaksudkan agar pemerintah dapat menguasai tanah pada ruang
yang berfungsi lindung untuk menjamin bahwa ruang tersebut tetap memiliki fungsi
lindung.

PERATURAN PERUNDANGAN PENDUKUNG

1. TATA GUNA LAHAN


a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penggunaan Tanah
2. BENTUK DAN MASSA BANGUNAN
a. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
3. SIRKULASI DAN PARKIR
a. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
4. RUANG TERBUKA
a. Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
5. JALUR PEDESTRIAN
a. Peraturan Menteri PU Nomor 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan ,
Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan
6. AKTIVITAS PENDUKUNG

7. RAMBU-RAMBU

8. PRESERVASI

Anda mungkin juga menyukai