Bab Iii
Bab Iii
1. Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran suatu ba-
hasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan
dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk
mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itu-
lah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disam-
paikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-
lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang
dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara
melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca.
Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satu bunyi
yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan sa-
tu tanda (huruf). Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
jumlah huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia berjumlah 26
buah.
Walaupun bahasa Indonesia menganut sistem ejaan fonemik yaitu
satu tanda (huruf) dilambangkan satu bunyi, namun kenyataannya masih
terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem
(bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, seperti /ng/, /ny/,
/kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua bunyi yang dilambangkan dengan sa-
tu tanda seperti /e/ taling dan /e/ pepet. Hal ini dapat menimbulkan ham-
batan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
2. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau
cara mengucapkan bahasa Indonesia. Akhir-akhir ini sering orang
melafalkan bahasa Indonesia dengan keraguan, yaitu ketidakteraturan
pengguna bahasa Indonesia melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan
dapat terjadi karena tanda (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi
yang menandai huruf-huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah
bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman,
dan lain-lain. Dalam bahasa-bahasa tersebut, satu lambang huruf dapat
dilafalkan berbeda, misalnya /a/ atau /g/ dapat diucapkan dengan
berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di
sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan
yang berlaku cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indo-
nesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Jadi, lafal dalam
bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
AC /a ce/ /a se/
HCL Ha Se El Ha Ce El
CO2 Se O2 Ce O2
Coca Cola Ko ka ko la co ca co la
Seven Up se fen ap se ven up
3. Penulisan Huruf
Misalnya : Allah
Yang Mahakuasa
agama Weda
agama Islam
Huruf Miring
III. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.
Misalnya: Nama ilmiah manggis ialah Garcinia mangostana.
Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata Turunan
Misalnya: bergetar
dikelola
penerapan
memperhatkan
Garis bawahi
Mengambil alih
Misalnya: menggarisbawahi
Melipatgandakan
Pertanggungjawaban
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kom-
binasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. (Unsur gabungan yang
hanya muncul dalam kombinasi itu, misalnya ; a, antar, bi, catur,
dasa, de, dwi, eka, in, inter, ko, maha, mono, multi, non, panca,
poli, pra purna, re, semi, sub, swa, tele, tri, tuna, ultra).
caturtunggal, caturdasa
Dasawarsa, dasalomba
Ekasapta, ekawarna
Inkonvensional, introspeksi
Catatan:
1. Bila bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf
capital, maka di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia
Pan-afrikanisme
Bentuk Ulang
Porak-poranda, tunggang-langgang
Dibesar-besarkan, ditonjol-tonjolkan
Menulis bentuk ulang dengan kata angka dua (2) seperti dalam
ejaan lama, jelas menyalahi ketentuan tentang penulisan kata
ulang. Hal itu hanya dapat kita lakukan bila tulisan itu untuk keper-
luan kita sendiri, misalnya ketika menulis cepat untuk mencatat
pelajaran atau kuliah yang disampaikan oleh pengajar, atau untuk
menulis notula.
. Gabungan Kata
Simpang empat
Mata pelajaran
Rumah sakit
3. Gabungan kata yang lazim dianggap sebagai satu kata ditulis se-
rangkai.
Misalnya : bismillah
Alhamdulillah
Siraturrahmi
Halalbihalal
Akhirulkalam
Kepada
Bumiputra
Matahari
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengi-
kutinya: ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang men-
dahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikuti-
nya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap se-
bagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Catatan:
Kata keluar sebagai lawan kata masuk yang tergolong jenis kata kerja
kita tuliskan serangkai sebagai satu kata, sedangkan ke luar lawan ke
dalam dituliskan terpisah.
Kata kemari dituliskan serangkai sebagai satu kata karena tidak ada
pasangannyua di mari dan dari mari.
Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang men-
dahuluinya.
3. Partikel per yang berarti 1) ‘demi’; 2) ‘tiap’; 3) ‘mulai’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b. satuan waktu;
d. kuantitas
a. Bilangan utuh
b. Bilangan pecahan
Abad XV
Abad ke-15
Abad kelima belas
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika per-
lu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang dapat dinya-
takan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal ka-
limat.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut.
aa (belanda) menjadi a
paal pal
octaaf oktaf
aerobe aerob
aerodynamics aerodinamika
haemoglobin hemoglobin
audiogram audiogram
hydraulic hidraulik
construction konstruksi
cubic kubik
classification klasifikasi
central sentral
cent sen
circulation sirkulasi
accent aksen
caccine vaksin
saccharin sakarin
charisma karisma
achelon aselon
machine mesin
check cek
china Cina
c, (sanskerta) menjadi s
cabda sabda
castra sastra
e, tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
system sistem
Catatan:
Menurut aturan EYD ini kata sintesis dan system merupakan bentuk
baru sesuai dengan bunyi aturan di atas ini. Jadi, bukan lagi sintese
atau sintesa, dan sistim.
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
system system
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
iamb iambe
ion ion
politiek politik
riem rim
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
Catatan:
kh (Arab), tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congress kongres
linguistics linguistic.
oestrogen estrogen
oenology enology
foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
Kata kompor sudah lama kita gunakan dalam bentuk itu dapat
dikatakan kata bentukan rakyat sehingga f diubah menjadi p. Tetapi,
pada kata atau istilah yang baru saja kita buat, f atau v tetap dan tidak
lagi kita ganti degan p. Perhatikan kata provos yang tidak dijadikan
propos. Lihat juga contoh yang lalu : fanatic, factor, fosil, bukan pan-
atik, paktor, posil.
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
zoology zoologi
coordination koordinasi
Catatan:
gouverneur gubernur
coupon kupon
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
ratio rasio
patient pasien
th menjadi t
theocracy teokras
u tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
ue tetap ue
conduit konduite
duit duit
ou tetap ou
quorum kuorum
quota kuota
v tetap v
vitamin vitamin
television televise
cavalry kavaleri
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
executive eksekutif
taxi taksi
extra ekstra
exceptie eksepsi
z, tetap z
zenith zenith
zodiac zodiac
zaman zaman
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
Catatan:
advokaat advokat
traktaat traktat
percentage persentase
etalage etalase
complementary, komplementer
compementair
accountant akuntan
informant informan
cystein sistein
protein protein
Dictator d
publicist publisis
egoist egois
terrorist teroris
dialogue dialog
-loog (Belanda)
. Tanda Baca
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang atau unsurn-
ya.
Sukanto S.A.
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan gelar,
jabatan, pangkat, dan sapaan.
Dr. Doktor
dr. dokter
Ir. Insinyur
1.2. Ilustrasi
1.2.2. Tabel
1.2.3. Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
PT Perseroan Terbatas
Misalnya:
cm sentimeter
l liter
kg kilogram
Rp rupia
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
3.a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari in-
duknya apabila anak kalimat tersebut mendahului induk ka-
limatnya.
Misalnya : ……… Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang
haruslah engkau selalu berhati-hati dalam sebarang
pekerjaanmu.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat wila-
yah atau negeri yang ditulis berurutan.
Manila, Filipina
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
Misalnya : 254,55 kg
Rp 254,50
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Yang sudah dipesan untuk keperluan kantor kami ialah
barang yang berikut: lemari, meja tulis, dan kursi.
2. Tanda titik dua tidak dipakai bila rangkaian atau pemerian itu meru-
pakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya : Kantor yang baru itu memerlukan lemari, meja dan kursi.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memer-
lukan pemerian.
4. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menun-
jukkan pelaku dalam percakapan.
5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nonor dan halaman, (ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul
dan anak judul suatu karangan.
Misalnya :
….masuk dari pin-
tu samping
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pada pangkal baris.
Catatan :
Mempebesar harap-
an.
3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Misalnya : besar-besar
Bermain-main
Sedapat-dapatnya
Turun-temurun.
Misalnya : s-e-y-o-g-i-a-n-y-a
19-9-1982
Angkatan ’50-an
(d) di-PN-kan
Ke-ABRI-an
Sinar-X
Bom-H
Misalnya : di-reshulffle
Men-tackle
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau
‘sampai’.
Misalnya : 1945-1983
Bandung – Jakarta
Tanda Tanya (?)
Merdeka!
.
Misalnya : Air terjun Niagara (di perbatasan New York dan Ontario)
merupakan objek pariwisata yang penting di Amerika
Serikat. Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran luar negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
karangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurng tutup sa-
ja.
1) murid;
2) guru;
3) metode pengajaran;
atau : a) murid;
b) guru;
c) metode pengajaran;
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang
terdapat di dalam naskah asal
Misalnya : Sang Sapurba men d engar bunyi gemersik.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai
dalam kalimat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya : katanya “Aku baru saja duduk ketika kudengar suaru dari
kamar sebelah’O, Tuhan…’ ! Rupanya penyakit ibu
kambuh lagi.”