Anda di halaman 1dari 61

BAB III

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

1. Pendahuluan

Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran suatu ba-
hasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan
dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk
mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itu-
lah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disam-
paikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-
lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang
dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara
melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca.
Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satu bunyi
yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan sa-
tu tanda (huruf). Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
jumlah huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia berjumlah 26
buah.
Walaupun bahasa Indonesia menganut sistem ejaan fonemik yaitu
satu tanda (huruf) dilambangkan satu bunyi, namun kenyataannya masih
terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem
(bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, seperti /ng/, /ny/,
/kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua bunyi yang dilambangkan dengan sa-
tu tanda seperti /e/ taling dan /e/ pepet. Hal ini dapat menimbulkan ham-
batan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

2. Pelafalan

Salah satu hal yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau
cara mengucapkan bahasa Indonesia. Akhir-akhir ini sering orang
melafalkan bahasa Indonesia dengan keraguan, yaitu ketidakteraturan
pengguna bahasa Indonesia melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan
dapat terjadi karena tanda (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi
yang menandai huruf-huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah
bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman,
dan lain-lain. Dalam bahasa-bahasa tersebut, satu lambang huruf dapat
dilafalkan berbeda, misalnya /a/ atau /g/ dapat diucapkan dengan
berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di
sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan
yang berlaku cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indo-
nesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Jadi, lafal dalam
bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.

Perhatikan contoh berikut :

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

teknik teknik tehnik


tegel tegel tehel
energi energi enerhi, enersi, enerji
praktik praktik praktek
risiko risiko resiko
aegenda agenda ahenda

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah masalah


pelafalan singkatan kata dengan huruf.

Perhatikan contoh berikut :

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

TV /te ve/ /ti vi/

AC /a ce/ /a se/

LNG /el en ge/ /el en ji/

MTQ /em te ki/ /emtekyu,emtekui/

Hal lain yang perlu mendapat perhatian ialah pemakaian dan


pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kai-
dah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu
nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kata, sungai, gunung, dan
sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali
kalau ada pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan
dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soe-
wandi) atau Ejaan yang disempurnakan (EYD). Jadi, pelafalan dan
penulisan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan
yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama
produk (minuman atau obat-obatan) bergantung pada kebiasaan yang
berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja
melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal ter-
sebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang ber-
sangkutan.

Perhatikan contoh berikut:

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

HCL Ha Se El Ha Ce El
CO2 Se O2 Ce O2
Coca Cola Ko ka ko la co ca co la
Seven Up se fen ap se ven up

Selanjutnya, kaidah pelafalan perlu juga dibicarakan di sini


ialah pelafalan bunyi /h /. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam
bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vocal yang
sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon,
luhur, leher. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda
dilafalkan dengan lemah atau hamper tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dil-
afalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit.
Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut
disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir,
kohir, kohesi.

3. Penulisan Huruf

Huruf Kapital atau Huruf Besar

Sampai sekarang, masih banyak kita lihat kesalahan da-


lam menggunakan huruf kapital. Kata yang seharusnya huruf
awalnya dituliskan dengan huruf kecil ditulis dengan huruf be-
sar, tetapi sebaliknya yang seharusnya ditulis dengan huruf
kapital ditulis dengan huruf kecil. Aturan pemakaian kapital
seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Ejaan yang Dis-
empurnakan sebagai berikut.

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai pengawal


kalimat.
Misalnya : Dia menangis.
Apa yang dimintanya?
Hasil pekerjaannya memuaskan.
2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama petikan langsung.
Misalnya : Ibu bertanya, “Bila engkau tiba?’
“Tadi pagi”, jawab Kakak, “sebelum Ibu bangun.”
“Rajin-rajin belajar,” katanya.
3. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama dalam ungkapan yang berhubungan dengan kitab suci
dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya : Allah

Yang Mahakuasa

Yang Maha Pemurah

agama Weda

agama Islam

Tunjukilah hamba-Mu ini, ya Tuhan!

4. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-


tama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
Misalnya: Nabi Sulaiman
Imam hambali
Haji Agus Salim
Mahaputra Moh. Yamin
Sultan Hasanuddin
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunanm, dan keaga-
maan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya: Ketika itu beliau baru saja dinobatkan menjadi
sultan.
Saya berniat akan naik haji tahun ini.

5. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-


tama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya: Gubernur Aang Kunaefi
Mayor Jenderal Ahmad Wiranatakusumah
Menteri Negara Cosmas Batubar

Huruf capital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf


pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya : Kabarnya gubernur itu akan diganti.
Letnam Kolonel Yunus Amir akan dinaikkan
pangkatnya menjadi kolonel.

6. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-


tama unsur nama orang.
Misalnya : Husein Sastranegara
Wolter Monginsidi
Wage Rudolf Supratman
7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia
Suku Madura
Bahasa Arab
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang tid-
ak dipakai sebagai nama.
Misalnya: kata-kata asing yang diindonesiakan
Sifat yang kebelanda-belandaan.
8. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa se-
jarah.
Misalnya : tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan November
bulan Ramadan
hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf


pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya: ketika memproklamasikan kemerdekaan
9. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama nama khusus dalam geografi.
Misalnya: Asia Tenggara
Bukit Barisan
Gunung Kratakatau
Danau Toba
Jazirah Arab
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama unsur geografi.
Misalnya : mandi-mandi di kali
berenang menyeberangi selat
mendaki gunung
menuju barat
10. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama unsure-unsur nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi kecuali unsure seperti dan.
Misalnya: Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Luar Negeri
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata yang tidak dipakai sebagai unsur-unsur resmi
bagan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi.
Misalnya: sesuai dengan undang-undang yang berlaku
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
11. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama semua kata di dalam buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata partikel, seperti : di, ke, dari,
untuk, yang atau yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya: Tiga Menguak Takdir
majalah Pembinaan Bahasa Indonesia
surat kabar Pos Kota
Memberantas Buta Huruf di Indonesia
Manfaat Bermain untuk Kanak-Kanak
12. Huruf kapital atau besar dipakai sebagai huruf pertama
singkatan unsur nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Dr. Doktor
S.H. Sarjana Hukum
M.A. Master of Arts
Prof. Profesor
Sdr. Saudara
Catatan:
Singkatan-singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik
13. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf per-
tama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai
kata ganti atau sapaan.
Misalnya: Kapan Bapak berangkat?
Surat Saudara sudah saya terima.
Ia menjawab pertanyaan Pak Guru
Surat itu dari Ibu Sulastri, istri Pak Camat.
Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan.
Misalnya: Kita harus senantiasa hormat kepada ibu dan
bapak kita.
Beberapa orang di antara kakak dan adik saya
sudah pindah ke kota lain.
Ayahnya menjadi cam
Catatan :
Bila kita menulis surat, kata-kata penunjuk kekerabatan
yang kita pakai sebagai kata sapaan dalam surat kita huruf
awalnya harus kita tuliskan dengan huruf capital, baik kata
itu kita pakai menyapa orang yang kita tulisi surat maupun
untuk menyapa diri kita sendiri.
Misalnya : Surat yang Bapak kirimkan sudah kami terima.
(kata Bapak pengganti orang kedua yakni orang
yang kita kirimi surat)

Huruf Miring

I. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, surat kabar yang dikutif dalam karangan.

Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan

Buku Negarakertagama karangan Prapanca tertera da-


lam surat kabar Suara Karya
II. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya: Huruf pertama kata bapak ialah b.


Dia memang tidak akan datang
Ia seorang pembunuh berdarah dingin.

III. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.
Misalnya: Nama ilmiah manggis ialah Garcinia mangostana.

Politik divide et impera alat utama penjajah untuk me-


mecah belah kita.

Penulisan Kata

Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya: Aku yakin bahwa Anda sanggup.

Ibu baru pulang dari pasar.

Kata Turunan

1. Imbuhan (awalnya, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan


kata dasarnya.

Misalnya: bergetar

dikelola
penerapan

memperhatkan

2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran


ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.

Misalnya: bertumpang tindih

Garis bawahi

Mengambil alih

3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus


mendapat awalan dan akhiran, maka unsure gabungan kata itu di-
tulis serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi

Melipatgandakan

Pertanggungjawaban

4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kom-
binasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. (Unsur gabungan yang
hanya muncul dalam kombinasi itu, misalnya ; a, antar, bi, catur,
dasa, de, dwi, eka, in, inter, ko, maha, mono, multi, non, panca,
poli, pra purna, re, semi, sub, swa, tele, tri, tuna, ultra).

Misalnya: asusila, amoral


antarbenua, antaruniversitas

caturtunggal, caturdasa

Dasawarsa, dasalomba

Ekasapta, ekawarna

Inkonvensional, introspeksi

Catatan:

1. Bila bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf
capital, maka di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya: non-Indonesia

Pan-afrikanisme

2. Maha sebagai unsur gabung ditulis serangkai dengan kata yang


mengikutinya kecuali kata yang mengikutinya itu bukan kata da-
sar.

Misalnya: Yang mempunyai sifat mahasempurna hanyalah Tuhan.


Dengan nama Allah yang Maha pengasih dan Maha Penyayang.

Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda


hubung.

Misalnya : anak-anak, buku-buku


Biri-biri, kupu-kupu

Porak-poranda, tunggang-langgang

Dibesar-besarkan, ditonjol-tonjolkan

Menulis bentuk ulang dengan kata angka dua (2) seperti dalam
ejaan lama, jelas menyalahi ketentuan tentang penulisan kata
ulang. Hal itu hanya dapat kita lakukan bila tulisan itu untuk keper-
luan kita sendiri, misalnya ketika menulis cepat untuk mencatat
pelajaran atau kuliah yang disampaikan oleh pengajar, atau untuk
menulis notula.

. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk


istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.

Misalnya: orang tua

Simpang empat

Mata pelajaran

Rumah sakit

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin men-


imbulkan salah pengertian dapat diberi tanda hubung untuk mene-
gaskan pertalian antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya : anak-istri (jika yang dimaksud anak dan istri)


Ibu-bapak (jika yang dimaksud sama dengan ayah
bunda).

3. Gabungan kata yang lazim dianggap sebagai satu kata ditulis se-
rangkai.

Misalnya : bismillah

Alhamdulillah

Siraturrahmi

Halalbihalal

Akhirulkalam

Kepada

Bumiputra

Matahari

Kata Ganti ku, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengi-
kutinya: ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang men-
dahuluinya.

Misalnya: yang kukatakan haruslah kauperhatikan.

Anakkku, anakmu, dan anaknya sudah setahun menjadi


anggota perkumpulan itu.
Catatan:

Syarat penulisan seperti di atas itu dikecualikan pada kata ganti Mu


dan Nya yang digunakan sebagai pengganti Tuhan. Oleh karena kata
ganti untuk Tuhan itu huruf awalnya kita tuliskan dengan huruf kapital,
maka antara kata yang mendahuluinya dengan kata ganti kita bu-
buhkan tanda hubung. (Alasannya huruf kapital tidak terdapat di ten-
gah kata).

Misalnya : O, Tuhan, kepada-Mulah hamba memohon pertolon-


gan.

Kepada-Nyalah kita sandarkan hidup kita karena dia


Maha pengasih dan Maha Penyayang.

Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikuti-
nya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap se-
bagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya : Di mana ada gula, di situ ada semut.

Di depan rumah itu dia memandang ke atas.

Abang ke luar dari pintu belakang.

Dari tadi anak itu memandang ke luar.

Catatan:
Kata keluar sebagai lawan kata masuk yang tergolong jenis kata kerja
kita tuliskan serangkai sebagai satu kata, sedangkan ke luar lawan ke
dalam dituliskan terpisah.

Kata kemari dituliskan serangkai sebagai satu kata karena tidak ada
pasangannyua di mari dan dari mari.

Perhatikan kata-kata bercetak miring dalam kalimat-kalimat di bawah


ini. Kata-kata itu ditulis serangkai sebagai satu kata.

Kesampingkan saja persoalan yang tak penting itu!

Tariannya sudah dapat diketengahkan.

Rumah kami lebih kecil daripada rumah mereka.

Bawa kemari buku itu.

Orang itu baru keluar dari penjara.

Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya: Sambil menyanyikan lagu Indonesia


Raya, Sang Saka Merah Putih dinaikkan.

Karena alamat tidak jelas, surat itu dikirimkan kembali


kepada si pengirim.

Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang men-
dahuluinya.

Misalnya: Siapakah yang sedang berpidato itu?

Pergilah sekaranmeminta tolong?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Dibujuk pun tidak akan dia menurut.

Jangankan dua kali, sekali pun aku tak mau.

Hari pun malamlah.

Bukan hanya engkau, aku pun ingin menonton.

Pada kata-kata berikut, yaitu kata-kata yang hubungannya dengan


partikel pun sudah padu benar, partikel itu ditulis serangkai saja
dengan kata yang mendahuluinya.

Adapun ataupun maupun

Andaipun kalaupun betapapun

Meskipun biarpun bagaimanapun

Misalnya: Adapun permintaannya itu sudah disampaikannya kepada ibu


bapaknya.

Kalaupun saya mau, ia tidak akan menerima.


Bagaimanapun ia berusaha, hasilnya selalu tidak memuaskan.

Meskipun hari hujan, ia pergi juga ke sekolah.

Pada umumnya partikel pun yang dipisahkan dari kata yang


mendahuluinya itu dapat berarti sama dengan juga; atau kalimat itu dapat
diubah menjadi kalimat pengakuan yang didahului oleh kata sambung
meskipun atau sinonimnya; atau partikel pun berfungsi sebagai penegas,
sering dipakai bersama-sama dengan partikel lah dalam satu klausa.
Perhatikan contohnya di bawah ini :

a. (1) Aku pun ingin menonton.

(2) Aku juga ingin menonton.

b. (1) Sekali pun aku tak mau.

(2) Meskipun hanya sekali, aku tak mau.

3. Partikel per yang berarti 1) ‘demi’; 2) ‘tiap’; 3) ‘mulai’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

Misalnya: Barang-barang itu diperiksanya satu per satu.

Berapa harga kain itu per meter ?

Kenaikan gajinya itu dihitung per 1 Juni 1980.

Angka dan Lambang Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

Di dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.


Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII,VIII, IX, X.

2. Angka digunakan untuk menyatakan

a. ukuran panjang, berat, luas dan isi;

b. satuan waktu;

c. nilai uang; dan

d. kuantitas

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya: Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat

Jalan Sungai Saddang IV no.20 Ujung Pandang

Hotel Ambarukmo, Kamar 234

4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan dan ayat kitab


suci atau bagiannya.

Misalnya: Bab XV, Pasal 36, halaman 8


Surat Ali Imran: 32

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai beri-


kut.

a. Bilangan utuh

Misalnya: 15 lima belas

37 tiga puluh tujuh

564 lima ratus enam puluh empat

b. Bilangan pecahan

Misalnya: 1/2 setengah

4/5 empat perlima

1/15 seperlima belas

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara


yang berikut.

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia XXXV

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-35

Abad XV

Abad ke-15
Abad kelima belas

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti


cara yang berikut.

Misalnya : tahun 30-an atau tahun tiga puluhan

Uang 5000-an atau uang lima ribuan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua


kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemapa-
ran.

Misalnya: telah tiga kali ia dating ke sini

Dibelinya dua puluh buah durian di pasar itu.

Yang terdaftar 50 orang laki-laki dewasa, 15 orang per-


empuan dewasa, 36 orang anak laki-laki, dan 25 orang
anak perempuan.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika per-
lu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang dapat dinya-
takan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal ka-
limat.

Misalnya: Penduduk Indonesia berjumlah 147 juta orang.


Negara itu menerima pinjaman 650 juta dolar Amerika
dari Bank Dunia.

11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akte dan kuitansi,


bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus da-
lam teks.

Misalnya: Jumlah murid di kelas tiga dua puluh orang.

Bukan : Jumlah murid di kelas tiga 20 (dua puluh)


orang.

12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penu-


lisannya harus tepat.

Misalnya : Piutang kami pada Tuan sejumlah Rp. 5.356,00 (lima


juta tigas ratus lima puluh enam ribu rupiah) kiranya
dapat Tuan lunasi dalam bulan ini juga.

Bukan: Piutang kami pada Tuan sejumlah Rp


5.356.00 (Rupiah lima juta tiga ratus lima puluh enam
ribu) kiranya dapat Tuan lunasi dalam bulan ini juga.

. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur


dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari unsur
bahasa Sanserkerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar ; pertama, unsur pin-
jaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti : reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pen-
gucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya dis-


esuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan
agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesian-
ya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut.

aa (belanda) menjadi a

paal pal

octaaf oktaf

ae, jika tidak bervariasi dengan e, tetap ae

aerobe aerob

aerodynamics aerodinamika

ae, jia bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin

audiogram audiogram
hydraulic hidraulik

c, di depan a, u, o, dan di depan konsonan, menjadi k

construction konstruksi

cubic kubik

classification klasifikasi

c, di depan e, I, oe, dam y, menjadi s

central sentral

cent sen

circulation sirkulasi

cc, di depan e, dan I, menjadi ks

accent aksen

caccine vaksin

cch dan ch, di didepan a, o, dan di depan konsonan, menjadi k

saccharin sakarin

charisma karisma

ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s

achelon aselon
machine mesin

ch, yang lafalnya c menjadi c

check cek

china Cina

c, (sanskerta) menjadi s

cabda sabda

castra sastra

e, tetap e

effect efek

description deskripsi

synthesis sintesis

system sistem

Catatan:

Menurut aturan EYD ini kata sintesis dan system merupakan bentuk
baru sesuai dengan bunyi aturan di atas ini. Jadi, bukan lagi sintese
atau sintesa, dan sistim.

ea tetap ea

idealist idealis
habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e

stratosfeer stratosfer

system system

gh menjadi g

sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige

gigue gige

I pada awal suku kata di depan vocal, tetap i

iamb iambe

ion ion

ie (Belanda), jika lafalnya I, menjadi i

politiek politik

riem rim

ie, jika lafalnya bukan i, tetap ie

variety varietas
patient pasien

efficient efisien

Catatan:

Huruf-huruf yang tidak berfungsi dalam bahasa Indonesia, dihilangkan


saja. Perhatikan contoh di atas. Huruf t pada akhir kata patient dan
efficient dan huruf kedua pada kata efficient kita hilangkan saja.

kh (Arab), tetap kh

khusus khusus

akhir akhir

ng tetap ng

contingent kontingen

congress kongres

linguistics linguistic.

Oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen

oenology enology

foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor

provoost provos

Kata kompor sudah lama kita gunakan dalam bentuk itu dapat
dikatakan kata bentukan rakyat sehingga f diubah menjadi p. Tetapi,
pada kata atau istilah yang baru saja kita buat, f atau v tetap dan tidak
lagi kita ganti degan p. Perhatikan kata provos yang tidak dijadikan
propos. Lihat juga contoh yang lalu : fanatic, factor, fosil, bukan pan-
atik, paktor, posil.

oo (Inggris) menjadi u

cartoon kartun

proof pruf

pool pul

oo (vocal ganda) tetap oo

zoology zoologi

coordination koordinasi

Catatan:

Vokal ganda oo di sini tidak diucapkan seperti vocal panjang, tetapi


diucapkan seperti dua buah vocal /o/; misalnya, ko-ordinasi.

ou jika lafalnya (au), menjadi au


bout baut

ou jika lafalnya (u), menjadi u

gouverneur gubernur

coupon kupon

ph menjadi f

phase fase

physiology fisiologi

ps tetap ps

pseudo pseudo

psychiatry psikiatri

q menjadi k

aquarium akuarium

frequency frekuensi

Masing-masing tetap ditulis dengan u (bukan w) agar dekat kepada


ejaan bahasa asalnya.

sch di depan vocal menjadi sk

schema skema
schizophrenia skizofrenia

scholasticism skolastisisme

t di depan i, jika lafalnya (s), menjadi s

ratio rasio

actie, action aksi

patient pasien

th menjadi t

theocracy teokras

method, methode metode

u tetap u

unit unit

nucleolus nukleolus

ue tetap ue

conduit konduite

duit duit

ou tetap ou

quorum kuorum
quota kuota

v tetap v

vitamin vitamin

television televise

cavalry kavaleri

x, pada awal kata, tetap x

xanthate xantat

xenon xenon

xylophone xilofon

x, pada posisi lain, menjadi ks

executive eksekutif

taxi taksi

extra ekstra

exceptie eksepsi
z, tetap z

zenith zenith

zodiac zodiac

zaman zaman

Huruf konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau ben-


tuk itu dapat membingungkan.

gabbro gabro

accu aki

effect efek

commission komisi

Catatan:

1. Unsur-unsur yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan


lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah ejaannya.

Misalnya ; kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir.

2. Sekalipun dalam ejaan ini huruf c dan x d i t e r i m a sebagai ba-


gian abjad Indonesia, unsure yang mengandung kedua huruf itu
diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf
itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam
pembedaan nama dan istilah khusus.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di


atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap se-
bagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, imple-
mentasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar,
implemen, dan objek.

-aat menjadi –at

advokaat advokat

traktaat traktat

-age menjadi –ase

percentage persentase

etalage etalase

-ary, -air menjadi –er

complementary, komplementer

compementair

primary, primair primer


secondary, secundair sekunder

-ant menjadi –an

accountant akuntan

informant informan

-archy , -archie menjadi arki

Anarchy, anarchie anarki

Oligarchy, oligarchie oligarki

-al, -eel, -all menjadi –al

Struktural, structureel struktural

Formal, formeel formal

Ideal, ideal ideal

Normal, normal normal

-ein tetap –ein

cystein sistein

protein protein

-or, -eur menjadi -ur

director, directeur direktur


Inspector, inspekteur inspektur

-or tetap -or

Dictator d

-ive, ief menjadi -if

descriptive, descriptief deskriptif

demonstrative, demonstratief demonstrative

-ic, ics, ique, iek, ica (nominal) menjadi –ik, -ika

phonetics, phonetiek fonetik

physics, physica fisika

-ile, -ilel menjadi il

Percentile, percentile persentil

Mobile, mobile mobil

-ic (adjektif), -isch menjadi –ik

Electronic, electronisch elektronik

Mechanic, mechanisch mekanik

Ballistic, balistisch balistik


-ical, -isch menjadi is

Economical, economisch ekonomis

Practical, practisch praktis

Logical, logish logis

-ism, -isme menjadi -isme

modernism, modernisme modernism

communism, communism komunisme

imperialism, imperialism imperialism

-ist menjadi –is

publicist publisis

egoist egois

terrorist teroris

-logy, -logie menjadi –logi

technology, technologie teknologi

physiology, physiologie fisiologi

analogy, analogie analogi

-logue menjadi log


catalogue catalog

dialogue dialog

-loog (Belanda)

. Tanda Baca

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.

Misalnya : Kami bersaudara lima.

Suruhlah ia berangkat sekarang juga.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang atau unsurn-
ya.

Misalnya: St. Muh. Zain

Sukanto S.A.

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan gelar,
jabatan, pangkat, dan sapaan.

Misalnya: Bc.Hk. Bakalaureat Hukum

Dr. Doktor

dr. dokter
Ir. Insinyur

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang


sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Misalnya : a.n. atas nama

u.b. untuk beliau

u.p. untuk perhatian

y.l. yang lalu

dll. dan lain-lain

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu


bagan, ikhtisar, atau daftar. (Lihat juga pemakaian tanda kurung
dalam bab V ini, pasal J, ayat 3)

Misalnya : III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal pembangunan Masyara-


kat Desa

B. Direktorat Jenderal Agraria


C. …………..

Penyiapan Naskah : 1. Patokan Umum

1.1. Isi Karangan

1.2. Ilustrasi

1.2.1. Gambar Tangan

1.2.2. Tabel

1.2.3. Grafik

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.

Misalnya; Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 meni, 20 detik)

20.30 menit (20 menit, 30 detik)

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan,


dan seterusnya yang tiak menunjukkan jumlah.

Misalnya : ABRI Angkatan Bersenjata Republik In-


donesia
DPR Dewan perwakilan Rakyat

PT Perseroan Terbatas

WHO Word Health organization

9. Tanda titik dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,


takaran, timbagan, dan mata uang.

Misalnya:

cm sentimeter

l liter

kg kilogram

Rp rupia

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya: Gunung Galunggung Meletus Lagi

Perbandingan Jumlah Murid Laki-laki dan per-


empuan

Kisah antara Manusia


12. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan alamat
surat, atau nama dan alamat penerima surat.

Misalnya:

Yth. Prof.Dr. Amin Yusar


Jalan P.Senopati 24
Yogyakarta-
Redaksi Majalah Intisari
Jalan Palmerah Selatan 26-28
Jakarta
Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam pemerincian


atau pembilangan.

Misalnya : Di dalam ruangan itu ada meja, kursi, lemari, dan


rak buku.

Satu, dua, …tiga !

Pada contoh di atas Anda lihat bahwa tanda koma


digunakan sebelum kata dan. Tanda koma di depan kata dan tid-
ak digunakan bila kata dan itu berfungsi mengumpulkan dua ben-
da, hal, kerja dsb.
Misalnya : Anas melompat dan berteriak gembira

Andi suka membaca buku dan majalah,


mengumpulkan perangka dan kotak korek api,
serta berkemah dengan kawan-kawannya.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu


dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata (akan)
tetapi, melainkan, sedangkan.

Misalnya : Orang itu kaya, tetapi tak pernah ia bersedekah.

Wanita itu bukan istri saya, melainkan istri kakak saya.

Ia bermalas-malas saja, sedangkan orang tuanya ber-


payah-payah mencari uang untuk keperluan
sekolahnya.

3.a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari in-
duknya apabila anak kalimat tersebut mendahului induk ka-
limatnya.

Misalnya : Untuk biaya hidupnya dirantau, orangtunya mengi-


riminya lima puluh ribu rupiah sebulan.

Asal engkau belajar sungguh-sungguh, pasti engkau


akan berhasil dalam ujian itu.
3.b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengikuti induk ka-
limatnya.

Misalnya : Orang tuanya mengiriminya lima puluh ribu rupiah


sebulan untuk biaya hidupnya di rantau.

Engkau pasti akan berhasil dalam ujian itu asal


engkau belajar sungguh-sungguh.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung


antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di da-
lamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun demikian, akan
tetapi.

Misalnya : ……… Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang
haruslah engkau selalu berhati-hati dalam sebarang
pekerjaanmu.

…… jadi, persoalan itu haruslah dirundingkan dengan


ibu bapaknya dahulu sebelum engkau mengambil
keputusan.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,


kasihan, yang terdapat pada awal atau tengah kalimat.

Misalnya: O, itukah yang kau maksud?


Wah, keterampilannya bermain bola sangat men-
gagumkan.

Hati-hati, ya, nanti engkau jatuh!

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari ba-


gian lain dalam kalimat. (lihat juga pemakaian tanda petik pada
bab ini,m pasal L dan M)

Misalnya : kata ibu, “Besok engkau harus bangun pagi-pagi.”

“ Besok engkau harus bangun pagi-pagi,” kata Ibu,-


“karena kita akan berangkat sebelum matahari terbit.”

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat wila-
yah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya : Surat ini hendaklah dialamatkan kepada Sdr. Husni.

Amelz, jalan Buah Batu 102, Bandung

Ambarawa, 15 Agustus 1982

Manila, Filipina

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya : Tambajong, Japi. Dasar-dasar Dramaturgi.


Pustaka Prima, 1981

9. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit,


dan tahun terbit.

Misalnya ; Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara Membina


Bahasa persatuan Kita? Djakarta, Eresco, 1968.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.

Misalnya : Sri Sumantri,S.H.

Ny. Siti Rusiah,M.A.

11. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara


rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya : 254,55 kg

Rp 254,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan ter-


masuk keterangan aposisi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah da-
lam bab ini, pasal F)

Misalnya : Hari Syukran, Direktur PT Anugerah, seorang


yang terkemuka di kampung itu.

Saya, jika diperlakukan seperti, akan melawan.


13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut
berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru.

Misalnya : “ Di mana buku itu kaubeli?’ tanda Pak Guru.

“Jangan berdiri saja !” hardiknya.

Tanda Titil Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat


yang sejenis dan setara.

Misalnya : Dalam kecelakaan itu, selain kakinya patah, ia juga


mengalami gegar otak; kakaknya hanya menderita
luka-luka ringan.

2. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di


dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghub-
ung.

Misalnya : Ayah mendengarkan warta berita; Ibu mendengarkannya


juga sambil merajut kaus kaki; Adik sedang belajar di
kamarnya; saya sendiri bercakap-cakap dengan Adri.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Yang sudah dipesan untuk keperluan kantor kami ialah
barang yang berikut: lemari, meja tulis, dan kursi.

Yang diharapkan orang tuamu saat ini tiga hal : per-


tama, kamu hendaknya belajar dengan rajin; kedua,
kamu lulus dalam ujian akhir, dan ketiga, kamu dapat
memperoleh pekerjaan yang dapat menunjang hidupmu
sendiri.

2. Tanda titik dua tidak dipakai bila rangkaian atau pemerian itu meru-
pakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya : Kantor yang baru itu memerlukan lemari, meja dan kursi.

Yang diharapkan orang tuamu daripadamu ialah agar


kami belajar rajin, lulus ujian akhir, kemudian bekerja
untuk menghidupi dirimu sendiri.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memer-
lukan pemerian.

Misalnya: a. Ketua : Ali Syaukani

Sekretaris : Syukri Gazali

Bendahara : Ida Sigar

b. Hari dan Tanggal : Senin, 13 September 1982

Waktu : Pukul 14.00-18.30


Tempat : Pusdiklatpos, Ruang 17

Jalan R.E. Martadinata 38 Ban-


dung

4. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menun-
jukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya : Suami : Kau menyesal sekaran karena memilih akau


sebagai suamimu, ya.

Istri : Tak ada yang perlu disesalkan karena semua


sudah terjadi.

Suami : Kau menyesal karena Amir yang pernah di-


jodohkan orang tuamu dengan kau itu sekarang
orang yang berkedudukan tinggi, bukan ?

5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nonor dan halaman, (ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul
dan anak judul suatu karangan.

Misalnya : ( i ) Tempo, 1 (1971), 34 : 7

(ii) Surah Al-Baqarah : 29

(iii) Karangan St. Takdir Alisjahbana, Grotta Azzura :


Kisah Cinta dan Cita, terbit tahun 1970.
Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah


oleh penggantian baris.

Misalnya :
….masuk dari pin-
tu samping

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pada pangkal baris.

Pemenggalan yang salah yang benar

Dari dalam rumah i- Dari dalam rumah


tu terdengar …… itu terdengar ………

Dia tidak mengetahu- Dia tidak mengetahui


i kesulitan saya….. kesuliatan saya ….

Catatan :

Seperti tampak pada contoh yang salah di atas, akhiran –i tid-


ak dipenggal karena akan terdapat huruf pada pangkal baris,
sedangkan huruf I itu dapat menduduki tempat tanda hubung
yang mendahuluinya.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di


belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
penggantian baris.
Misalnya :
….. sebelum kita
mendapat kesem-
patan.

….. sebelum kita me-


nukar uang itu.

Mempebesar harap-

an.
3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.

Misalnya : besar-besar

Bermain-main

Sedapat-dapatnya

Turun-temurun.

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat


atau notula dan tidak dipakai padateks karangan.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan


bagian-bagian tanggal.

Misalnya : s-e-y-o-g-i-a-n-y-a

19-9-1982

5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-


bagian kata atau ungkapan.

Bandingkan : ber-evolusi dengan ber-revolusi

Ber-uang dengan be-ruang

Dua puluh lima-ribuan (20x5000) dengan dua-


puluh-lima ribuan (25x1000) atau (1x25000)

Istri perwira-yang –ramah dengan istri-perwira


yang ramah
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan
angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf capital
dengan imbuhan atau kata.

Misalnya : (a) se-Indonesia


se-Jawa Barat
(b) abad ke-20
Perang Dunia ke-2

(c) tahun ’80-an

Angkatan ’50-an

(d) di-PN-kan

Ke-ABRI-an

Sinar-X

Bom-H

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia


dengan unsure asing.

Misalnya : di-reshulffle

Men-tackle

Tanda Pisah (-)


1. Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi peny-
isipan kata atau kalimat yang member penjelasan khusus di luar
bangun kalimat.

Misalnya : kalau saya yang diminta menyelesaikan sengketa itu,


memang, saya baru mendapat keterangan tentang
pertikaian itu kemarin. –kedua belah pihak saya ajak
berunding dulu sebelum mereka berhadap-hadapan lagi.

2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain


sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya : Umar Husni – Direktur PT Arjuna yang mengekspor hasil


hutan dari Kalimantan – adalah seorang pengusaha
terkenal di Jakarta.

Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan


kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi
kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau
‘sampai’.

Misalnya : 1945-1983

Tanggal 15 – 31 januari 1983

Bandung – Jakarta
Tanda Tanya (?)

1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.

Misalnya : Berapa uang simpananmu?

Apa salahku, Bu?

2. Tanda Tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagi-


an kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Misalnya : Katanya perempuan itu istrinya (?)

Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa


seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

Misalnya : Alangkah memalukan perbuatannya itu !

Aku tak suka melihat mukamu lagi di sini. Pergi!

Masakan! Sampai hati ia meninggalkan anak istrinya!

Merdeka!

.
Misalnya : Air terjun Niagara (di perbatasan New York dan Ontario)
merupakan objek pariwisata yang penting di Amerika
Serikat. Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran luar negeri.

3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
karangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurng tutup sa-
ja.

Misalnya : Keberhasilan pengajaran bergantung kepada beberapa


faktor :

1) murid;

2) guru;

3) metode pengajaran;

atau : a) murid;

b) guru;

c) metode pengajaran;

Tanda Kurung Siku ( ...)

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang
terdapat di dalam naskah asal
Misalnya : Sang Sapurba men d  engar bunyi gemersik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung.

Misalnya : (perbedaan antara dua macam proses ini lihatBabI 


tidak dibicarakan).

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembic-


araan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

Misalnya : “Pergilah sekarang,” kata Ibu.

“Saya belum siap,”seru Mira,”tunggu sebentar!”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai
dalam kalimat.

Misalnya : “Penjual Es Lilin” karya Hamka dan sajak “Senyum Hatimu


Senyum” gubahan Amir Hamzah dapat kita temukan da-
lam bunga rampai Sari Pustaka Indonesia.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya : Pekerjaan itu dilaksanakannya dengan cara “coba dan


ralat” saja.
Celana “jengki” sudah tidak popular lagi dewasa ini.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengaakhiri petikan


langsung.

Misalnya : Kata Pak Guru, “Besok kita berangkat pukul tujuh.”

Ali bertanya, “ Di mana kaubeli buku ini ?”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di


belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipa-
kai dengan arti khusus.

Misalnya : Petinju Muhammad Ali sering dijuluki “si Mulut Besar”.

Karena tubuhnya yang tinggi itu, ia dipanggil “kak


Jangkung” oleh anak-anak asuhannya.

Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan


lain.

Misalnya : katanya “Aku baru saja duduk ketika kudengar suaru dari
kamar sebelah’O, Tuhan…’ ! Rupanya penyakit ibu
kambuh lagi.”

2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata tau


ungkatan asing.

Misalnya : rate of inflation ‘laju inflasi’

Anda mungkin juga menyukai