Anda di halaman 1dari 11

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam.

Yang telah memberi kami kesempatan dan


kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam,
berserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari
kemudian.
Makalah atau buku ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami
mengenai Ilmu Akhlak. Saya berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi
banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan kami menyadari didalam penyusunan ini mungkin masih belum sempurna dan
terdapat kesalahan dalam penyusunannya, kami mohon untuk bimbingan dan kritik serta
saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini merupakan usaha
yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.

DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Dartar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
1.4 Pembatasan Masalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat ................................................................................. 2
2.2 Objek Filsafat ........................................................................................ 4
2.2.1 Obyek Material .......................................................................... 5
2.2.2 Obyek Formal ............................................................................ 5
2.3 Metode Filsafat ..................................................................................... 7
2.4 Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat .................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula
merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita manusia. Akal yang
diberikan oleh-nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh
kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapar
membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan
yang lebih layak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Filsafat?
2. Apakah Objek Filsafat?
3. Apakah Metode Filsafat?
4. Apakah Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum
2. Mempelajari dan Mengetahui apa itu Filsafat
3. Menambah pengetahuan baru tentang Filsafat
4. Mengetahui apa objek, tujuan, dan manfaat dari Filsafat
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam hal ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi objek filsafat. Kami akan
memfokuskan pembahasan tentang pengertian filsafat, objek material dan formal filsafat, dan
metode filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Secara Etimologis, filsafat merupakan terjemahan dari Philolophy (Bahasa Inggris)
atau Philosophia dari bahasa Yunani. Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu Philo dan
Shopia. Philo yang berarti suka atau cinta, dan Shopia berarti kebijaksanaan. Jadi,
Philoshopia berarti suka atau cinta pada kebijaksanaan.[1]
Apabila diperhatikan bahwa nama Filosof (philosophos) pertama kali dalam sejarah
dipergunakan oleh Pythagoras (570-500 SM). Menurutnya, Filosof adalah seorang yang ingin
untuk mengetahui segala sesuatu menurut keadaan yang sebenarnya, keinginan tersebut
semata-mata untuk mengetahui dan juga mengatakan bahwa dalam masa Socrates dan Plato
(abad ke-5 SM), nama filsafat dan filosuf sudah lazim dipakai untuk dalam dialog plato yang
berjudul Phaidros.
Mengenai Pengertian (Definisi) filsafat tersebut, perlu dipahami bahwa filsafat
memandang alam ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dipecah-pecah, sehingga ia
membahasnya secara keseluruhan, antara yang satu sama lainnya sehingga berkaitan.[2]
Pertama, menurut Plato. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli.
Kedua, menurut Aristoteles “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika”.
Ketiga, menurut golongan Stoa “filsafat ialah usaha untuk mencari kesempurnaan
yang bersifat teori dan amalan dalam bidang logika, fisika, dan etika.
Keempat, menurut al-Farabi filasafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
sebagaimana hakikat yang sebenarnya.
Kelima, menurut Descartes filsafat merupakan sekumpulan segala pengetahuan
dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Banyak yang berkesimpulan tentang filsafat, seperti yang dikemukakan oleh oleh DR.
Yahya Huaidi, dosen filsafat pada Universitas Cairo bahwa “filsafat itu tidak lebih dari suatu
pemikiran, dimana orang harus berpandangan biasa dan tidak terikat pada lapangan
penyelidikan tertentu, seperti halnya para ilmuan dan bukan pula bertolak dari suatu paham
yang sudah diterima kebenarannya lebih dahulu, seperti sikaf orang agama.
Selanjutnya, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengemukakan bahwa
berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu
yang dimasalahkan, dengan berfikir secara radikal, sistematis dan universal (Sidi
Gazalba:40).
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat
sebagai :[3]
a) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan
hukumnya.
b) Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c) Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Propessional (2001),
menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut :[4]

1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.


2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga dimensi yaitu :


a) Logika ; apa yang dimaksud benar dan apa yang dimaksud salah.
b) Etika ; mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.
c) Estetika ; apa yang termasuk jelek dan apa yang termasuk indah.
Ketiga cabang utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:
a) Metafisika ; teori tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat serta
pemikiran serta kaitan antara zat dan pikiran).
b) Politik ; kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Akhirnya berkembang lagi menjadi banyak cabang yang meliputi:
a) Epistimologi (filsafat pengetahuan) f) Filsafat matematika
b) Etika (filsafat moral) g) Filsafat sejarah
c) Estetika (filsafat seni) h) Filsafat hukum
d) Metafisika i) Filsafat pendidikan
e) Politik (filsafat pemerintahan) j) Filsafat agama

2.2 Objek Filsafat


Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan sebagainya. Apabila
diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat dikatagorikan kepada dua:

1. Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian
keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar umum.[5]

2. Objek formal

Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya (Poedjawijatna, 1994:
8).[6] Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga
menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.[7] Objek formal ini dapat dipahami melalui dua
kegiatan:
a. Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia dengan usaha
untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya sampai ke
akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan dalam wujud
ilmu atau ideologi.
Mengenai objek forma ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika, yaitu
hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan substansi alam, yaitu sebab
utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari bahasa yunani, yaitu metha artinya di
belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian
methafisika adalah pemikiran yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh
panca indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.[8]
Bagi plato(+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-
asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi Aritoteles(+ 384-322
SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku
ada”(being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya”(being as such). Dari dua
pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat.
Karena fisafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya
sendirinya, maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin
ada atau seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik
atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau bagian-
bagian.[9]
Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat. Perbedaanya terletak pada
materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut:[10]
1. Bersifat Umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek
khusus dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar.
2. Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
ilmiah adalah pengetahuan yang menyangkut fakta.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (Values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian
dengan penilaian baik nilai moral-etika, estetika, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian
ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada suatu hal.
4. Bersifat kritis, filsafat merupakan analisi secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti
yang biasanya diterima begitu saja.
5. Oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
6. Bersifat sinoptis, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
7. Bersifat implikatif, artinyakalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
2.3 Metode Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari kenyataan.
Untuk mendapatkan hal tersebut, filsafat memiliki beberapa metode penalaran.

1. Deduksi[11]

Secara sederhana, metode ini dapat dikatakan satu metode penalaran yang bergerak dari
sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Contohnya:
Semua manusia akan mati
Presiden adalah manusia
Presiden akan mati

2. Induksi

Dikatakan satu metode penalaran yang bergerak dari sesuatu yang bersifat khusus ke umum.
Ryan adalah seorang mahasiswa Aqidah Filsafat
Ryan adalah manusia
Semua mahasiswa Aqidah Filsafat adalah manusia

3. Dialektika

Secara umum, metode ini dapat dipahami sebagai cara berfikir yang dalam usahanya
memperoleh kesimpulan berstandar pada tiga hal, yakni: tesis, antitesis dan sintesis yang
merupakan gabungan dari tesis dan antitesis. Contoh sederhana untuk metode penalaran ini
adalah keluarga. Dalam satu keluarga biasanya terdapat ayah, ibu, dan anak. Jika ayah adalah
tesis, maka ibu adalah antitesis lantas anak merupakan sintesis karena keberadaanya
ditentukan ayah dan ibu.
2.4 Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh
kenyataan, upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia.[12]
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Artinya bahwa filsafat mendobrak
keterjungkungan pikiran manusia. Dengan memahami, dan mempelajari filsafat manusia
dapat menghancurkan kebekuan, kabakuan, bahkan keterkungkungan pikirannya dengan
kembali mempertanyakan segala. Pendobrakan ini bisa membuat manusia terbebas dari
kebekuan, dan keterkungkungan.
Jadi, bagi manusia filsafat berperan sebagai pembebas pikiran manusia. Pembebasan
ini membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam, lebih kritis terhadap
segala hal sehingga manusia bisa mendapatkan kejelasan dan keterangan atas seluruh
kenyataan.
Jadi peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia adalah sebagai pembimbing.
Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga berperan bagi ilmu pengetahuan umumnya.
Menurut Descartes, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal
penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
Filsafat sebagai penghimpun ilmu pengetahuan. Memahami peranannya sebagai
penghimpun, maka filsafat dapat dikatakan merupakan induk segala ilmu pengetahuan atau
mater scientiarum. Bagi Bacon, filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Ia menangani
semua pengetahuan, selain sebagai induk yang menghimpun semua pengetahuan, bagi ilmu
pengetahuan filsafat juga mempunyai peranan lain, yakni sebagai pembantu ilmu
pengetahuan.
Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato, filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Jadi, secara umum,
tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak sepetri agama yang menyandarkan diri dan
mengajarkan kepatuhan, filsafat menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir
kritis.
Secara konkret manfaat mempelajari filsafat adalah:[13]

a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan


pikiran lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian
kita.
b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
c. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari
akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan si aku).
d. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya
ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan
setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat
sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
e. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita
sendiri(terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat yaitu cinta atau suka kepada suatu kebijaksanaan atau kebajikan. Filosof atau
orang yang berfilsafat adalah orang yang suka akan kebijaksanaan dan senantiasa akan
berusaha untuk berbuat bijaksana. Filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti:
mendobrak keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai
pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan.
Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa manusia
kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.

3.2 Saran
Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri, ada baiknya kita
mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari ilmu filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Zulhelmi.2004.Filsafat Ilmu.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
Martini,Eka.2012.Filsafat Umum.Palembang:Noer Fikri Offset
www.saifudin9.blogspot.com/2009/05/artikel-filsafat-islam-pengetahuan
Ihsan,Fuad.2010.Filsafat Ilmu.Jakarta:PT. Rineka Cipta
Pengertian Filsafat, Ciri-ciri Filsafat dan Metedeologi Filsafat - Dengan berkembangnya
zaman semakin banyak para ilmuwan yang berfikir dari tentang kehidupan manusia sampai
bagaimana manusia itu hidup, bukan hanya mengenai tentang manusia saja tetapi tentang
kehidupan didunia. Sehingga para ilmuwan berfikir dan berpendapat tentang teori-teori yang
bisa diterima oleh massa, sehingga menjadi sebuah fakta dan kebenaran yang bisa diterima
dan dilakukan menjadi sebuah filsafat. Dengan mempelajari filsafat secara keseluruhan kita
akan dapat mengetahui berbagai macam macam ilmu serta sejarah sejarah tentang kehidupan
maupun awal mula terbentuknya bumi maupun bahasan lainnya tentang filsafat.

Karena filsafat dapat membawa kita pada pemahaman dan juga tindakan.filsafat
mengumpulkan pengetahuan manusia dengan sebanyak mungkin dan dari berbagai anggapan
serta metologi maupun metologi para filsuf-filsuf. Filsafat dapat membawa kita kepada
pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Filsafat
merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu
masalah, dan dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan
yang menjadi dasar suatu tindakan. Dan hendaknya ingat bahwa kegiatan yang namakan
kegiatan kefilsafatan itu sesungguhnya merupakan suatu perenungan atau pemikiran.

Seorang filsuf dianggap sebagai orang yang memandang segala sesuatu dari sudut keabdian
dan karenanya menemukan ketiadaan sifat pentingnya segala sesuatu atau dianggap sebagai
orang yang memandang manusia sebagai sesuatu yang tidak berarti dan karenanya bersikap
acuh tak acuh terhadap segala hal.filsafat menegaskan bahwa pengetahuan yang mendalam
dalam arti sebenarnya diperoleh melalui perasaan. Banyak filsuf memberikan suatu tekanan
pada ketidaan sifat pentingnya manusia, tetapi para silfus yang lain menegaskan tentang
keunggulan manusia dan bersumber dari berbagai metodologi ilmu fiksafat itu tersendiri.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat ?


2. Apa ciri-ciri filsafat ?
3. Bagaimana metodologi filsafat ?

Bertujuan agar supaya dapat memberikan wawasan serta pengetahuan luas bagi para pembaca
artikel tentang filsafat ini. Dengan bantuan rekan-rekan serta kakak-kakak panitia dengan
disertakan dalam referensi buku buku serta tulisan tulisan pengarang terkemuka dalam bidang
filsafat umum sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Mempelajari filsafat dapat meberikan sumbangan iilmu pengetahuan bagi pembaca yang
ingin berminat dalam pengetahuan filsafat yang luas terutama dalam bidang filsafat umum.
Sehingga para pembaca mengetahui tentang apa itu filsafat, ciri-ciri filsafat serta manfaat
filsafat dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian filsafat.

Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berfikir yang sistematis, artinya
perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang
berlaku sehingga tahapan tahapannya mudah diikuti.[1]

Secara bahasa filsafat terbagi menjadi dua, etimologis dan terminologis. Secara etimologis,
filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa
inggris, yaitu “philosophy” sedangkan dalam bahasa yunani “philein” atau “philos” dan
“sofein” atau “sophi”. Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab,
yaitu “falsafah” yang artinya hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari
bahasa yunani “philos” artinya cinta, sedangkan “sophia”artinya kebijaksanaan. Oleh karena
itu, filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa arab diistilahkan
dengan al-hikmah. Sedangkan secara terminologis filsafat mempunyai arti yang bervariasi.
Juhaya S. Pradja mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang menjunjung tinggi.

Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat. Filsafat memakai teknik
analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga kita memikirkan dan
merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajari kedalam refleksi
pemikiran yang mendalam dan penuh dengan hikmah.[2]

Ciri- Ciri Filsafat

Pemikiran kefilsafatan menurut Suyadi M.P. mempunyai karakteristik sendiri, yaitu


menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Hal ini sama dengan pendapat Sri Suprapto
Wirodiningrat menyebutkan juga pikiran kefilsafatan mempunyai tiga ciri, yaitu menyeluruh,
mendasar, dan spekulatif. Lain halnya Sunoto, menyebutkan ciri-ciri dari berfilsafat, yaitu
deskriptif, kritis dan analitis, evaluatif atau normatif, spekulatif, dan sistematik.

1. Menyeluruh

Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu
sudut panddangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu
yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.

2. Mendasar

Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek
yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( kulitnya) saja, tetapi sampai tembus kedalamnya.

3. Spekulatif

Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil
pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang
baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena
tidak pernah mencapai penyelesaian. ( Sri Suprapto Wirodiningarat, 1981, hlm. 113-114).[3]

Metodologi Filsafat

Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu metode filsafat hampir sama
dengan definisi dari para ahli dan filsuf tersendiri. karena metode ini adalah suatu alat
pendekatan untuk mencapai suatu hakikat sesuai dengan pandangan filsuf itu sendiri.
Sepanjang sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda dengan
cukup jelas. Metode filsafat dapat disusun menurut garis historis, sedikitnya da 10 metode
yaitu sebagai berikiut :
1. Metode Krirts : Socrate, Plato

Bersifat analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan
pertentangan.

2. Metode Intuitif: Plotinus, Bergson

Dengan jalan institutif sedang dengan pemakaian simbol simbol diusahakan pembersihan
intelektual atau bersama dengan penyucian mortal sehingga tercapainya suatu penerangan
pemikiran.

3. Metode Skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan

filsafat sintertis deduktuif. Dengan bertitik tolak dari definisi atau perinsip yang jelas dengan
sendirinya.

4. Metode Geometris : Rene Descartes Dan Pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana
dari hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5. Metode Empeirisis : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah yang menyajikan pengalaman benar maka semua pengertian dalam
instropekdisi bagikan dengan serapan-serapan kemudian disusun bersamaan secara
geometris.

6. Metode Transendental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik

Bertitik tolak dari tempatnya pengertian edwngan jalan analisisnya syarat syarat bagi
pengertian sedemikian.

7. Metode Fenomologis : Husser, Eksistensialisme

Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis ( reduction ) revleksi atas fenomin dalam
kesadara mencapai penglihatan hakikat hakikat murni.

8. Metode Dialegtis : Hegel, Marx

Dengan jalan mengikuti dimanis pemikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, anti tesis
sintesis dicapai hakiakat kenyataan.

9. Metode Neo Positive

Kenyataan di pahami menurut kenyataannya dengan jalan mepergunakan aturan aturan


seperti ilmu pengetahuan posistif.

10. Metode Analitika Bahasa : Wittgension


Dengan jalan analisis pemakainan bahasa sehari-sehari di tentukan sah atau tidaknya ucapan
ucapan filosofis.[4]

Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya ilmu filsafat
ataupun metodologi filsafat adalah merupakan ilmu yang sangat penting untuk mempeajari
segala ilmu ilmu dunia yang terdapat dari berbagai metodologi yang telah terbahas di atas
sebelumnya.

Mungkin sekiranya pembuatan artikel Pengertian Filsafat, Ciri-ciri Filsafat dan


Metedeologi Filsafat banyak menuai kekeliruan atau pun yang lainnya sekiranya sisihkan
saran untuk dalam pembuatan makalah ini sehingga menjadi benar pada masa yang akan
mendatang.

Daftar ustaka

 Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.


 Rasjidi, Lilik & Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum; Bandung,
2004.
 Surajiyo, Ilmu Filsafat; Jakarta: Bumi Aksara, 2004
 Hakim, Atang, Abdul, & Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum;Bandung: Pustaka
Setia, 2008.
 Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani; Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (
UI-Press), 1986.

1. Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung:Pustaka
Setia 2008) hlm.15.
2. Ibid., hlm 14.
3. Surajiyo,Ilmu Filsafat, (Jakarta:Pustaka Bumi Aksara ) hlm.13.
4. Surajiyo,Ilmu Filsafat, (Jakarta:Pustaka Bumi Aksara ) hlm.8.

Anda mungkin juga menyukai