BAB I
PENDAHULUAN
Angina pektoris berasal dari bahasa Yunani yang berarti “cekikan di dada” yaitu gangguan yang
sering terjadi karena atherosclerotic heart disease. Terjadinya serangan angina menunjukkan adanya
iskemia. Iskemia yang terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan dan tidak menyebabkan
kerusakan permanen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang mengancam kehidupan
dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang menjadi infark miokard.
( Keperawatan Kardiovaskular, 2010 )
1.2 Tujuan
a. Menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit Angina Pektoris
1.3 Manfaat
a. Untuk menggugah minat dan motivasi mahasiswa untuk memperluas pengetahuan mahasiswa
mengenai penyakit Angina Pektoris
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
§ Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskemik miokard dan bersifat
sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)
§ Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah
Noer, 1996)
§ Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak
nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
2.2 Etiologi
Penyebab paling umum Coronary Artery Disease (CAD) adalah Aterosklerosis. Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima
arteri. Suatu plaque (plak) fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi
ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial
maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit
kalsium, disertai oleh pembentukan trombus. Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan
aliran darah kepada jaringan sekitarnya.
Penyebab lain dari CAD adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh darah
terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri
koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard.
Penyebab lain di luar aterosklerosis yang dapat mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah
koroner dapat berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, anemia,
hipovolemik, polisitemia, dan masalah-masalah atas gangguan katup jantung. (Keperawatan
Kardiovaskular, 2010)
2.3 Faktor-Faktor Resiko
2. Hiperkolesterolemi
Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk salah satu faktor resiko
utama CAD. Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding
pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini
disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi
lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya
memberi O2 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 akan menyebabkan jantung menjadi
lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh ke dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah keturunan, umur, jenis kelamin, stress,
alkohol dan exercise.
Diet merupakan salah satu usaha yang paling baik dalam menanggulangi hiperkolesterolemi dimana
pada prinsipnya adalah mengatur agar susunan makanan sehari-hari rendah lemak dan kolesterol. Di
samping itu juga menyesuaikan perbandingan jumlah kalori yang berasal dari lemak, protein dan
karbohidrat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan
menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO2 atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan
tahikardi, vasokontriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Disamping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL
kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar
dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV hiperlipidemi dan
hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi,
sehingga orang yang perokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yang
bukan perokok.
4. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan >21% pada perempuan.
Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan hipertrigliserdemi. Obesitas
juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Resiko CAD akan jelas
meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal.
5. Diabetes
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah.
Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang
normal, sedangkan perampuan risiko 2x lipatnya. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi
peningkatan tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM
yang disertai obesitas dan hipertensi. Mungkin juga banyak faktor lain yang mempengaruhinya.
6. Exercise
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga
risiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat :
· Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
· Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama dengan menurunnya
LDL kolesterol
· Menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar gula darah pada penderita DM
· Menurunkan TD
· Meningkatkan kesegaran jasmani
7. Stress
Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang yang stress 1,5x lebih besar
mendapatkan risiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan TD juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah.
2. Jenis Kelamin
Di USA gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17
perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada perempuan.
Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkat kadar
kolesterolnya. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah
kehamilan.
3. Ras
Perbedaan risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan
faktor geografis, sosial dan ekonomi. Di USA perbedaan antara ras Caucasia dengan non Caucasia
(tidak termasuk Negro) didapatkan risiko PJK non Caucasia separuhnya.
4. Herediter
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagian kecil orang dengan
makanan sehari-harinya tinggi lemak dan kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah,
sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan
diet rendah lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian saja. Sebagian besar
manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol.
5. Kepribadian Tipe A
Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu tipe A umumnya berupaya
kuat umtuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisius, ingin cepat dapat menyelesaikan
pekerjaan dan tidak sabar. Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu. Risiko PJk pada tipe
A lebih besar daripada tipe B. Hubungan kebiasaan lainnya seperti kopi dan alkohol dengan risiko
PJK masih dipertanyakan. Beberapa peneliti menyimpulkan kopi akan meningkatkan kadar kolesterol
total dan trigliserid darah.
2.4 Pencetus
a) Emosi
Berbagai emosi akibat sesuatu yang meneggangkan akan meningkatkan adrenalin, adanya adrenalin
ini akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, vasokontriksi ini akan menyebabkan aliran O2
ke miokard berkurang sehingga terjadi pembentukan asam laktat oleh miokardium sehingga timbul
nyeri dada.
b) Stress
Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang yang stress 1,5x lebih besar
mendapatkan risiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan TD juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah.
a. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau
lengan kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya
perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
e. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.
1. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard.
1. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
2. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
3. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan.
6. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
1. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
2.7 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel
miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban
kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah
dan oksigen keotot jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya
produksi No (nitrat Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75
%. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH
miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
2.8 Komplikasi
5. Gangguan kontraktilitas
6. Abnormalitas sirkulasi
2.9 Penatalaksanaan
1) Menenangkan
Harus mengusahakan agar pasien menyadari bahwa ada kemungkinan hidup lama dan berguna.
Bahkan meskipun mengidap angina pektoris. Biasanya tidak baik menyarankan statistiktapi cerita
riwayat kasus orang-orang dapat sangat berharga.
2) Tindakan umum
Tidak ada bukti nyata pada manusia bahwa aterosklerosis koroner dapat diusahakan segresinya, tetapi
ekstrapdasinya dari eksperimen-eksperimen binatang membuat hal ini tampak ada kemungkinannya.
Terapi khusus bergantung pada eliminasi pertentangan antara kebutuhan O2. Otot jantung dan
kemampuan sirkulasi koroner untuk menutupi kebutuhan ini, kebanyakan dapat dibuat mengerti
konsep fundamental ini dapat dipakai dalam program aktivitas nasional.
Sejumlah penyakit tidak primer kardian, sifatnya dapat mengikat kebutuhan O2 dari atau penurunan
suplai O2 ke miokardium. Kondisi ini dapat mengaksorbasi angina pektoris dan harus diperhatikan.
5) Penyusunan program terapi obat
Nitrat-nitrat adalah obat yang paling berharga dalam angina pektoris, yang bergantung pada absorpsi
lewat membran-membran kulit yang lebih bagus dari pada ditelan.
6) Penentuan titik-titik akhir yang merupakan indikasi-indikasi untuk pertimbangan bedah bypass
koroner
Banyaknya prosedur bedah telah dilaksanakan untuk pengobatan penyakit ini, tetapi prosedur satu-
satunya yang saat ini ada anthuisme adalah aortocoronarybypass graft. Seksi dari vena dipakai untuk
membuat koneksi antara aorta dan arteri coronaria distal terhadap obstruksi.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan nyeri di dada anterior, prekordial, substernal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
punggung, dan epigastrium. Nyeri dada dapat disertai dengan gejala mual, muntah, diaforesis, dasn
sesak napas.
2. Gambaran nyeri dapat merupakan gejala yamg baru timbul atau sering hilang timbul.
3. Pekerjaan
4. Hobi
5. Kaji faktor resiko penyakit jantung
a. Riwayat penyakit klien
b. Riwayat kesehatan lain
6. Obat-obatan
7. Riwayat gangguan saluran pencernaan
8. Riwayat kesehatan keluarga
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
a. Normal saat klien istirahat
b. Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang T inversi selama serangan berlangsung atau timbul saat
tes treadmill
c. Disritmia bila ada harus dicatat
2. Laboratoriun darah
a. Complete Blood cells count : anemia dan hema tokrit menurun. Lekositosis mengindikasi adanya
penyakit infeksi yang menimbulkan kerusakan katup jantung dan menimbulkan keluhan angina.
b. Fraksi lemak : terutama kolesterol (LDL) dan trigliserida yang merupakan faktor risiko CAD.
c. Serum tiroid : menilai keadaan hipotiroid dan hipertiroid.
d. Cardiac isoenzym : normal (CPK- Creatinin Phospokinase). CK-MB – Creatinin Kinase-MB, SGOT –
Serum Glutamic Oxalaacetic Transaminase dan LDH – Lactate Dehydrogenase) dan troponin.
3. Radiologi
a. Thorax Rontgen : melihat gambaran kardiomegali seperti hipertrofi ventrikel atau CTR lebih dari 50
%.
b. Echocardiogram : melihat adanya penyimpangan pergerakkan katup dan dilatasi ruang jantung.
c. Scanning Jantung : melihat luas daerah iskemik pada miokard.
d. Ventrikulografi sinistra : menilai kemampuan kontraksi miokard dan pemompaan darah yang kecil
akibat kelainan katup atau septum jantung.
e. Kateterisasi jantung : melihat kepatenan arteri koroner, lokasi sumbatan yang tepat, dan memastikan
kekuatan miokard.
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila
bekerja.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
Tanda : takikardia, distritmia, tekanan darah normal, meningkat atau menurun, bunyi jantung mungkin
normal, S4 lambat atau murmur sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri.
3. Makanan/cairan
Gejala : mual,nyeri ulu hati/epigastrium saat makan, diet tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman
keras.
4. Integritas ego
Gejala : stressor kerja, keluarga, lain-lain.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada
kiri dari pada kanan)
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
Faktor pencetus: nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah, olahraga pada suhu
ekstrim, atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat.
Faktor penghilang: nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang tertentu (contoh : istirahat,obat
antiangina). Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya, karakter
atau dapat diperkirakan (contoh : tidak stabil, bervariasi, prinzmetal).
Tanda : wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot,
dan gelisah. Respon otomatis contoh takikardi, perubahan TD.
6. Pernafasan
Gejala : dispnea saat kerja, riwayat merokok.
7. Penyuluhan pembelajaran
Gejala : riwayat keuarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes.
Penggunaan/kesalahan penggunanan obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas. Penggunaan
akohol teratur, obat narkotik contoh kokain, amfetamin. DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,8
hari.
3. Intervensi
Dx I : Perubahan kenyamanan ( nyeri dada akut ) b.d iskemia miokard sekunder terhadap
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang dan iskemia tidak berkembang
KH : nyeri berkurang atau hilang, pola napas eupnea, mual dan muntah hilang, reaksi non-verbal
baik.
Intervensi Rasional
a) a) Kurangi atau batasi aktivitas fisik Pembatasan aktivitas fisik mengurangi
selama serangan konsumsi oksigen dan beban kerja jantung
KH : Klien mampu :
Diskusikan dengan klien dan keluarga Pengetahuan tentang proses penyakit dan
tentang pengertian yang mendasari proses pengaturan gaya hidup membantu
penyakit dan tujuan pengaturan gaya hidup. mencegah serangan ulang
Jelaskan tujuan pemberian obat, reaksi dan Pemahaman tentang terapi obat-obatan
efek samping, serta penggunaan obat membantu klien mentaati program terapi
profilaksis (harus dinilai dulu stres yang dan mencegah efek samping yang
dialami pasien sebelum pemberian terapi membahayakan
Diskusikan jenis makanan yang harus Pengetahuan tentang diet dan contoh menu
dibatasi dan berikan contoh menu yang membantu klien mengatur pola makan
sesuai dengan dietnya sehat
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Coronary Artery Disease adalah penyakit yang berkaitan dengan kerusakan pada arteri koroner
seperti angina pektoris dan infark miokard. Beberapa ahli juga menyebutnya dengan istilah Acute
Coronary Syndrome (ACS – sindrom koroner akut). Pengertian klinis Angina adalah keadaan iskemia
miokard karena kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard) yang disebabkan oleh
penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya
kemampuan darah mengikat oksigen.
Angina diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu : Angina stabil, Angina tidak stabil dan Angina variant.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit volume I. Jakarta :
EGC.
A. DEFENISI
Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteria
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal
aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pectoris dan angina
B. ANATOMI FISIOLOGI
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa, karena kaku dilihat dari bentuk dan susunannya
seperti otot serat lintang, tetapi cara kerjanya seperti otot polos.
1. Letak Jantung
Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah dada. Pda
tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra.
Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI
dextra. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa
2. Ukuran Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basic cordis, atrium kanan dan
kiri. Setiap harinya berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung
memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7571 liter darah.
3. Lapisan-Lapisan Jantung
a) Epicardium
Epicardium adalah lapisan paling luar dan terdapat pericardium yaitu lapisan
b) Miocardium
Lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung yang membentuk
bundalan otot:
Ø Bundalan otot artria
c) Endocardium
Endocardium merupakan lapisan terakhir paling dalam jantung yang terdiri dari
jaringan endotel.
a) Ventrikel kanan untuk menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
b) Ventrikel kiri untuk menerima darah dari atriu kiri dan dipompakan keseluruh
5. Katup-Katup Jantung
1) Katup Atrioventrikuler
2) Katup Seminular
3) Katup Pulmonal
4) Katup Aorta
C. INSIDEN
Mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes mellitus. Faktor ini
Diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolestrol, garam serta
Maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tidak diketahui
v Merokok
v Diabetes mellitus
E. MANIFESTASI KLINIS
jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif dan suplai darah yang
utama iskemia adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah nyeri dada yang
hilang timbul, tidak disertai kerusakan sel dinamakan infark miokardium. Bila
jantung yang adekuat. Manifestasi klien lain penyakit arteri koroner / iskemik
dapat berupa perubahan pola EKE, aneurisma ventrikel, distritmia dan
kematian mendadak.
F. PATOFISIOLOGI
G. KOMPLIKASI
v Syok kardiogenik
v Hipoknia berat
Pemeriksaan Diagnostik
1) Sel darah putih: Leukositosis ( 10.000-20.000 mm3) muncul hati kedua setelah
adanya inflamasi.
e) CardiacTropinind, positif.
4) Tes fungsi ginjal: Peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dan
5) Analisis gas darah (Blood Gas Analisis, BGA), menilai oksigenasi jaringan
arteriosklerosis.
jantung.
10) EKG
11) Radiologi
a) Thosax rontgen: menilai kardiomegali : (dilatasi skunder) karena gagal jantung
kongestif.
b) Echordiagram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katub jantung.
miokard.
Penatalaksanaan / Pengobatan
jantung dan untuk meningkatkan suplay oksigen. Secara medis tujuan itu
Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi badan, berat badan, letargi, warnah kulit, edema, dan temperature.
3. Jantung : bunyi jantung (BJ1, BJ2, BJ3, BJ4 / irama Gallops). Bising friotion rub
distritmia, lokasi aspek, tekanan darah, distensi vena jantung dan denyut nadi
perifer.
fingers.
5. Kulit pucat isianosis, dingin, lembab, berkeringat / diaporesisi.
a) Pengkajian Pasien
Aktivitas / istirahat
v Gejala
v Tanda
Sirkulasi
v Gejala
v Tanda
ü Edema.
Integritas ego
v Gejala
v Tanda
ü Ketakutan
Nutrisi
v Gejala
v Tanda
ü Hipotensi postural
ü Edema.
Pernafasan
v Gejala
ü Nafas pendek
v Tanda
ü Penurunan ekspansi
ü Dispnea.
ü Ansietas.
memburuknya kondisi).
v Fokus menyempit
v Kurang pemajanan.
ARTERI KORONER
B. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
Þ Anjurkan pasien untuk memberitahu
Þ Nyeri dan penurunan curah jantung
dengan cepat bila terjadi nyeri dapat merangsang system saraf
dada. simpatis untuk mengeluarkan sejumlah
besar norepineferin, yang meningkatkan
agregasi trambosit dan mengeluarkan
tromboxone.
INTERVENSI RASIONAL
Þ Tanda-tanda vital seperti frekuensi
Þ Aktivitas yang disertai tanda dan gejala
jantung dan TD. tersebut mengindikasikan tidak adekuatnya
sirkulasi koroner yang mengakibatkan
iskemik dan nyeri miokarditis.
Þ Evaluasi status mental, catat Þ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
terjadinya bingung, disoientasi, dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
catat warna kulit dan adanya berkaitan dengan vasokonstriksi / perubahan
kualitas nadi. curah jantung.
akurat.
INTERVENSI RASIONAL
Þ Kaji kesiapan dan hambatanÞ Kesalahan konsep dan menjanggal
dalam belajar, termasuk orang diagnosa karena perasaan sejahtera
terdekat yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien untuk
mempelajari penyakit. Bila pasien tidak
menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinis maka pembawaan
perilaku tak akan diperhatikan.
4. Implementasi
Dx1: Menganjurkan pasien untuk memberitahu dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
Dx3 : Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat.
perubahan gaya hidup yang tepat dibuat untuk mengurangi factor penyebab
iskemik.
Evaluasi
Hal yang diharapkan:
v Menyatakan / menunjukkan nyeri hilang.
tanda vital.
pertanyaan.
Arsip Blog
▼ 2012 (1)
o ▼ Mei (1)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Iskemi
Mengenai Saya
Ridzwan Muhammad
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.
Surya Malakiano
Rabu, 01 Februari 2012
Askep ATEROSKLEROSIS
Penyakit arteri koroner (coronary heart disease) / Aterosklerosis ditandai dengan adanya
endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan
menyumbat aliran darah.
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan
besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi
jantung. Proses pembentukan ateroma disebut ateroklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri danmneyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus
membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk
bekuan darah di dalam permukaan ateroma tersebut.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan
pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri semakin
memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan
kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial ada;lah penyakit arteri koroner. Komplikasi utama
dari penyekit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark miokardial).
B. Epidemiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 11 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia
pada tahun 2002. angka ini diperkirakan meningkat 11 juta orang apda tahun 2020.
Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup.
Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat
cenderungmeningkat. Hasil survey kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000
penduduk Indonesia menderita PJK.
Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi kedokteran menyebabkan umur
harapan hidup meningkat, sehingga jumlah penduduk lansia bertambah. Survey di tiga kecamatan di
daerah Jakarta Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia melewati angka 15% yang
sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang. Usia lansia yang didefinisikan
sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang
bersifat multiorgan. Prevalensi PJK (Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan
angka kematian mencapai lebih dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang lansia satu mengidap PJK
danjika terserang PJK maka kematian demikian tinggi dan hanya 20% yang dapat diselamatkan.
C. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan factor penting
dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, factor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya
arteri koroner adalah :
Merokok
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat padapeningkatan kadar kolesterol total
dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL
(kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi
resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat
dari rokter) bisamenurunkan kadar kolesterol total dankolesterol LDL bisa memperlambat atau
mencegah berkembangnya arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki factor resiko
berikut :
Merokok sigaret
Kegemukan
Keturunan
Factor resiko
Kajian epidemiologis menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului atau
menyertai awitanpenyakit jantung koroner. Kondisi tersebut dinamakan factor resiko karena satu
atau beberapa diantaranya, dianggapmeningkatkan resiko seseorang untuk mengalami penyakit
jantung koroner.
Factor resiko ada yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan ada yang tidak dapat dimodifikasi
(nonmodifiable). Factor resiko modifiable dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau
kebiasaan pribadi; factor resiko nonmodifiable merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat
dikontrol.
Factor resiko dapat bekerja sendiri atau bekerja sama dengan factor resiko yang lain.
Semakin banyak factor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan terjadinya
penyakit arteri koroner. Orang yang beresiko dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan medis berkala
dan tidak mungkin dengan kemauan sendiri berusaha mengurangi jumlah dan beratnya resiko tadi
D. Komplikasi
Tromboemboli
Angina pectoris
Infark miokardium
E. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan
ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang
menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini
menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah. Halini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler,
diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak
satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan
thrombus pada permukaan plak; danpenimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak
pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di
sebelah distal plak yang pecah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Dari foto roentgen dada dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di
samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya
jantung terlihat membesar.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko. Dari pemeriksaan darah
juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter
jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk pemeriksaan
diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan
dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.
Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada
keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak 100%
karena pemeriksaan dengan teradmil ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk
wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang
pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan
melakukan kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan “Golden
Standard” untuk PJK. Karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arterikoroner,
apakah ringan,sedang atau berat bahkan total.
5. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi.
Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan
atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan
kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini
dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau
mengendalikan factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon.
Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat
pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk
mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau
tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis
valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka
tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang
lalu.
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual,
muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
i. Keamanan
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone
lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.
Diagnosa 1 .
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung ,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik).
Diagnosa 2
Kriteria Hasil :
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala
dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan
saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. (Analgetik
menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis).
Diagnosa 3
Kriteria hasil
Intervensi
Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support, 1997-1999, American Heart
Association.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume I, EGC,
Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga, 1996, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi 8 , EGC, Jakarta.
ASKEP TERBAIK
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
Pengertian
1. Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
2. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
3. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
Etilogi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.Namun ada beberapa faktor yang
mempengeruhi terjadinya hipertensi.
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel
jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat eningkatkan hormone aldosteron
yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti
jantung.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90
mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-
kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina
bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh
darah otak.
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
Test diagnostic
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis
valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot
muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang
lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual,
muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun)
Riwayat penggunaan diuretic
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM. Faktor faktor etnik
seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung ,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
1. Observasi tekanan darah
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada
tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti
vena.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium,
perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi
dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi / penurunan curah jantung.
5. Catat adanya demam umum / tertentu.
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan, batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan tekanan darah.
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therapi anti hipertensi,deuritik.
Rasional : Menurunkan tekanan darah.
Diagnosa
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan
dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per
menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator
derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. Rasional : Stabilitas
fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasional : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut
dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
Diagnosa
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok
respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan
saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatkan tekanan vakuler serebral.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien.
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. Rasional :
Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
Diagnosa
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,
keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan
perubahan pola makan, melakukan/memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi
1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. Rasional :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta
dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai
indikasi.
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional : mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan individu untuk menyesuaikan / penyuluhan.
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5
kg per minggu.
Rasional : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan
dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. Rasional : memberikan data
dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan.
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak
tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan).
Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
Diagnosa
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil :
Intervensi
Diagnosa
1. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya :
obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan
prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
3. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudah dalam menentukan intervensi.
4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi(pengertian,penyebab,tanda dan
gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi.
IV. Evaluasi
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala
berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat
menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.