NIM : 12310081
JURUSAN : GIZI NONREG
2. KEJU
Susu memiliki reputasi yang baik sebagai makanan yang sangat bergizi.
Sayangnya, kandungan gizi yang tinggi tidak hanya menarik bagi manusia. Jika
dibiarkan untuk waktu yang lama, nutrisi yang ada di dalam susu memungkinkan
mikroorganisme untuk tumbuh sehingga menyebabkan susu tidak layak untuk
konsumsi manusia. Pada zaman kuno, cara utama untuk mengawetkan susu adalah
untuk mengubahnya menjadi keju.
Para sejarawan percaya bahwa keju menjadi bagian dari diet manusia sekitar 800
tahun yang lalu, sehingga merupakan makanan yang pertama difermentasi.
Kemungkinan dihasilkan secara tidak sengaja melalui praktek membawa susu dalam
kantong yang terbuat dari perut hewan. Enzim dalam cairan pencernaan dari perut
dan bakteri dalam susu bekerja sama untuk membentuk dadih (curd) dan kemudian
keju mentah.Menurut FDA, keju adalah produk yang dibuat dengan cara
mengkoagulasikan kasein susu, susu krim atau susu yang kaya dengan krim.
Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi garam, asam atau enzim, pemekatan
atau kombinasinya (Zubaidah, 1998).
Setelah dikoagulasi, curd (padatan yang sebagian besar kandungannya protein)
yang dihasilkan diperam, ada juga jenis keju yang tidak melalui pemeraman
(Anonim2, 2003).
Jenis keju yang dihasilkan tergantung dari bermacam-macam faktor. Menurut
Kordylas (1991), faktor penting dalam pembuatan keju adalah kandungan air dan
pemeraman. Berdasarkan pada kandungan airnya keju dibagi dua kelas yaitu keju
lunak yang mengandung 40-75% air yang mudah busuk dan keju keras yang
mengandung 30-40 % air yang dapat disimpan beberapa tahun di bawah kondisi
penyimpanan yang baik
Keju merupakan salah satu bahan pangan dengan daya simpan yang baik dan kaya
akan protein, lemak, kalsium, fosfor, riboflavin dan vitamin-vitamin lain dalam
bentuk pekat (Daulay, 1991).
Proses fermentasi keju
Keju dadih sejati adalah massa susu fermentasi yang dipadatkan. Susu biasanya
dari sapi, namun susu kambing dan susu domba juga digunakan sebagai bahan baku
keju. Fermentasi dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan laktat dengan fermentasi
laktosa (gula susu). Laktat menghambat pertumbuhan organisme lain yang akan
merusak makanan atau menyebabkan penyakit.
Dalam pembuatan keju, pada perlakuan awal, 2 spesies yang paling umum
digunakan bakteri Lactobacillus casei dan Streptococcus lactis.
Pembuatan keju modern menggunakan susu bebas bakteri yang kultur bakteri
murni ditambahkan sehingga populasi bakteri dalam keju mudah diprediksi dan aman
untuk dimakan.
Proses mengental selama pembuatan keju yang terjadi dalam kondisi asam
disebabkan oleh (asam laktat) laktat yang diekskresikan oleh bakteri. Selama waktu
pematangan keju, bakteri dalam dadih (curd) mati dan dicerna oleh enzim mereka
sendiri (suatu proses yang disebut dengan otolisis). Ini mengeluarkan zat yang rasa
keju. Bakteri yang menghasilkan asam propionat bertanggung jawab atas rasa khas
tersebut, dan karbon dioksida bertanggung jawab atas ‘lubang-lubang’ yang terdapat
pada keju.
Cara pembuatan keju
Prinsip pembuatan keju adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan
mengikutkan 90% lemak susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan
mengendapkan protein menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan
oleh bakteri atau asam yang ditambahkan. Apabila menggunakan asam, dapat
digunakan asam asetat, asam laktat, asam sitrat dan dapat pula digunakan asam alami
seperti sari buah sitrun. Susu dipanaskan 80-90ºC dan asam ditambahkan berupa
tetesan sambil dilakukan pengadukan sampai massa terpisah, setelah curd ditiriskan,
dapat diproses lebih lanjut (Daulay, 1991).
Teknik dan variasi pembuatan keju dapat dilakukan/dikembangkan menurut
kreativitas yang tak terbatas. Misalnya dengan penambahan biji-bijian, herba,
minuman beralkohol, potongan buah-buahan dan pewarna kedalam curd. Pewarna
yang digunakan biasanya adalah merah annatto. Penambahan garam ke dalam keju
biasanya adalah untuk menurunkan kadar air dan sebagai pengawet (Daulay, 1991).
Di dunia terdapat beragam jenis keju. Menurut Daulay (1991), seluruhnya
memiliki prinsip dasar yang sama dalam proses pembuatannya, yaitu:
Proses Fermentasi
Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan
yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine.
Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan
alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol
akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol
atau alkohol telan mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau
dihentikan. Selama fermentasi sering ditambahkan nitrogen dan mikro nutrien guna
mencegah produksi gas H2S. Jika gas ini muncul akan menyebabkan bau yang tidak
enak.
Selama fermentasi, cairan yang dihasilkan disebut “must”. Guna mencegah
tumbuhnya bakteri pada must maka dilakukan pengadukan. Must mulai
bergelembung pada jam ke 8 – 20. Tahap awal proses fermentasi ini pada red wine
adalah 5 – 10 hari, white wine 10 – 15 hari. Setelah tahap awal ini dilanjutkan tahap
kedua.
Dalam tahap kedua fermentasi, wine dipindahkan ke fermentor yang tidak boleh
adanya oksigen asuk. Pada tahap ini akan dihasilkan alkohol dalam kadar yang lebih
tinggi. Tergantung dari bahan yang digunakan, wine dapat berasa lebih manis atau
alkohol dan ini akan mempengaruhi pada harga di pasar.
Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah menjadi
wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah Saccharomyces sp.
Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini
diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia
pada bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai
sumber nitrogen.
5. MENTEGA
Mentega atau disebut juga buttermilk dihasilkan dari susu skim atau susu rendah
lemak dengan bantuan bakteri asam laktat. Buttermilk mempunyai karakteristik pada
tekstur, rasa asam dan aroma. Tekstur dihasilkan dari pemecahan dadih. Aroma dan
rasa disebabkan oleh diasetil, asetildehid dan produk metabolik lain dilepaskan oleh
bakteri fermentasi. Kultur yang digunakan untuk membuat buttermilk merupakan
kultur asam laktat yang terdiri dari Streptococcus cremoris,
S.diacetylactis, dan Leuconostoc cremoris. Jenis biakan bakteri pemula (starter
culture) berbeda diantara pabrikan (manufaktur) dan beberapa
menggunakan Lactobacillus bulgaricus untuk membuat butter milk Bulgaria.
Produksi asam dan pembentukan dadih dihasilkan oleh Streptococcus cremoris
sedangkan aroma dan rasa dihasilkan dari metabolisme dan multifikasi oleh dua jenis
bakteri yang lain yaitu : S.diacetylactis, dan Leuconostoc cremoris.
Cara pembuatan mentega
Mentega dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi dari
lemak beef yang disebut oleo-margarine. Mentega sedikitnya mengandung 80%
lemak dari total beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan susu
skim, air, atau protein kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam, yang
ditambahkan sebagai flavor.
Proses Pembuatan :
1. Tahap Netralisasi Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan
basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi
dengan kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih
efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.
2. Tahap Bleaching (pemucatan) Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan
dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti
bleaching earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan
diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan
resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida. (Ketaren,1986).
3. Tahap Hidrogenasi Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak
dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak,
sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat
lemak bersifat plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan
rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses
hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan
serbuk nikel sebagai katalisator. Nikel merupakan katalis yang sering digunakan
dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper
chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam
lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai
promoter dalam proses hidrogenasi minyak.
4. Tahap Emulsifikasi Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan
minyak dengan cara penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu
80oC dengan tekanan 1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu:
a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak Emulsifier fase minyak
merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak yang berguna
untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak terutama dalam
penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan penambahan b-
karoten pada mentega sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk
menambah gizi.
b. Proses pencampuran emulsifier fase cair Emulsifier fase cair merupakan
bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak. Bahan tambahan ini
dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat emulsi dengan
minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : garam untuk memberikan rasa asin
TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak
yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik · Natrium
Benzoat sebagai bahan pengawet (Bailey’s,1950).
Vitamin A dan D akan bertambah dalam minyak. Selain itu minyak akan
berbentuk emulsi dengan air dan membentuk margarin. Beberapa bahan
tambahan seperti garam, anti oksidan dan Natrium benzoat juga akan
teremulsi dalam mentega dalam bentuk emulsifier fase cair.
6. TEMPE
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia
dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat. Tempe dapat dibuat
dari berbagai bahan. Namun demikian yang biasa dikenal sebagai tempe yang dikenal
oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai.
Tempe merupakan makanan tradisional yang berpotensi sebagai makanan fungsional,
beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh
hipokolesterolemik, antidiare khususnya karena bakteri e.coli enteropatogenik dan
antioksidan. Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses fermentasi karena
terjadinya pembebasan asam amino hasil aktivitas enzim proteolitik dari tempe.
Tempe yang dibuat dari kedelai melalui tiga tahap yaitu (1) hidrasi dan pengasaman
biji kedelai dengan perendaman beberapa lama, (2) Sterilisasi terhadap sebagian biji
kedelai, (3) Fermentasi oleh jamur tempe yang diinokulasikan segera setelah
sterilisasi. Jamur tempe yang biasa digunakan ialah Rhizopus oligosporus.
Mekanisme Pembentukan Tempe
Mekanisme pembentukan tempe ada 2 yaitu perkecambahan spora dan proses
miselia menembus jaringan biji kedelai.
1. Perkembangan Spora
Perkecambahan Rhizopus oligosporus berlangsung melalui dua tahapan, yaitu
pembengkakan dan penonjolan keluar tabung kecambah. Kondisi optimal
perkecambahan adalah suhu 420C dan pH 4,0. Beberapa msenyawa karbohidrat
tertentu diperlukan agar awal pembengkakan spora ini dapat terjadi.
Pembengkakan tersebut akan diikuti dengan penonjolan keluar tabung
kecambahnya, bila tersedia sumber-sumber karbon dan nitrogen dari luar.
Senyawa-senyawa yang dapat menjadi pendorong terbaik agar terjadi proses
perkecambahan adalah asam amino prolin dan alanin, serta senyawa gula glukosa
anosa dan xilosa.
2. Miselia Menembus Jaringan Biji Kedelai
Proses fermentasi hifa jamur tempe dengan menembus biji kedelai yang keras dan
tumbuh dengan mengambil makanan dari biji kedelai. Karena penetrasi dinding sel
biji tidak rusak meskipun isi selnya dirombak dan diambil. Rentang kedalaman
penetrasi miselia ke dalam biji melalui sisi luar keeping biji yang cembung, dan
hanya pada permukaannya saja dengan sedikit penetrasi miselia, menerobos ke
dalam lapisan sel melalui sela-sela di bawahnya.
7. Roti
Roti merupakan salah satu makanan yang diproses secara awal oleh manusia. Di
museum inggris ada contoh roti buatan Mesir yang dibuat 2000 tahun sebelum
masehi. Roti dibuat dari campuran tepung, garam(kadang gula), air dan yeast untuk
dijadikan adonan. Yeast yang umum digunakan adalah Saccharomyces cereviseae.
Saccharomyces memfermentasikan karbohidrat dalam adoanan dan memproduksi
CO2 dan etanol. Suhu optimum pertumbuhan dan fermentasi yeast adalah 280C dan
320C, dengan pH optimal antara 4 dan 5 (Sardjoko,1991).
Dengan memurnikan tepung, gula juga harus ditambahkan sehingga yeast tidak
mempunyai kemampuan mensintesa amilase untuk memecah butir-butir tepung untuk
berlangsungnya fermentasi karbohidrat. CO2 menyebabkan roti mengembang dan
memberikan produk akhir yang ringan, tekstur porous yang karakteristik yang lambat
laut mempengaruhi roti. Roti kemudian dipanggang dalam oven dan etanol menguap.
Walaupun yeast mati selama pengovenan, produk metabolik tertinggal dalam roti dan
menambah rasa pada roti.(Ristiati, 2008).
Dalam kondisi anaerobik dalam adonan, khamir roti mengubah gula dalam adonan
menjadi etanol dan karbondioksida. Gula yang defermentasikan berupa monosakarida
glukosa dan fruktosa serta disakarida sukrosa dan maltosa. (Sardjoko, 1991).
8. Nata de Coco
Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa
yang dihasilkan dari air kelapa melaui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik
yang dikenal dengan nama Acetobacter xylinum. Definisi nata adalah suatu zat yang
menyerupai gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada media fermentasi air kelapa
dan beberapa sari buah masam. Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan
glukosa dari gula dalam air kelapa oleh sel-sel Acetobater xylinum. Kemudian
glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk bahan lemak
membentuk bahan pendahulu nata pada membran sel. Di bawah mikroskop nata
nampak sebagai massa benang yang melilit yang sangat banyak seperti benang-
benang kapas. Untuk fermentasi nata air kelapa yang masih segar disaring dengan
beberapa lapis kain kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil
diaduk . Setelah mendidih ditambahkan asam asetat glacial. Larutan ini disebut
dengan air kelapa asam bergula. Kemudian urea dilarutkan dengan sedikit air kelapa
yang dimasak. Larutan ini didihkan dan dituangkan kedalam air kelapa asam bergula.
Larutan yang diperoleh disebut sebagai media nata. Media nata ditambah dengan
starter kemudian dipindahkan ke dalam wadah fermentasi. Wadah berisi media ini
disimpan di ruang fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yng
cukup tebal.
9. KECAP MANIS
Kecap adalah produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi dan atau cara kimia
(hidrolisis) kacang kedelai (Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-3543-1994).
Kecap manis merupakan salah satu produk olahan kedelai yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya popular, tetapi kecap manis
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Menurut Suprapti (2005), kecap manis merupakan
produk olahan yang teksturnya kental, berwarna coklat kehitaman, dan digunakan
sebagai penyedap makanan. Tingginya kadar gula dan viskositas yang tinggi pada
kecap manis ini disebabkan adanya penambahan gula dalam proses pembuatannya.
Sebagian besar dari kecap di Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kandungan
gula, kandungan asam, dan konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan
perlakuan fermentasi.
Proses pembuatan kecap manis
Menurut Santoso (1994), kedelai hitam merupakan jenis kedelai yang biasa
digunakan di Indonesia. Untuk memperoleh kecap kedelai yang berkualitas, maka
harus memperhatikan syarat mutu biji kedelai, diantaranya: (1) bebas dari sisa
tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu, kerikil, tanah, atau biji
tanaman lain, (2) biji kedelai tidak luka, (3) biji kedelai bebas dari serangan hama dan
penyakit, dan (4) kulit biji tidak keriput. Sementara itu, komposisi kimia kedelai
hitam dan kedelai kuning tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, sehingga tidak
akan menyebabkan perbedaan komposisi kimia kecap yang dihasilkan (Junaidi,
1987).
Kecap dapat diproduksi dengan tiga cara, yaitu fermentasi kedelai, hidrolisis asam,
atau kombinasi dari keduanya. Pembuatan kecap secara fermentasi pada prinsipnya
menyangkut pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat oleh aktivitas enzim dari
kapang, ragi (kamir), dan bakteri menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,
yang menentukan cita rasa, aroma, dan komposisi kecap. Pembuatan kecap secara
hidrolisis pada dasarnya adalah pemecahan protein dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan peptida-peptida dan asam-asam amino.
Pembuatan kecap secara kombinasi merupakan gabungan kedua cara di atas.
Mula-mula sebagian protein dihidrolisis dengan asam, kemudian dilanjutkan dengan
fermentasi (Santoso, 2005).
Kecap hidrolisis kurang terkenal dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi
karena rasa dan aromanya kurang baik. Kecap ini hanya merupakan larutan garam
dan asam amino saja. Hal ini disebabkan selama proses hidrolisis komponen gula
menjadi rusak dan timbulnya senyawa off flavor. Selain itu, tidak terdapat beberapa
komponen pembentuk cita rasa, seperti peptida-peptida tertentu, senyawa-senyawa
ester, dan asam organik (Mintarsih, 2007).
Menurut Koswara (1992), pembuatan kecap manis di Indonesia umumnya
dilakukan secara fermentasi. Tahap dalam pembuatan kecap adalah sebagai berikut:
fermentasi koji, fermentasi moromi dalam larutan garam, ekstraksi dan penyaringan,
penambahan gula dan bumbu, serta pembotolan dan pemasaran (Judoamidjojo, 1986).
Proses pembuatan kecap secara adalah : pada awalnya kedelai bersih direndam
semalam, kemudian direbus selama 1-5 jam. Biji kedelai masak ditebarkan di atas
tampah bambu serta diinokulasikan dengan kapang atau tanpa inokulasi karena
wadahnya sudah menjadi sumber inokulan dan diinkubasi pada ruang khusus selama
3-20 hari (umumnya 1 minggu). Tahap ini disebut tahap fermentasi koji (Prasetyo,
1996). Koji yang diperoleh kemudian dicampur dengan air garam dengan konsentrasi
20-23% selama 4-8 bulan sambil dilakukan pengadukan berkala (proses moromi)
(Chen, 1992). Filtrat moromi dimasak dengan air, lalu ditambah gula palma dan
bumbu lainnya. Campuran ini disaring dan kecap yang dihasilkan kemudian
dibotolkan. Penambahan gula yang dilakukan tergantung dari jenis kecap yang akan
dibuat, yaitu kecap manis dan kecap asin. Untuk pembuatan kecap asin, gula
ditambahkan dalam jumlah sedikit atau tidak ditambah sama sekali (Selviana, 1994).
1. Fermentasi Kapang (Proses Koji)
Koji merupakan kultur campuran yang diambil dari pembuatan kecap sebelumnya
atau kultur murni yang ditumbuhkan tersendiri. Substrat untuk pertumbuhan dari
starter ini bermacam-macam, walaupun sering digunakan campuran kedelai, dan
gandum yang telah dipecah atau dedak gandum yang telah dipanaskan. Bahan-bahan
ini diinokulasikan spora Aspergillus oryzae, ditebarkan pada nampan-nampan kecil
dan disimpan pada suhu 25°C sampai 30°C untuk selama 3 hari sampai terlihat
kapang tumbuh (Buckle et al., 1988).
Menurut Koswara (1992), selama fermentasi kapang, mikroba yang berperan
selain Aspergillus oryzae adalah A. flavus, A. niger, dan Rhizopus oligosporus.
Kapang akan memproduksi enzim-enzim seperti protease, lipase, dan amilase yang
akan memecah protein, lemak, dan pati menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Enzim-enzim ini akan mendegradasi molekul besar menjadi molekul kecil,
diantaranya protein terlarut, peptida, asam amino, asam lemak, atau komponen
lainnya yang lebih sederhana (Rahayu dan Sudarmajdi, 1989).
Menurut Prasetyo (1996), fermentasi koji yang biasanya terjadi di pabrik kecap
Indonesia umumnya dilakukan selama 3-20 hari (umumnya 1 minggu) pada suhu
kamar. Kapang akan mulai tumbuh pada permukaan biji karena sengaja diinokulasi
atau terkontaminasi dari udara atau wadahnya (tampah). Selama fermentasi ini
protein dan karbohidrat pada kedelai akan didegradasi oleh kapang. Protein dirombak
menjadi polipeptida dan peptida rantai pendek, sedangkan karbohidrat dirombak
menjadi gula-gula sederhana. Pada fermentasi ini juga dihasilkan asam tetapi pada
akhir fermentasi pH koji sebesar 7,1. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas proteolitik dan
proses deaminasi asam-asam amino oleh kapang yang ditandai dengan dengan
timbulnya bau amonia pada koji (Rahayu dan Sudarmadji, 1989).
2. Fermentasi Garam (Proses Moromi)
Pada fermentasi ini kedelai yang telah mengalami proses koji dicampur dengan
larutan garam dan difermentasi selama 1 minggu sampai 4 bulan (Panghegar, 1989).
Selama fermentasi garam, mikroba yang berperan adalah Zygosaccharomyces dan
Hansenula (khamir) serta Lactobacillus (bakteri) (Koswara, 1992). Konsentrasi
garam yang digunakan biasanya sekitar 20-25% (Krisno, 1990). Selama proses
moromi biasanya selalu dilakukan proses pengadukan setiap harinya (Suriadi, 1992).
Hal ini dilakukan untuk menjaga keseragaman konsentrasi garam, merangsang
pertumbuhan bakteri, dan mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan, terutama mikroba pembusuk (Wibowo, 1990).
Pada fermentasi garam terjadi perubahan-perubahan fisik dan kimia yang
merupakan lanjutan dari proses koji. Enzim yang dikeluarkan oleh kapang masih
bekerja terus, sedangkan kapangnya sendiri mati dalam lingkungan garam. Aktifitas
enzim ini memengaruhi kandungan protein, kadar nitrogen terlarut, dan gula
pereduksi pada moromi yang dihasilkan. Total nitrogen terlarut dan formol nitrogen
mengalami peningkatan selama satu bulan fermentasi. Apabila fermentasi dilanjutkan
ternyata tidak menunjukkan banyak perubahan (Wijaya, 1988).
3. Penambahan Gula Merah
Gula merah merupakan jenis gula yang umum digunakan dalam pembuatan kecap
manis (Apriyantono dan Wiratma, 1997). Pada proses pembuatan kecap, gula merah
ditambahkan bersamaan dengan bumbu. Gula merah adalah gula berbentuk padat,
berwarna coklat kemerahan sampai dengan coklat tua. Gula merah adalah gula yang
secara tradisional dihasilkan dari pengolahan nira, dengan cara menguapkan airnya
sampai cukup kental dan kemudian dicetak atau dibuat serbuk. Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI 01-3743- 1995), gula merah atau gula palma adalah gula
yang dihasilkan dari pengolahan nira pohon palma yaitu aren (Arenga pinnata Merr.),
nipah (Nypa fruticans), siwalan (Borassus
flabellifera Linn.), dan kelapa (Cocos nucifera Linn.) atau jenis palma lainnya, dan
berbentuk cetak atau serbuk / granula. Mutu gula merah terutama ditentukan dari
penampilannya, yaitu bentuk, warna, dan kekerasan. Kekerasan dan warna gula
sangat dipengaruhi oleh mutu nira yang telah terfermentasi. Gula merah memiliki
tekstur dan struktur yang kompak, serta tidak terlalu keras sehingga mudah
dipatahkan dan memberi kesan empuk. Selain itu, gula merah juga memiliki aroma
dan rasa yang khas. Rasa manis pada gula merah disebabkan gula merah mengandung
beberapa jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, glukosa, dan maltosa (Nurlela, 2002).
Gula merah memiliki sifat-sifat spesifik sehingga perannya tidak dapat digantikan
oleh jenis gula lainnya. Gula merah memiliki rasa manis dengan rasa asam. Rasa
asam disebabkan oleh kandungan asam organik didalamnya. Adanya asam-asam
organik ini menyebabkan gula merah mempunyai aroma khas, sedikit asam, dan
berbau karamel. Rasa karamel pada gula merah diduga disebabkan adanya reaksi
karamelisasi akibat pemanasan selama pemasakan.
Karamelisasi juga menyebabkan timbulnya warna coklat pada gula merah
(Nurlela, 2002). Gula merah mempunyai rasa dan aroma yang khas, sehingga tidak
dapat digantikan oleh gula pasir. Penggunaan gula merah sangat luas, diantaranya
untuk pemanis minuman, penyedap makanan, bahan pembuat dodol, kue dan
merupakan salah satu bahan baku dalam industri kecap. Peranan gula dalam
pembuatan kecap sangat penting karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi
Maillard dan karamelisasi, yang berperan dalam pembentukan flavor dan
karakteristik kecap manis (Judoamidjojo, 1987).
10.TAPE
Tape dibuat dari singkong atau beras ketan. Dalam pembuatan tape, mikroba
Saccharomyces cerevisiae berperan untuk mengubah pati menjadi gula sehingga pada
awal fermentasi tape berasa manis. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses
pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus
dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam
mengubah pati menjadi Tape gula sederhana (glukosa). Adanya gula menyebabkan
mikroba yang menggunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan menghasilkan
alkohol. Keberadaan alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol
yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan
menyebabkan rasa masam pada tape yang dihasilkan.
KESIMPULAN
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Mikroba telah
dipergunakan untuk membuat berbagai macam makanan, mulai dari tempe, kecap,
yogurt, yakult, mentega, keju, tape, nata de coco, roti sampai ke alkohol.
Perkembangan bioteknologi telah memungkinkan mikroba memproduksi komoditi
yang lebih komersial, tanpa merusak lingkungan. Seperti halnya pada beberapa
contoh dibawah ini:
Yogurt, terdapat dua bakteri utama yang membantu proses fermentasi yogurt
diantaranya adalan Streptococcus thermophilus dan Lactobicillus bulgaricus.
Keju , Proses fermentasi keju menggunankan bakteri Lactobacillus
casei danStreptococcus lactis .Proses mengental selama pembuatan keju yang
terjadi dalam kondisi asam disebabkan oleh (asam laktat) laktat yang
diekskresikan oleh bakteri.
Yakult merupakan produk susu fermentasi dengan menggunakan starter tunggal
yaitu Dornic atau 0,5% asam Lactobacillus casei. Kecepatan pertumbuhan
bakteri ini berkisar 50 laktat setelah 48 jam. Lactobacillus casei berbentuk
batang tunggal dan termasuk golongan bakteri heterofermentatif, fakultatif,
mesofilik, dan berukuran lebih kecil dari pada Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacillus acidophillus, dan Lactobacillus helveticus.
Wine/minuman beralkohol, mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice
buah menjadi wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi
adalahSaccharomyces sp. Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan
CO2.
Mentega kultur yang digunakan untuk membuat buttermilk merupakan kultur
asam laktat yang terdiri dari Streptococcus cremoris,
S.diacetylactis, dan Leuconostoc cremoris. Jenis biakan bakteri pemula (starter
culture) berbeda diantara pabrikan (manufaktur) dan beberapa
menggunakan Lactobacillus bulgaricus untuk membuat butter milk Bulgaria.
Tempe terbuat dari mikroba Aspergillus oryzae.
Tape dibuat dari singkong atau beras ketan. Dalam pembuatan tape, mikroba
Saccharomyces cerevisiae berperan untuk mengubah pati menjadi gula sehingga
pada awal fermentasi tape berasa manis.
Roti dibuat dari campuran tepung, garam(kadang gula), air dan yeast untuk
dijadikan adonan. Yeast yang umum digunakan adalah Saccharomyces
cereviseae. Saccharomyces memfermentasikan karbohidrat dalam adoanan dan
memproduksi CO2 dan etanol.
Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa
selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melaui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik yang dikenal dengan nama Acetobacter xylinum.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, D., 1991. Fermentasi Keju. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.