Anda di halaman 1dari 7

Pekerjaan Sosial Sebagai Suatu Profesi & Karir di Era Globalisasi

(Terjemahan dan Interpretasi Buku Introduction to Social Work and Social Welfare-
Empowering People, Bab 2, Karangan Charles Zastrow)

Deni Gumilang

Ringkasan Sejarah Pekerjaan Sosial


Berkiblat pada negara Amerika Serikat, Charles Zastrow dalam bukunya (1)
mengungkapkan secara khusus pengetahuan terkait pekerjaan sosial sebagai suatu profesi dan karir.
Hal ini dicatat sebagai salah satu sejarah Amerika Serikat di bidang sosial pada tahun 1800an –
1900an. Mulanya, usaha kesejahteraan sosial terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia
yang tinggal di daerah urban. Contohnya adalah melalui organisasi pertama the Society for the
Prevention of Pauperism yang didirikan oleh John Criscom pada tahun 1820. Tujuan organisasi ini
adalah untuk memfasilitasi dan menyelidiki kebiasaan dan kehidupan sehari-hari kaum miskin
sehingga dapat mengajukan rencana-rencana yang memampukan kaum miskin tersebut untuk
membantu dirinya sendiri dan mendorong mereka untuk hidup sejahtera dengan cara konsisten
berhemat dan menabung. Lebih lanjut, pada akhir pertengahan tahun 1800an, beberapa agen-agen
pekerjaan sosial didirikan di kota-kota besar untuk menolong orang yang tidak bekerja, miskin,
sakit, memiliki keterbatasan fisik dan mental, anak-anak yatim piatu, dsb.
Seiring bertambahnya waktu, banyaknya agen-agen yang muncul seringkali kurang
terorganisir dan malah peranannya saling ‘tumpang tindih’. Walaupun demikian, Charity Organization
Society (COS) yang bermula di Buffalo, New York, menunjukkan perubahan sistem pelayanan jasa
dan ditiru dengan cepat di beberapa kota-kota lainnya. Dalam prakteknya, COS menjadi gabungan
agensi yang memberikan layanan konseling dan analisa sosial langsung kepada keluarga dan individu,
serta mereka mampu melakukan koordinasi dan rencana bersama untuk mengatasi dan
menanggulangi masalah-masalah sosial yang menekan masyarakat di kota. Selain itu, terdapat pula
beberapa Settlement Houses, misal 1884 di Toynbee Hall, yang berfokus dalam pengembangan
kehidupan sosial melalui pengembangan moral dan cara hidup yang lebih baik.
Profesi pekerjaan sosial sebenarnya memiliki sejarah keterkaitan erat dengan dunia medis.
Penanganan masalah sosial diatasi dengan solusi pendekatan medis. Richard Cabot contohnya,
mengembangkan pekerjaan sosial yang terkait ilmu klinik di Rumah Sakit Massachusetts pada tahun
1905. Hal ini terus berkembang. Perkembangan pekerjaan sosial kemudian berfokus pada multi
disiplin ilmu. Sepanjang abad ke-20, para pekerja sosial mulai bekerja di lingkungan sekolah,
pengadilan, klinik anak dan keluarga, masyarakat, dsb. Hal ini menumbuhkan kesadaran bagi para
penggiat pekerjaan sosial untuk mendapat pelatihan dan pengetahuan profesional demi
menyediakan pelayanan sosial yang kompeten, berkualitas, dan tepat sasaran. Sebagai contoh, COS
pun berkembang menjadi lebih profesional dengan cara mengupah para sekretaris eksekutif yang
bekerja di masyarakat, COS juga mengadakan pelatihan rutin dari New York School Philanthropy
(1904).
Pada tahun 1955, National Association of Social Workers (NASW) dibentuk. Pengaruh
pekerjaan sosial semakin berdampak luas. Tujuan dari persatuan tersebut adalah untuk
memperbaiki kondisi sosial yang ada di masyarakat, serta meningkatkan kualitas praktek pekerjaan
sosial yang efektif dan bermanfaat. Persatuan ini mempublikasikan beberapa jurnal profesional yang
sebagian besar terkait pekerjaan sosial, pendidikan pekerjaan sosial, juga daftar pekerjaan sosial
yang ada di banyak negara.

Pekerjaan Sosial Memerlukan Multi Keahlian


Pekerjaan sosial pada dasarnya menunjukkan suatu aktivitas profesional dalam membantu
individu, kelompok, keluarga, organisasi dan masyarakat untuk meningkatkan atau mengembalikan
kapasitas mereka agar bisa berfungsi secara sosial dan bergabung pada lingkungan masyarakat yang
tidak bermasalah secara sosial. Oleh karena itu, para pekerja sosial memerlukan pelatihan dan
keahlian yang profesional terkait isu-isu yang luas untuk bisa menangani secara komprehensif
masalah-masalah sosial yang ada secara efektif. Keahlian yang dibutuhkan termasuk bagaimana
membangun hubungan dengan klien, wawancara, pemecahan masalah, dan kemampuan
organisasional yang memerlukan keahlian dalam meneliti, mengembangkan program, memperoleh
donasi, dan pengetahuan tentang menangani isu-isu legal. Keahlian yang dianggap paling penting
dalam pekerjaan sosial adalah kemampuan untuk berkonsultasi secara efektif dengan klien.
Kemampuan yang lain dan juga dibutuhkan adalah kemampuan untuk berinteraksi dan bermitra
dengan kelompok-kelompok lainnya. Hal ini membutuhkan pemahaman komprehensif dalam
memfasilitasi klien yang bermasalah sosial dan dipengaruhi lingkungannya. Secara internal, kesadaran
yang kuat untuk memperhatikan kekuatan dan kelemahan profesional yang dimiliki pekerja sosial
amatlah penting.
Beberapa pendekatan yang bisa menjadi dasar keahlian pekerjaan sosial diantaranya adalah
pendekatan pemecahan masalah, dan pendekatan praktek umum pekerjaan sosial. Pendekatan itu
dapat dilakukan dalam tiga level praktek pekerjaan sosial, yakni Mikro (bekerja dengan individu),
Mezzo (bekerja dengan keluarga dan kelompok kecil), serta Makro (bekerja dengan organisasi atau
masyarakat dalam mengupayakan perubahan aturan legal dan aturan sosial). Contoh kegiatan-
kegiatan spesifik pekerjaan sosial yang bisa dilakukan diantaranya:
1. Social Casework, Pekerjaan ini merupakan analisa perkara sosial yang membantu individu
mengatasi masalah personal atau sosialnya. Bisa juga hal ini memfasilitasi klien untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, atau mengubah tekanan sosial ekonomi yang mempengaruhinya.
Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan seperti membantu orang-orang pengangguran untuk
mendapat pekerjaan, menempatkan anak-anak terlantar di panti asuhan, menyediakan layanan
perlindungan bagi anak-anak dan keluarga yang mendapatkan kekerasan, menolong para pecandu
alkohol, dsb.
2. Case Management, pekerjaan ini memiliki tujuan yang sama dengan Social Casework.
Walaupun demikian, pekerjaan ini sangat memperhatikan proses manajemen dari pekerjaan sosial
tersebut sehingga acapkali pekerja sosial disebut case managers. Pekerjaan sosial menjadi pekerjaan
yang memperhatikan prosedur perencanaan, implementasi, monitoring dari jasa layanan sosial yang
sedang dilakukan. Hal ini bisa memungkinkan para pekerja sosial bekerja lebih luas dan profesional.
3. Group Work, kerja kelompok yang memfasilitasi kemampuan intelektual, emosional, dan
perkembangan sosial individu-individu yang terlibat di dalam kelompok. Kegiatan ini biasanya tidak
berupa terapi, dan bertujuan untuk saling meningkatkan kemampuan sosialisasi, bertukar informasi,
bagian dari kegiatan rekreasi, saling bertukar nilai dan pemahaman yang berbeda, meningkatkan
relasi diantara ras dan budaya yang berbeda, adopsi, dsb.
4. Group Therapy, terapi secara kelompok yang bertujuan memfasilitasi perbaikan sosial, sikap,
dan penyesuaian emosional individu melalui proses kelompok.
5. Family Therapy, terapi keluarga yang memfasilitasi keluarga yang bermasalah agar bisa
memperbaiki kemampuan mereka dalam interaksi, perilaku, dan penyesuaian emosional dalam
keluarga tersebut.
6. Community Organization, pengorganisasian masyarakat yang bertujuan mendorong,
memfasilitasi, dan memberdayakan masyarakat lokal untuk melakukan evaluasi, perencanaan, dan
usaha terkoordinasi semisal dalam mengupayakan kesejahteraan, pemenuhan kebutuhan kesehatan
dan rekreasi dalam masyarakat tersebut.
7. Administration, Administrasi merupakan pengaturan keseluruhan program yang dilakukan
oleh agen-agen layanan sosial. Hal itu memiliki fungsi sebagai tujuan program dan pengaturannya,
analisis kondisi sosial di masyarakat, keputusan yang dibuat terkait pelayanan sosial apa yang akan
dilakukan, proses mengupah dan mengawasi pekerja, pengaturan struktur organisasi, administrasi
urusan keuangan, prosedur untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan sosial, dll.
Pada umumnya, tujuan pekerjaan sosial memang memerlukan multi keahlian karena
ditujukan untuk mengupayakan pemecahan masalah, coping, dan pengembangan kapasitas manusia;
menghubungkan manusia dengan sistem-sistem yang menyediakan sumber daya, pelayanan dan
kesempatan bagi kehidupan mereka; mempromosikan keefektifan sistem operasional yang ramah
serta mampu menyediakan sumber daya dan pelayanan yang baik; mengembangkan dan
memperbaiki peraturan sosial, serta mempromosikan kesejahteraan manusia dan masyarakat.

Perkembangan Pendidikan Pekerjaan Sosial Sebagai Bagian dari Profesi dan Karir Pekerja Sosial
Pada awalnya, Zastrow (2) mengungkapkan bahwa periode tahun 1920 sampai tahun 1960,
sebagian besar pekerjaan sosial memakai model penanganan medis yang menilai dan mengubah
perilaku manusia. Pendekatan ini melihat klien sebagai seorang pasien yang diamati untuk
mengetahui sebab-sebab masalah si pasien dan bagaimana proses pengobatannya. Periode tahun
1960, pekerjaan sosial kemudian sudah memakai pendekatan sistem dalam memahami perilaku
manusia. Konsep dan perspektif sistem dikembangkan dalam sistem pekerjaan sosial yang
melibatkan elemen-elemen individu, kelompok, keluarga, organisasi, atau masyarakat. Konsep
sistem ini menjelaskan keutuhan dari suatu elemen-elemen tersebut. Peranan elemen-elemen
tersebut jauh lebih besar daripada jumlah keseluruhan bagian sistem itu yang berada terpisah-pisah.
Hubungan yang baik menimbulkan pola dan struktur yang sama pentingnya dengan proses sosial
yang baik yang dijalankan oleh elemen-elemen sistem itu sendiri. Konsep hemoestasis menunjukkan
perlunya keseimbangan untuk menjaga sistem dengan memperhatikan dan memelihara elemen-
elemen yang berperan dalam sistem tersebut.
Periode masa kini, model ekologis perilaku manusia menjadi bagian penting dari pekerjaan
sosial. Model tersebut menyelidiki faktor internal dan juga eksternal manusia karena meyakini
bahwa masalah yang dihadapi manusia merupakan hasil interaksi sosial manusia dengan
lingkungannya. Misalnya, model ekologis memandang individu, keluarga, dan kelompok kecil akan
memiliki masalah dan memerlukan ‘kebutuhan’ peralihan saat mereka bergerak dari satu level
kehidupan ke level kehidupan lainnya. seorang individu diasumsikan akan menghadapi banyak
perubahan ketika tumbuh menjadi lebih tua; keluarga juga mengalami peralihan kehidupan seperti
adanya proses pernikahan, kelahiran anak, proses menjadi orang tua, anak meninggalkan keluarga,
dsb. Kesadaran model ekologis akan membantu memberi tahu masalah dan kebutuhan yang
diperlukan untuk menjalankan kehidupan sosial tersebut dengan baik.
Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut mau tidak mau tidak berjalan dengan
sendirinya, tetapi memerlukan proses pendidikan yang profesional agar pekerjaan sosial bisa
menjadi profesi dan karir yang baik. Ife & Tesoriero (2006) mengungkapkan ‘maka sangat penting
bagi seorang pekerja (sosial) untuk menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi. Untuk alasan ini,
pendidikan—lebih baik daripada pelatihan—jauh lebih penting bagi seorang pekerja...’ (3).
Saat ini, kemajuan globalisasi juga dapat memberikan kemudahan akses teknologi dan
informasi memungkinkan adanya suatu pendidikan pekerjaan sosial yang baik dan profesional. Tentu
saja, hal itu seharusnya bisa meningkatkan keahlian untuk menjawab kebutuhan di masyarakat.
Contohnya manfaat pendidikan pekerjaan sosial yang sangat strategis adalah dengan terbukanya
peluang berbagai proses penelitian pekerjaan sosial dengan beragam metodologi yang hasil
penelitiannya tidak hanya bersifat searah, lebih akurat, relevan, serta bisa mempengaruhi hal yang
baik bagi kehidupan manusia. Penelitian pekerjaan sosial bisa menjadi hal yang amat berharga saat
hasil penelitian berhasil memberi dampak nyata bagi perbaikan kesejahteraan sosial di masyarakat.
Idealnya, pendidikan pekerjaan sosial diarahkan untuk memfasilitasi adanya pola pendidikan yang
menunjang tercapainya suatu sistem kesejahteraan sosial yang baik.
Konsekuensinya, pengembangan lembaga-lembaga pendidikan pekerjaan sosial perlu
ditingkatkan agar bisa berperan sebagai bagian yang melakukan proses pendidikan profesional dan
memfasilitasi profesi dan karir yang baik bagi para pekerja sosial. Hal tersebut bisa saja
meningkatkan pengaruh, dan pada akhirnya menunjukkan keterlibatan aktif lembaga-lembaga
pekerjaan sosial dalam lingkup wilayah atau negara agar dapat menjadi organisasi yang
diperhitungkan secara global. Program-program pendidikan tersebut jadinya perlu mencakup
perhatian terhadap isu-isu sosial yang berada di luar batas wilayah atau negaranya.

Lebih Lanjut, Globalisasi dan Pekerjaan Sosial


Perkembangan zaman membuat pekerjaan sosial tidak dapat mengabaikan isu-isu global.
Macam-macam latar pekerjaan tersedia untuk para pekerja sosial pada masa kini, semisal terkait isu
perlindungan tumbuh kembang anak, adopsi, layanan konsultan masa percobaan dan pembebasan
tahanan, asisten umum, pelayanan untuk orang tua tunggal, day-care services, pelayanan sekolah
sosial, pelayanan untuk kaum veteran, pelayanan rekreasi seperti pramuka, sukarelawan, pelayanan
sosial medik di rumah sakit, program anti-kemiskinan, jaminan sosial, aksi sosial, pelayanan keluarga
berencana, dan pelayanan-pelayanan sosial lainnya. Sangat luas, bahkan ada pula kesempatan karir
untuk mereka yang memiliki pengalaman dan pelatihan profesional yang telah maju dalam
perencanaan sosial, pengorganisasian masyarakat, konsultan, supervisor, pengajar dan tutor,
peneliti, administrasi, dll.
Banyaknya jenis pekerjaan tersebut tentu saja dipengaruhi kekuatan-kekuatan global yang
mempengaruhi keseluruhan masyarakat dan menjadi faktor penting atas terjadinya fenomena dan
isu sosial yang ada di masyarakat. Kepekaan terhadap isu sentral globalisasi penting untuk dimiliki
para pekerja sosial. Hal itu juga dengan memperhatikan konteks lokal dalam pekerjaan sosial yang
bersifat global. Pekerjaan sosial perlu dipahami sebagai interaksi antara global dan lokal yang
memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri.
Beberapa hal yang bisa menjadi kekuatan pekerjaan sosial di dalam era globalisasi adalah
kemudahan akses secara global untuk memperoleh best practice model pekerjaan sosial yang baik
dan profesional. Model-model pekerjaan sosial yang ada di dunia dapat dicari dan didapatkan
sebagai inspirasi dan inovasi yang berharga dalam melakukan pekerjaan sosial di suatu daerah
tertentu. Pengkhususan keahlian yang diterapkan memungkinkan adanya berbagai model pekerjaan
sosial yang spesifik yang bisa dikembangkan atau dimodifikasi sesuai konteks masyarakat yang ada.
Mau tidak mau, praktek profesionalisme pekerjaan sosial perlu disesuaikan secara etis sesuai
dengan konteks lokal yang terdapat pada suatu masyarakat.
Pekerjaan sosial yang baik juga ditunjang dengan jaringan kerja dan kemitraan yang baik.
Globalisasi memungkinkan pengelolaan sistem pekerjaan sosial yang mengandalkan kekuatan dari
proses jaringan kemitraan tersebut. Hal itu bisa berjalan dengan baik seolah tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Kemampuan negosiasi dan komunikasi, kemampuan berpikir taktis dan strategis,
serta pengembangan sikap yang tidak ekslusif menjadi salah satu contoh yang perlu dikembangkan
dengan optimal selain kemampuan paling penting seorang pekerja sosial dalam melakukan
konsultasi. Jaringan kerja yang baik juga memberi peluang yang baik dalam memperluas pengaruh
pekerjaan sosial dan atau sebagai bagian dari proses advokasi untuk promosi isu kesejahteraan
sosial secara global. Jaringan kerja yang terstruktur, terorganisir dan berfokus pada kebutuhan
mendasar yang menjadi jaminan kesejahteraan sosial bisa terus dikembangkan secara terus
menerus. Secara sistematis, hal ini bisa memfasilitasi tercapainya tujuan-tujuan utama pekerjaan
sosial yang telah dikemukakan sebelumnya. Bahkan adanya peranan media di masa kini bisa
memberi dampak yang signifikan dalam membuat pekerjaan sosial lebih meluas secara efektif dan
efisien.
Pekerjaan sosial pada dasarnya memiliki peranan penting dan menguntungkan sebagai
profesi dan karir. Hanya saja masih terdapat hambatan-hambatan yang menghadang implementasi
pekerjaan sosial tersebut (Hokenstad, Khinduka dan Midgley, 1992)(4). Rendahnya profesionalisme
dan kualitas sumber daya bisa membuat terbatasnya peranan pekerjaan sosial dalam memecahkan
akar-akar masalah sosial. Contoh kasus, Suharto (2002) mengemukakan bahwa ‘di beberapa negara,
para pekerja sosial terlibat dalam memperjuangkan keadilan sosial, tetapi mereka seringkali
berhadapan dengan tekanan politik dan mengalami resiko pribadi. Selain itu, kebijakan-kebijakan
pemerintah dan struktur pelayanan sosial seringkali membatasi, ketimbang memperluas peranan
pekerja sosial.’ (5) Pekerjaan sosial juga terkait dengan banyaknya kebijakan-kebijakan global yang
belum tentu mengutamakan kepentingan yang mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan.
Hambatan tersebut sebenarnya dapat dihadapi dengan baik oleh pekerja sosial itu sendiri.
“Social work remains a creature of its own destiny,” (6) begitu pernyataan Hokenstad dan Midgley
(1992). Seorang pekerja sosial bersama masyarakat perlu melatih diri terkait tingkat kebijaksanaan
dan pemahaman pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Karir pekerjaan sosial sebagai profesi dan
pekerja sosial sebagai ahli dituntut untuk senantiasa kreatif, radikal, berani dan inovatif dalam
menghadapi berbagai tantangan. Profesi pekerjaan sosial juga bisa menempatkan posisi secara tepat
dalam merespon permasalahan sosial yang terjadi di era globalisasi. Intinya, jaminan proses
pekerjaan sosial merupakan teladan hidup yang harus dilakukan juga oleh para pekerja sosial itu
sendiri, jauh dari unsur-unsur kebohongan. Suatu hal yang didasari pemahaman menyeluruh bahwa
pekerjaan sosial merupakan suatu derajat yang mulia dalam kehidupan ini.

Referensi:
(1) Zastrow, Charles. 2008. Introduction to Social Work and Social Welfare – Empowering people.
Canada: Nelson Education, Ltd. (p.40-48)
(2) Zastrow, Charles. 2008. Introduction to Social Work and Social Welfare – Empowering people.
Canada: Nelson Education, Ltd. (p.48-50)
(3) Ife, Jim & Tesoriero Frank. 2006. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(4) Hokenstad M.C., Khinduka S.K., & Midgley, James. 1992. Profiles in International Social Work,
Washington D.C.: NASW Press.
(5) Suharto, Edi. 2002. “Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan: Mengkaji Peran Negara dalam
Kesejahteraan Sosial di Indonesia’ dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan
Sosial, Vol.7 No.4. (p.1-10)
(6) Hokenstad M.C., Khinduka S.K., & Midgley, James. 1992. Profiles in International Social Work,
Washington D.C.: NASW Press.

Anda mungkin juga menyukai