(Terjemahan dan Interpretasi Buku Introduction to Social Work and Social Welfare-
Empowering People, Bab 2, Karangan Charles Zastrow)
Deni Gumilang
Perkembangan Pendidikan Pekerjaan Sosial Sebagai Bagian dari Profesi dan Karir Pekerja Sosial
Pada awalnya, Zastrow (2) mengungkapkan bahwa periode tahun 1920 sampai tahun 1960,
sebagian besar pekerjaan sosial memakai model penanganan medis yang menilai dan mengubah
perilaku manusia. Pendekatan ini melihat klien sebagai seorang pasien yang diamati untuk
mengetahui sebab-sebab masalah si pasien dan bagaimana proses pengobatannya. Periode tahun
1960, pekerjaan sosial kemudian sudah memakai pendekatan sistem dalam memahami perilaku
manusia. Konsep dan perspektif sistem dikembangkan dalam sistem pekerjaan sosial yang
melibatkan elemen-elemen individu, kelompok, keluarga, organisasi, atau masyarakat. Konsep
sistem ini menjelaskan keutuhan dari suatu elemen-elemen tersebut. Peranan elemen-elemen
tersebut jauh lebih besar daripada jumlah keseluruhan bagian sistem itu yang berada terpisah-pisah.
Hubungan yang baik menimbulkan pola dan struktur yang sama pentingnya dengan proses sosial
yang baik yang dijalankan oleh elemen-elemen sistem itu sendiri. Konsep hemoestasis menunjukkan
perlunya keseimbangan untuk menjaga sistem dengan memperhatikan dan memelihara elemen-
elemen yang berperan dalam sistem tersebut.
Periode masa kini, model ekologis perilaku manusia menjadi bagian penting dari pekerjaan
sosial. Model tersebut menyelidiki faktor internal dan juga eksternal manusia karena meyakini
bahwa masalah yang dihadapi manusia merupakan hasil interaksi sosial manusia dengan
lingkungannya. Misalnya, model ekologis memandang individu, keluarga, dan kelompok kecil akan
memiliki masalah dan memerlukan ‘kebutuhan’ peralihan saat mereka bergerak dari satu level
kehidupan ke level kehidupan lainnya. seorang individu diasumsikan akan menghadapi banyak
perubahan ketika tumbuh menjadi lebih tua; keluarga juga mengalami peralihan kehidupan seperti
adanya proses pernikahan, kelahiran anak, proses menjadi orang tua, anak meninggalkan keluarga,
dsb. Kesadaran model ekologis akan membantu memberi tahu masalah dan kebutuhan yang
diperlukan untuk menjalankan kehidupan sosial tersebut dengan baik.
Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut mau tidak mau tidak berjalan dengan
sendirinya, tetapi memerlukan proses pendidikan yang profesional agar pekerjaan sosial bisa
menjadi profesi dan karir yang baik. Ife & Tesoriero (2006) mengungkapkan ‘maka sangat penting
bagi seorang pekerja (sosial) untuk menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi. Untuk alasan ini,
pendidikan—lebih baik daripada pelatihan—jauh lebih penting bagi seorang pekerja...’ (3).
Saat ini, kemajuan globalisasi juga dapat memberikan kemudahan akses teknologi dan
informasi memungkinkan adanya suatu pendidikan pekerjaan sosial yang baik dan profesional. Tentu
saja, hal itu seharusnya bisa meningkatkan keahlian untuk menjawab kebutuhan di masyarakat.
Contohnya manfaat pendidikan pekerjaan sosial yang sangat strategis adalah dengan terbukanya
peluang berbagai proses penelitian pekerjaan sosial dengan beragam metodologi yang hasil
penelitiannya tidak hanya bersifat searah, lebih akurat, relevan, serta bisa mempengaruhi hal yang
baik bagi kehidupan manusia. Penelitian pekerjaan sosial bisa menjadi hal yang amat berharga saat
hasil penelitian berhasil memberi dampak nyata bagi perbaikan kesejahteraan sosial di masyarakat.
Idealnya, pendidikan pekerjaan sosial diarahkan untuk memfasilitasi adanya pola pendidikan yang
menunjang tercapainya suatu sistem kesejahteraan sosial yang baik.
Konsekuensinya, pengembangan lembaga-lembaga pendidikan pekerjaan sosial perlu
ditingkatkan agar bisa berperan sebagai bagian yang melakukan proses pendidikan profesional dan
memfasilitasi profesi dan karir yang baik bagi para pekerja sosial. Hal tersebut bisa saja
meningkatkan pengaruh, dan pada akhirnya menunjukkan keterlibatan aktif lembaga-lembaga
pekerjaan sosial dalam lingkup wilayah atau negara agar dapat menjadi organisasi yang
diperhitungkan secara global. Program-program pendidikan tersebut jadinya perlu mencakup
perhatian terhadap isu-isu sosial yang berada di luar batas wilayah atau negaranya.
Referensi:
(1) Zastrow, Charles. 2008. Introduction to Social Work and Social Welfare – Empowering people.
Canada: Nelson Education, Ltd. (p.40-48)
(2) Zastrow, Charles. 2008. Introduction to Social Work and Social Welfare – Empowering people.
Canada: Nelson Education, Ltd. (p.48-50)
(3) Ife, Jim & Tesoriero Frank. 2006. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(4) Hokenstad M.C., Khinduka S.K., & Midgley, James. 1992. Profiles in International Social Work,
Washington D.C.: NASW Press.
(5) Suharto, Edi. 2002. “Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan: Mengkaji Peran Negara dalam
Kesejahteraan Sosial di Indonesia’ dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan
Sosial, Vol.7 No.4. (p.1-10)
(6) Hokenstad M.C., Khinduka S.K., & Midgley, James. 1992. Profiles in International Social Work,
Washington D.C.: NASW Press.