Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki logika untuk membedakan antara benar dan salah,
memiliki etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk, serta estetika
yang membedakan antara indah dan buruk yang semua ini akan digunakan
manusia dalam menjalani kehidupannya secara pribadi, antar sesama, dengan
alam sekitar dan dengan Sang Pencipta melalui ajaran agama. Agama
mengantarkan manusia kepada kebenaran dan filsafat membuka jalan bagi
manusia yang mencari kebenaran. Sedangkan ilmu pengetahuan pada
hakekatnya adalah kebenaran itu sendiri. Dengan demikian manusia selalu
mengembangkan diri dengan menuntut ilmu, dengan tujuan mencari tahu
rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri. Salah
satu cara untuk mengembangkan ilmu tersebut adalah dengan melakukan
penelitian
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan
erat dengan produk dan pelayan produk untuk kesehatan. Farmasi adalah ilmu
dan teknologi yang memanfaatkan senyawa kimia untuk digunakan terutama
pada upaya pemulihan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, serta
pencegahan dan penyembuhan penyakit. Senyawa kimia tersebut diperoleh
dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme, mineral, dan hasil sintetis.
Sebelum senyawa itu sampai ke tangan pemakai atau pasien dan digunakan
sebagai obat, keamanan dan khasiatnya harus benar-benar diperhatikan.
Senyawa kimia yang mampu memicu terjadinya aktifitas biologi didalam
organisme hidup itu dikenal sebagai senyawa aktif. Untuk menjamin hal ini
senyawa tersebut harus menjalani suatu rangkaian uji mengenai khasiat, daya
meracun, sifat kimia dan sifat fisikanya sehingga dapat ditentukan bentuk
sediaan obat apa yang paling tepat untuk diproduksi. Misalnya bentuk sediaan
tablet, kapsul, injeksi dan sebagainya. Senyawa aktif yang telah diizinkan
pihak berwenang untuk digunakan pada manusia atau hewan dengan tujuan
pencegahan, pengenalan, peredaan atau terapi suatu penyakit kemudian
disebut sebagai senyawa obat. Pada produksi dan distribusinya, pada proses
pembuatan obat itu selalu dilakukan pengawasan mutu untuk menjamin agar

1
obat itu sampai kepada pasien dengan mutu terjamin dan digunakan sesuai
petunjuk.
Di zaman sekarang ini seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kian pesat, ternyata ada pekerjaan tambahan
yang harus dilakukan oleh seorang farmasi. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah mewarnai pengembangan obat-obatan terutama dalam
bidang formulasi, teknologi produksi, dan teknik pengawasan mutu obat yang
telah melibatkan aplikasi peralatan dan metode yang semakin canggih dan
kompleks. Hal ini juga telah diikuti dengan perkembangan regulasi dalam
bidang kefarmasian, khususnya regulasi dalam bidang industri. Proses
globalisasi dalam berbagai dimensi kehidupan, juga berdampak terhadap
terjadinya globalisasi dalam bidang farmasi melalui harmonisasi pada tingkat
regional dan global. Menghadapi tantangan ini, dibutuhkan tenaga-tenaga
farmasis profesional yang memiliki bekal kemampuan untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi industri farmasi. Kemampuan yang dituntut
dari seorang farmasis oleh industri farmasi dewasa ini hanya dapat dipenuhi
melalui pemberian dasar keilmuan kefarmasian yang kokoh, yang difokuskan
pada aspek-aspek yang berhubungan dengan aspek produksi dan pengawasan
mutu obat.
Pekerjaan tersebut merupakan fungsi kontrol dan juga jaminan
terhadap kegiatan berupa pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusi atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian). Hal ini disebabkan oleh adanya tuntutan
kualitas dari masing-masing tahap pelayanan kefarmasian.
Oleh karena itulah secara garis besar fokus pekerjaan farmasi terbagi
menjadi dua bidang besar yaitu farmasi klinik dalam usaha pelayanan serta
farmasi industri dalam usaha riset serta produksi obat-obatan dengan kualitas
yang tinggi. Ditambah lagi akhir-akhir ini juga telah ada tuntutan untuk
menjamin kualitas dengan berkembangnya obat-obatan herbal yang
memerlukan kajian yang berbeda dari obat-obatan modern. Maka dari itu
seorang apoteker dan farmasi lainnya haruslah mau terbuka menerima ilmu-
ilmu yang baru serta spesifik untuk fokus dibidangnya, agar dapat saling
mendukung pekerjaan farmasi satu sama lain. Selain itu, seorang farmasi juga
harus mempunyai rasa keingin tahuan yang tinggi. Karena dengan rasa

2
keingin tahuan yang tinggi tersebut akan mendorong seorang farmasi untuk
melakukan penelitian ataupun riset-riset lainnya yang dengan tujuan
memperbaiki atau membenahi segala sesuatu yang berhubungan dengan
kefarmasian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan reseacher ?
2. Siapa yang harus memiliki sikap reseacher ?
3. Mengapa seorang farmasi harus mempunyai sikap reseacher ?
4. Bagaimana cara penerapan sikap reseacher ?
5. Kapan seorang farmasis dapat dikatakan memiliki sikap reseacher ?

C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelayanan farmasi, dan
adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi reseacher
2. Untuk mengetahui siapa yang harus memiliki sikap reseacher
3. Untuk mengetahui cara penerapan sikap reseacher
4. Untuk mengembangkan pengetahuan tentang reseacher

D. Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa mengembangkan pengetahuan tentang reseacher.
2. Agar mahasiswa farmasi mampu menerapkan sikap reseacher.
3. Agar mahasiswa mengetahui definisi reseacher.

3
BAB II
ISI

Profesi farmasi telah berkembang jauh sejak berabad-abad awal yang lalu.
Yang selalu berubah skenario di dunia farmasi telah menghasilkan tertentu yang
apoteker harus memenuhi, dalam rangka memberikan pelayanan farmasi kedudukan
tertinggi layanan untuk setiap pasien. Kriteria ini lebih berkaitan dengan apoteker di
rumah sakit dan pengaturan klinis. WHO memperkenalkan konsep Nine Stars
Pharmacist. Nine Stars Pharmacist adalah sebuah konsep penting dalam hal
pengaturan untuk apoteker untuk memberikan pelayanan farmasi dengan kualitas
terbaik kepada pasien, diantaranya :

1. Care-Giver
2. Decision-Maker
3. Communicator
4. Manager
5. Leader
6. Life long learner
7. Teacher
8. Researcher
9. Entrepreneur

Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di


bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain
yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari
pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan
profesi apoteker. Profesi apoteker ini merupakan salah satu profesi di bidang
kesehatan khususnya di bidang farmasi yang ditujukan untuk kepentingan
kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang dimaksud adalah mampu memberikan
jaminan bahwa mereka memberikan pelayanan, arahan atau bimbingan terhadap
masyarakat agar mereka dapat menggunakan sediaan farmasi secara benar. Sediaan
farmasi terutama obat bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman digunakan
tanpa keterlibatan tenaga profesional.

Berhubungan dengan hal itu, Makalah ini akan membahas tentang Nine Stars
Pharmacist poin ke-8 yaitu researcher. Researcher menurut kamus memiliki arti
penelitian, penyelidik, petugas riset, periset. Pengertian researcher adalah suatu
penyelidikan, pemeriksaan, pencermatan, percobaan yang membutuhkan ketelitian

4
dengan menggunakan metode / kaidah tertentu untuk memperoleh suatu hasil dengan
tujuan tertentu. Kegiatan Riset / Research meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif yang bertujuan
untuk memecahkan suatu masalah. Penelitian merupakan kegiatan dalam koridor
keilmiahan yang harus sesuai dengan bidang akademika / keilmuan. Yang didasarkan
pada objek pembahasan tertentu, kajian yang berlatar belakang keilmuan dari objek
tersebut, penggunaan fakta sebagai dasar kajian, penggunaan metode ataupun teknik-
teknik tertentu, terdapat hasil yang mempunyai dasar & terkaji, diperoleh dari
kesimpulan akhir.

Tetapi arti dalam dunia kefarmasian researcher adalah sikap yang harus
dimiliki oleh seorang farmasis dalam bidang kefarmasian adalah melakukan atau
melaksanakan penelitian terutama dalam penemuan dan pengembangan obat-obatan
dan aspek lainnya tentang kemajuan dunia kefarmasian. Seperti yang kita ketahui
bidang farmasi yang selalu dikait-kaitkan dengan pembuatan obat jadi menuntut
setiap farmasis dapat memiliki sikap researcher. Sehingga farmasis dapat meneliti
dan memperbaiki obat serta selalu memiliki atau mempunyai gagasan untuk bidang
kefarmasian. Lalu mengapa seorang farmasis harus mempunyai sikap researcher
karena farmasis tidak hanya dituntut untuk membuat obat dan melayani resep pasien
saja tetapi juga mempunyai tanggungan untuk memajukan bidang penelitian dan
tekhnologi dalam dunia farmasi yang dapat berguna dan bermanfaat untuk orang
lain.

Apoteker sebagai peneliti tidak hanya untuk akademisi. Banyak dari


penelitian berlangsung di tingkat akar rumput. Temuan penelitian dapat berdampak
pada semua sektor profesi farmasi. Sebuah perubahan budaya diperlukan dimana
apoteker melihat penelitian sebagai bagian inti dari praktek sehari-hari mereka yang
normal. Ada penelitian yang dimaksudkan untuk menuntut seorang farmasis lebih
banyak latihan guna membantu memenuhi profesinya.

Seorang apoteker dapat fokus ke dalam domain penelitian berkaitan dengan


pengembangan obat, obat rasional terapi, dan penemuan persiapan baru. Apoteker
memiliki peran penting dalam semua aspek penelitian biomedis, dari studi pra-klinis
untuk penelitian klinis. Asosiasi Kanada Apoteker (CPhA) mendefinisikan penelitian
praktik farmasi sebagai komponen kesehatan, penelitian layanan yang berfokus pada
penilaian dan evaluasi praktik farmasi. Selain itu, penelitian dilakukan oleh apoteker
dapat menjawab pertanyaan penting yang memfasilitasi perawatan pasien membaik
atau pelayanan, tanpa secara khusus memajukan praktik farmasi, tapi masih

5
berkontribusi terhadap literatur ilmiah. Apoteker sebagai seorang peneliti tentunya
terfokuskan dalam bidang farmasi industri. Peran apoteker sebagai seorang peneliti
dalam bidang farmasi industri contohnya sebagai Pengawas Mutu (Quality Control),
bagian pengawasan mutu (QC) bertanggung jawab penuh dalam seluruh tugas
pengawasan mutu mulai dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi. Selain itu juga berperan dalam Pemastian mutu (QA), bagian pemastian mutu
(QA) bertugas untuk memverifikasi seluruh pelaksanaan proses produksi, pemastian
pemenuhan persyaratan seluruh sarana penunjang produksi, dan pelulusan produk
jadi. Dalam hal ini, pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua
hal yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan, seperti personel,
sanitasi dan higiene, bangunan, sarana penunjang, dan lain-lain. Di bagian penelitian
dan pengembangan, baik untuk obat baru ataupun me too product, farmasis atau
apoteker berperan dalam menentukan formula, teknik pembuatan, dan menentukan
spesifikasi bahan baku yang digunakan, produk antara, dan produk jadi.
Pengembangan produk ini dilakukan mulai dari skala laboratorium, skala pilot,
hingga skala produksi. Di beberapa industri, bagian pengembangan produk juga
bertanggung jawab terhadap desain kemasan produk.

Berikut Rincian sikap ilmiah harus dimiliki seorang peneliti, adalah sebagai
berikut :

1. Sikap ingin tahu


Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Contohnya : “Mengapa demikian?
Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya”.
2. Jujur

Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.

3. Objektif

Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.

4. Memiliki kepedulian
Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti
yang baru.

6
5. Teliti
Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh
melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
6. Tekun
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi
masalah dalam penelitiannya.
7. Berani dan Santun
Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi.
8. Sikap kritis
Sikap kritis terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin
berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-
kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
9. Sikap terbuka
Sikap terbuka dapat dilihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak
diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
10. Sikap rela menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan
sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan
memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
11. Sikap berani mempertahankan kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan
lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan
teori atau dalil yang ada.
12. Sikap menjangkau ke depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang
disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

7
Maka jelas yang harus memiliki sikap researcher adalah setiap farmasis
ataupun calon farmasis baik yang telah lulus maupun yang sedang menuntut ilmu, di
tuntut untuk sama-sama memajukan ilmu kesehatan terutama dalam bidang
kefarmasian. Apoteker di semua pengaturan dapat terlibat lebih lengkap dalam
penelitian, dalam rangka meningkatkan hasil pasien dan lebih mengembangkan
profesi. Penelitian diperlukan dalam rangka untuk menginformasikan pengembangan
tenaga kerja, pendidikan dan praktek. Komunitas apoteker dapat memberikan
kontribusi yang signifikan untuk praktek farmasi. Inisiatif ini dapat mengambil
bentuk skala kecil proyek-proyek lokal yang mengidentifikasi kebutuhan pasien atau
mengevaluasi efektivitas layanan baru.

Hal ini tidak hanya manfaat kesehatan dari penduduk lokal tetapi data dan
temuan yang dihasilkan bisa digunakan untuk menginformasikan penelitian yang
lebih besar, akhirnya mempengaruhi lebih luas pengembangan layanan dan
pengembangan ilmu farmasi. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan
melakukan peneliatian untuk mencari data dan temuan obat penyakit tertentu yang
belum ada obatnya, mengoptimalkan penyembuhan obat dan mengembangkan
teknologi farmasi dan ilmu kefarmasian. Pada saat seorang farmasis mampu untuk
berkontribusi serta dapat mengamalkan ilmunya untuk masyarakat banyak, serta
dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kefarmasian
saat itu juga seorang farmasis dapat dikatakan memiliki sikap researcher.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap researcher adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang farmasis
dalam bidang penelitian dan pengembangan riset baik tentang obat-obatan maupun
teknologi kefarmasiannya.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

B. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca yang dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Anief, moh.1993. Farmasetika.Yogyakarta: Gajah Mada University press.


 Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta :
Gramedia.
 Farmasi Industri http://farmatika.blogspot.com/p/farmasi-
industri.html#ixzz4U6yGMBH8
 https://anggakusumah.com/tag/soal/
 https://ilmanapt.blogspot.co.id/2011/11/peranan-fungsi-dan-tugas-apoteker-
di.html
 Juniarto, Paradise. 2015. Prospek Kerja Jurusan Farmasi. Yogyakarta : EGC.
 Kurniawan, Arham. 2015 .Lulusan farmasi antara antara peluang dan
tantangan. Jakarta : Erlangga

10

Anda mungkin juga menyukai