Anda di halaman 1dari 11

Obat Gastrointestinal

Pengertian
1. Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di
dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada
proses pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun,
ketika lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat
menimbulkan sakit maag, dengan gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa,
dan perut kembung.
Antasida bekerja dengan menurunkan kadar asam di dalam lambung. Berdasarkan bahan
pembentuknya, obat ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

 Aluminium hidroksida
 Kalsium karbonat
 Magnesium karbonat
 Magnesium trisilikat
 Magnesium hidroksida

Masing-masing jenis antasida di atas pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Di beberapa
produk, antasida juga dicampurkan bahan lain, misalnya simethicone. Penggunaan antasida
akan lebih baik jika dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Merek dagang: Promag, Mylanta, Polysilane, Magtral, Antasida Doen, Gastran, Simeco,
Maag Gel, Konimag, Gastromag, Gestrig
Farmakokinetik

Farmakokinetik antasida bergantung pada kandungan obatnya.


Absorpsi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk kandungan Magnesium
hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang
terkontrol, dibandingkan dengan 15─30% pada pemberian dosis tinggi.
Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%. Makanan akan meningkatkan
absorpsi obat 10─30%. Onset kerja obat tergantung pada lamanya pengosongan
lambung. Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan puasa.
Apabila obat dikonsumsi satu jam setelah makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam
kemudian.
Distribusi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat. Untuk kandungan Magnesium dapat
ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar 1─2% didistribusikan kedalam cairan
ekstraseluler. Obat berikatan dengan protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan
Kalsium, obat berikatan dengan protein sebanyak 45%.
Eliminasi
Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah 50─300 mg per
hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine. Sedangkan obat
Antasida yang tidak dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.
MekanismeKerja
Antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorik, membentuk garam dan
air untuk mengurangi keasaman lambung. Enzim pepsin tidak aktif pada pH lebih tinggi dari
empat, maka penggunaan antasida juga dapat mengurangkan aktivitas pepsin (Finkel, 2009).
Obat ini juga memiliki efek pengurangan kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis
prostaglandin (Mycek,2001). Ada tiga cara antasida mengurangi keasaman cairan lambung,
yaitu pertama secara langsung menetralkan cairan lambung, kedua dengan berlaku sebagai
buffer terhadap hydrochloric acid lambung yang pada 20 keadaan normal mempunyai pH 1−2
dan ketiga dengan kombinasi kedua cara tersebut diatas. Antasida akan mengurangi
rangsangan asam lambung terhadap saraf sensoris dan melindungi mukosa lambung terhadap
perusakan oleh pepsin (Anwar, 2000). Zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia,
kemampuan menetralkan asam, kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan untuk
menetralkan asam suatu antasida tergantung pada kapasitasnya untuk menetralkan HCl
lambung dan apakah lambung dalam keadaan penuh atau kosong (makanan memperlambat
pengosongan lambung, memungkinkan antasida bekerja untuk waktu yang lebih lama). Oleh
karena hal tersebut efek antasida lebih baik jika dikonsumsi setelah makan (Mycek, 2001).
Antasida yang biasa digunakan adalah garam alumunium dan magnesium. Contoh seperti
alumunium hidroksida (biasanya campuran Al(OH)3 dan alumunium oksidahidrat) atau
magnesium hidroksida (MgOH2) baik tunggal ataupun dalam bentuk kombinasi. Garam
kalsium yang dapat merangsang pelepasan gastrin maka penggunanaan antasida yang
mengandung kalsium seperti pada Kalsium bikarbonat (CaCO3) dapat menyebabkan
produksi tambahan. Absorbsi natrium bikarbonat (NaHCO3) secara sistemik dapat
menyebabkan alkalosis metabolik sementara. Oleh karena hal tersebut, antasida tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang (Mycek, 2001).
Dosis
Dosis antasida yang diberikan sebanyak 3x500-1000 mg/hr (Kementrian Kesehatan RI,
2014). Antasida dapat diminum saat menjelang tidur, pagi hari dan diantara waktu makan
(Depkes, 2007). Obat ini memiliki 2 bentuk sediaan yaitu antasida DOEN I dan DOEN II.
Antasida DOEN I terdiri dari kombinasi alumunium hidroksida 200 mg dan magnesium
hidroksida 200 mg adalah tablet kunyah, sedangkan antasida DOEN II kombinasi dari
alumunium hidroksida 200 mg/5 ml dan magnesium hidroksida 200 mg/5 ml adalah suspensi
(Depkes, 2008).Golongan obat ini dalam pengkonsumsiannya memang harus dikunyah
terlebih dahulu, hal ini untuk meningkatkan kerja obat dalam menurunkan asam lambung
(Oktora, 2011).
InteraksiObat
Antasidadapatmenimbulkaninteraksijikadigunakanbersamaandenganobattertentu, di
antaranya:
Mengganggupenyerapantetrasiklin, penisilin, sulfanomida, digoxin, indometacin, naproxen,
phenylbutazone, quinidine, dan vitamin.
Meningkatkanpenyerapan vitamin C.
EfekSampingAntasida
Efeksampingantasida (antacid) jarangterjadi. Efeksampingpenggunaanobatinidapatberupa:

Diare
Perutkembung
Mualdanmuntah
Kramperut
Sembelit

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

 Gangguan percernaan seperti diare yang diakibatkan oleh tingginya kadar


Magnesium.
 Sebaliknya Antasida juga bisa menyebabkan sembelit akibat tingginya kadar
Aluminium.
 Antasida juga bisa menyebabkan gejala seperti hilang nafsu makan, lemah otot, dan
juga kelelahan, akibat dari rendahnya kadar fosfat dalam usus. Menurunnya kadar
fosfat adalah karena Alumunium dapat mengikat fosfat.
 Penggunaan Antasida jangka panjang juga bisa memicu osteoporosis. Hal ini terjadi
akrena Alumunium dalam Antasida dapat menurunkan jumlah kalsium dan fosfat
falam tulang yang merupakan mineral yang memiliki peran penting dalam kepadatan
tulang.

https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-cerna/antasida
http://digilib.unila.ac.id/16384/12/BAB%20II.pdf

2. Loperamide adalah obat untuk mengatasi diare, yang bekerja dengan memperlambat
gerakan saluran pencernaan, sehingga usus punya lebih banyak waktu untuk
menyerap cairan dan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.
Selain untuk diare, loperamide juga digunakan untuk mengurangi jumlah feses pada pasien
dengan ileostomy, yaitu pembuatan lubang baru pengganti anus (dubur) pada dinding perut,
yang dihubungkan dengan bagian akhir dari usus halus.
Merek obat: Colidium, Diadium, Imodium, Diasec, Lodia, Renamid, Lopamid.

Tentang Loperamide
Golongan Antidiare
Kategori Obat resep

Manfaat Mengobati diare

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak ≥ 2 tahun

Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan


adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
Kategori kehamilan dan
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
menyusui
terhadap janin.Loperamide belum diketahui dapat diserap ke
dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan
menggunakan obat ini tanpa memberi tahu dokter.

Bentuk obat Tablet

Peringatan:

 Hindari penggunaan Loperamide untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun.


 Mencegah dehidrasi dengan memenuhi asupan cairan yang cukup merupakan
penanganan utama diare pada anak, jangan berikan obat anti diare pada anak kecuali
atas anjuran dokter anak.
 Loperamide dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berakibat fatal bila
digunakan lebih dari dosis yang dianjurkan.
 Loperamide tidak dianjurkan diberikan pada pasien diare karena disentri, yaitu diare
yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau amoeba, serta mengakibatkan diare yang
disertai lendir, darah, dan nyeri perut.
 Hindari pemberian loperamide pada pasien dengan riwayat aritmia, gangguan
elektrolit, atau konstipasi.
 Hindari penggunaan loperamide yang dikombinasikan dengan obat yang juga
menimbulkan efek gangguan irama jantung, seperti antipsikotik, moxifloxacin,
dan methadone.
 Hindari menyetir dan mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi loperamide,
karena obat ini dapat menimbulkan kantuk atau pusing.
 Jika terjadi reaksi alergi dan overdosis setelah mengonsumsi loperamide, temui
dokter.

Dosis Loperamide
Kondisi Bentuk Obat Usia Dosis

Diawali 4 mg, dan diberikan


Diare akut Tablet Dewasa lagi 2 mg setiap kali BAB.
Maksimal 16 mg dalam sehari.
4-8 mg per hari, yang dibagi
ke dalam beberapa jadwal
Diare kronis Tablet Dewasa
konsumsi. Maksimal 16 mg
per hari.

Hentikan penggunaan loperamide pada kasus diare akut jika kondisi tidak membaik dalam 48
jam. Pada kasus diare kronis, hentikan konsumsi loperamide jika kondisi tidak membaik
hingga 10 hari.

Mengonsumsi Loperamide dengan Benar

 Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter
dalam mengonsumsi
 Konsumsi loperamide tiap setelah buang air besar, atau sebagaimana disarankan
dokter. Dosis yang diberikan tergantung pada kondisi pasien dan respons pasien pada
loperamide. Untuk pasien dewasa, dosis tidak boleh lebih dari 8 mg per hari, namun
bisa diberikan hingga 16 mg per hari jika dalam pengawasan dokter,
 Minum banyak air atau cairan yang mengandung elektrolit untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang. Konsultasikan pada dokter jika muncul gejala dehidrasi.
 Beri tahu dokter jika diare tidak membaik dalam 2 hari, atau jika kondisi memburuk.
Jika muncul gejala demam, terdapat darah dalam kotoran, atau nyeri perut, segera cari
pertolongan medis.

Interaksi Loperamide dengan Obat Lain


Berikut ini sejumlah interaksi yang mungkin dapat terjadi jika mengonsumsi loperamide
bersama dengan obat lainnya:

 Meningkatkan kadar obat dalam darah jika dikonsumsi bersama dengan ritonavir.
 Terganggunya penyerapan loperamide oleh tubuh jika dikonsumsi bersama
dengan cholestyramine. Beri jeda 2 jam di antara kedua obat ini.
 Berisiko mengurangi efek loperamide jika dikonsumsi bersama dengan
cisapride, metoclopramide, atau erythromycin.

Efek Samping Loperamide


Efek samping yang mungkin dapat timbul setelah mengonsumsi loperamide, antara lain
adalah:

 Konstipasi.
 Gangguan irama jantung.
 Pankreatitis.
 Mual.
 Pusing.
 Ruam.
 Perut kembung.
 Nyeri perut.
Farmakokinetik

Walaupun diserap dengan baik di intestinal, loperamide akan hampir seluruhnya diekstraksi
dan dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hepar.
Absorpsi
Loperamide diserap dengan baik di intestinal. [2] Bioavailabilitas loperamide adalah 0,3%.
Onset kerja adalah 1-3 jam, dengan durasi 41 jam. Waktu puncak plasma sediaan kapsul
adalah 5 jam, sedangkan untuk sediaan likuid adalah 2,5 jam.
Metabolisme
Metabolisme loperamide terjadi di hepar dan melibatkan sitokrom P450, terutama CYP3A4.
Di liver, loperamide dikonjugasikan, dan hasil konjugasinya diekskresikan di empedu.
Karena proses ini, sebagian kecil loperamide dapat dideteksi di darah.
Eliminasi
Ekskresi loperamide dan metabolitnya kebanyakan terjadi melalui feses. Waktu paruh
eliminasi berkisar antara 7-14 jam.

https://www.alodokter.com/loperamide
https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-cerna/antispasmodik-dan-
antidiare/loperamide/farmakologi
3. Laktulosa adalah obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sulit buang
air besar. Obat ini bekerja dengan mengalirkan cairan ke usus sehingga membuat
tinja menjadi lebih lunak dan mudah untuk dikeluarkan. Selain itu, laktulosa juga
digunakan untuk menangani dan mencegah ensefalopati hepatikum, atau kelainan
pada otak (seperti perubahan kepribadian dan gangguan mental) yang disebabkan
adanya penyakit liver. Penggunaan obat ini harus dengan anjuran dokter.
Merek dagang: Lactofid, Lactulax, Pralax, Graphalac, Constuloz, Lactulose, Opilax,
Lacons, Constipen, Duphalac, Dulcolactol

Tentang Laktulosa
Golongan Obat pencahar (laksatif)

Kategori Obat resep

 Mengatasi konstipasi atau sembelit.


Manfaat  Menangani dan mencegah ensefalopati hepatikum.

Dikonsumsi oleh Dewasa dan Anak-anak


Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
Kategori kehamilan
wanita hamil.Laktulosa belum diketahui diserap ke dalam ASI atau
dan menyusui
tidak. Bagi ibu menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
berkonsultasi dengan dokter.

Bentuk obat Sirop

Peringatan:

 Hindari penggunaan laktulosa bila memiliki gangguan dalam mencerna gula


(galaktosemia).
 Hati-hati dalam menggunakan laktulosa bila sedang atau pernah menderita diabetes
dan gangguan elektrolit.
 Pasien yang menerima laktulosa selama lebih dari 6 bulan, harus melakukan
pemeriksaan keseimbangan elektrolit secara rutin.
 Hindari mengombinasikan laktulosa dengan obat-obatan laksatif lain.
 Beri tahu dokter mengenai semua obat-obatan lain yang tengah dikonsumsi, terutama
obat-obatan antibiotik.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi laktulosa, segera temui
dokter.

Dosis Laktulosa

Kondisi Usia Dosis

Dosis awal adalah 15-30 ml per hari, dalam dosis tunggal


Dewasa atau dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 45 ml per hari jika dibutuhkan.
Konstipasi
Usia 1 bulan-1 tahun: 2,5 ml, dua kali sehari.Usia 1-5
Anak-anak tahun: 5 ml, dua kali sehari.Usia 5-10 tahun: 10 ml, dua kali
sehari.Usia 10-18 tahun: 15 ml, dua kali sehari.

90-150 ml per hari, dibagi ke dalam 3 jadwal konsumsi.


Ensefalopati
Dewasa Sesuaikan dosis hingga mudah buang air besar, setidaknya
hepatikum
sebanyak 2-3 kali sehari.

Mengonsumsi Laktulosa dengan Benar


Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk yang tertera pada kemasan dalam mengonsumsi
laktulosa.
Laktulosa dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Obat ini juga dapat dicampurkan
dengan jus, susu, atau kudapan. Biasanya, efek akan mulai terasa setelah 1-2 hari obat
dikonsumsi.
Obat ini tersedia dalam bentuk sirop. Gunakan takaran yang sudah tersedia pada kemasan
obat atau yang diberikan dokter. Hindari mengonsumsi obat menggunakan takaran lain atau
sendok rumah, karena dosis dapat berubah dan tidak sesuai dengan yang diresepkan.
Interaksi Obat
Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi laktulosa bersama dengan
obat lain:

 Mengurangi efektivitas laktulosa, jika digunakan dengan obat maag yang


mengandung alumunium dan magnesium hidroksida, serta antibiotik neomycin.
 Mengubah kadar laktulosa, jika digunakan dengan obat-obatan pencahar lainnya
(misalnya gliserol).

Kenali Efek Samping dan Bahaya Laktulosa


Efek samping yang mungkin dapat muncul setelah mengonsumsi laktulosa:

 Dehidrasi
 Hipokalemia
 Mual dan muntah
 Kram perut
 Kembung
 Aktivitas usus yang berlebih
 Diare

MekanismeKerjaLaksatif
Mekanismepencahar yang sepenuhnyamasihbelumjelas,
namunsecaraumumdapatdijelaskansebagaiberikut :
a. Sifathidrofilikatauosmotiknyasehinggaterjadipenarikan air denganakibatmassa,
konsistensi, dan transit fesesbertambah.
b.
Laksatifbekerjasecaralangsungataupuntidaklangsungpadamukosakolondalammenurun
kan absorbs NaCldan air
c. Laksatifjugadapatmeningkatkanmotilitasususdenganakibatmenurunnya absorbs
garamdan air yang selanjutnyamengubahwaktu transit feses.
https://www.alodokter.com/laktulosa
https://books.google.co.id/books?id=BftFTitO30AC&pg=PA528&lpg=PA528&dq=farm
akokinetik+laksatif&source=bl&ots=hCCdYRHT0-&sig=ACfU3U2k61R2DT-fK7t02-
2p_Nyh3e8VFg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjbwJC37K7gAhUMqY8KHSuTCgMQ6
AEwA3oECAcQAQ#v=onepage&q=farmakokinetik%20laksatif&f=false
UROGENITAL
Papaverine
1. Papaverine adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot-otot polos, sehingga
juga dapat membuat pembuluh darah melebar dengan melemaskan otot polos pada
dinding pembuluh darah. Otot polos merupakan otot yang tidak dapat dikontrol
gerakannya, seperti pada pembuluh darah dan organ dalam yang berongga, misalnya
lambung, usus, atau kandung kemih.
Obat ini umumnya digunakan untuk menangani sejumlah kondisi akibat ketegangan otot
polos yang dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah, serta keluhan nyeri dada atau kram
perut.

Merek dagang: Gastromag, Papaverine, Papaverin HCL, Spasmal, Spasminal

Tentang Papaverine
Golongan Vasodilator

Kategori Obat resep

Manfaat Melemaskan otot polos

Digunakan oleh Dewasa

Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya


efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
Kategori kehamilan
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Belum
dan menyusui
diketahui apakah papaverine dapat diserap ke dalam ASI atau tidak.
Pada ibu menyusui, konsultasikan kepada dokter sebelum
mengonsumsi papaverine.

Bentuk Kapsul, tablet, suntik

Peringatan:

 Harap berhati-hati dalam menggunakan papaverine jika sedang atau pernah menderita
gangguan hati, glaukoma, gangguan irama jantung, atau penyakit Parkinson.
 Sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat, karena
papaverine bisa menyebabkan rasa kantuk atau pusing.
 Hentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat lain, termasuk obat resep, obat bebas,
produk herba, atau suplemen.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi papaverine, segera
temui dokter.

Dosis Papaverine
Dosis tablet papaverine untuk orang dewasa: 100-300 miligram sebanyak tiga sampai lima
kali dalam satu hari.
Untuk papaverine tablet jenis pelepasan lambat: 150 miligram tiap 12 jam. Dosis bisa
ditingkatkan menjadi 150 miligram tiap delapan jam atau 300 miligram tiap 12 jam.
Dosis suntikan papaverine: 30-65 miligram selama satu sampai dua menit. Jika dibutuhkan,
dosis bisa ditingkatkan menjadi 120 miligram. Suntikan bisa dilakukan kembali tiap tiga jam.

Menggunakan Papaverine Dengan Benar


Ikuti petunjuk pada kemasan obat dan anjuran dokter saat mengonsumsi papaverine. Jangan
menambah atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Untuk tablet pelepasan lambat, papaverine disarankan untuk ditelan secara utuh tanpa
menghancurkan atau mengunyahnya di dalam mulut.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan
untuk mengonsumsi papaverine pada jam yang sama setiap hari.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi papaverine, disarankan untuk segera melakukannya
begitu ingat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah
dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Untuk papaverine dalam bentuk suntikan, pemberiannya hanya dilakukan oleh dokter.
Interaksi Obat
Penggunaan obat berikut mungkin menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan jika
dikonsumsi dengan papaverine, antara lain:

 Meningkatkan efek mengantuk bila digunakan dengan morfin.


 Dapat mengurangi efektivitas levodopa.

Efek Samping Papaverine


Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping papaverine yang
umumnya terjadi, antara lain:

 Mengantuk
 Sakit kepala
 Lemas
 Ruam kulit
 Berkeringat
 Wajah memerah
 Mual
 Nyeri lambung
 Nafsu makan menurun
 Diare
 Konstipasi.

Farmakokinetika
Elemen aktif dengan cepat dan hampir sepenuhnya terserap dalam metode administrasi
apapun.

Begitu berada di dalam sistem peredaran darah, zat tersebut disintesis dengan protein plasma
(90%), yang memungkinkannya menembus melalui histohematological barrier. Proses
biotransformasi terjadi di hati.

Waktu paruh berlangsung dalam 30-120 menit (angka yang lebih akurat ditentukan oleh jenis
elemen pelengkap obat). Ekskresi sebagian besar terjadi melalui ginjal - dengan kedok
produk peluruhan.

https://www.alodokter.com/papaverine
https://id.iliveok.com/health/papaverin_128522i15828.html

Anda mungkin juga menyukai