Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu standar kompetensi matematika kelas IV SD yang
ditetapkan pemerintah adalah menjumlahkan dan mengurangkan bilangan
bulat (BSNP: 2006). Untuk mencapai pemahaman dan penguasaan dalam
operasi bilangan bulat tidaklah mudah, sampai saat ini masih banyak siswa
yang merasa kesulitan dalam memahami dan menguasai operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Pembelajaran yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar tersebut sudah dilakukan guru dengan
menjelaskan ulang materi tersebut dilengkapi dengan pemberian tugas.
Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam materi operasi
bilangan bulat.
Dalam penelitian Ugi, Djadir, dan Darwis (2015: 40) menemukan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal operasi campuran bilangan bulat adalah pada faktor
ketidaktahuan siswa dalam menggolongkan tingkatan setiap operasi
(penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian), kesalahan siswa
dalam mengoperasikan (menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan dan
membagi) soal matematika, dan ketidakteraturan langkah-langkah pengerjaan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Sedangkan menurut Astawa,
Suarjana, dan Murda (2016: 2) kekeliruan siswa yang umumnya terjadi di
dalam proses pengerjaan operasi bilangan bulat yaitu siswa lebih banyak
menghafal bukan memahami konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian, sehingga apabila anak lupa dengan hafalan maka akan terjadi
salah dalam perhitungan.
Salah satu tujuan diajarkannya matematika di SD adalah memahami
konsep matematika bukan menghafal. Dari uraian di atas banyak faktor yang
mungkin menyebabkan rendahnya kemampuan matematika siswa. Faktor-
faktor tersebut dapat berasal dari dalam atau dari luar diri siswa. Faktor dari
dalam diri siswa dapat berupa motivasi, kemampuan intelektual siswa, minat,

16
bakat, dan sebagainya. Faktor dari luar, prestasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, keluarga, guru, teman, alat belajar, dan
sebagainya. Rendahnya kemampuan matematika siswa dapat dilihat dari
penguasaan siswa terhadap materi. Oleh karena itu, adanya
kesalahankesalahan tersebut perlu diidentifikasi sehingga dapat dicari faktor-
faktor yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika dan selanjutnya dapat ditentukan alternatif pembelajaran untuk
memperbaiki kesalahan tersebut sehingga kesalahan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dapat teratasi.
Selain kesalahan-kesalahan yang disebutkan di atas, tidak menutup
kemungkinan masih terdapat kesalahan-kesalahan lain yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung campuran bilangan bulat.
Sementara pembelajaran operasi hitung campuran bilangan bulat di sekolah
dasar idealnya harus tuntas karena kemampuan ini selanjutnya akan
dimanfaatkan dalam banyak topik matematika lanjutan. Untuk itu analisis
kesalahan secara mendetail dibutuhkan agar kesalahan-kesalahan siswa dan
faktor-faktor penyebabnya dapat diketahui lebih jauh untuk membantu
mengatasi permasalahan tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas analisis
masalah-masalah yang di alami siswa kelas IV SD pada materi operasi
bilangan bulat beserta alternatif pemecahan masalahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakan karakteristik siswa kelas IV SD ?
2. Bagaimana mengoperasikan bilangan bulat ?
3. Apakah masalah yang dialami siswa kelas IV SD pada materi operasi
bilangan bulat? Bagaimana cara melakukan pemecahannya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik siswa kelas IV SD.
2. Untuk mengetahui cara mengoperasikan bilangan bulat.
3. Untuk mendeskripsikan permasalahan yang dialami siswa kelas IV SD
pada materi operasi bilangan bulat serta cara melakukan pemecahannya.

D. Manfaat Penulisan
1. Memberi pengetahuan mengenai karakteristik siswa kelas IV SD

16
2. Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai masalah-masalah
yang dialami siswa kelas IV SD dalam belajar matematika khususnya
operasi hitung bilangan bulat.
3. Dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan dari permasalahan yang ada.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Siswa Kelas IV SD


Siswa kelas IV SD merupakan anak yang berada pada rentang usia
antara 9 sampai 10 tahun. Anak-anak yang berada dalam rentang usia ini

16
memiliki karakteristik seperti halnya anak-anak yang berada dalam rentang
usia yang lain. Karakter yang dimiliki masing-masing anak dalam hal ini
siswa, akan membentuk kepribadian dan perilaku khas yang akan mewarnai
kegiatan pembelajaran di kelas.
Piaget (Sagala, 2013: 27-28), mengungkapkan bahwa terdapat empat
tahapan perkembangan intelektual anak, yaitu: (1) sensori motor (rentang
usia 0 sampai 2 tahun), (2) praoperasional (rentang usia 2 sampai 7 tahun),
(3) operasional konkret (rentang usia 7 sampai 11 tahun), dan (4)
operasional formal. Pernyataan tersebut serupa dengan teori perkembangan
berfikir anak yang disampaikan oleh Syafri (2016: 18). Ia membagi tahapan
kemampuan berpikir anak menjadi empat tahapan yang meliputi: (1) tahap
sensori motorik yang terjadi sejak lahir sampai dengan 2 tahun, (2) tahap pra
operasional yang terjadi pada usia 2 tahun sampai 7 tahun, (3) tahap
operasional konkret yang terjadi pada usia 7 tahun sampai dengan 11 tahun,
dan (4) tahap operasional formal yang terjadi pada usia 11 tahun dan
seterusnya (Syafri, 2016: 18).
Siswa kelas IV SD berusia antara 9 sampai dengan 10 tahun sehingga
termasuk dalam tahap operasional konkret. Menurut Piaget (Sagala, 2013:
27) pada tahap operasional konkret, anak berpikir secara rasional, yang
berarti anak menerapkan operasi-operasi logis pada berbagai masalah
konkret. Operasi-operasi tersebut berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Piaget (Ngalimun, 2016: 33) juga mengungkapkan bahwa proses berpikir
yang masih tergantung pada hal-hal konkret merupakan ciri pada tahap
operasional konkret.
Sementara itu, Buhler membagi lima fase perkembangan, yaitu fase
pertama (0-1 tahun), fase kedua (2-4 tahun ), fase ketiga (5-8 tahun), fase
keempat (9-11 tahun), dan fase kelima (14-19 tahun). Siswa kelas IV SD
rata-rata berusia antara 9-10 tahun, yang berarti masuk dalam fase keempat
(9-11 tahun). Pada fase ini, anak menyukai kegiatan penyelidikan,
percobaan, dan eksperimen, yang didorong oleh keinginan menyelidik dan
rasa ingin tahu yang besar (Sobur, 2003: 131-135).

16
Mencermati uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
siswa pada jenjang pendidikan kelas IV SD, yang merupakan anak dengan
rentang usia 9 sampai 10 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret
yang masih berpikir secara rasional, tergantung pada hal-hal konkret dan
terkait pada pengalaman seseorang. Selain itu, pada rentang usia ini anak
senang untuk menyelidik, mencoba, bereksperimen dan mempunyai rasa
ingin tahu yang besar.

B. Operasi Bilangan Bulat


1. Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat atau himpunan bilangan bulat merupakan
gabungan dari himpunan bilangan asli, himpunan bilangan asli negatif
dan bilangan nol. (https://alewoh.com/bilangan-bulat-dan-
operasinya.php)
Bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan asli dengan
bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol. Bilangan bulat juga
dapat diartikan sebagai gabungan antara bilangan negatif dan bilangan
cacah. (Wahyudi, 2014: 140)
Bilangan bulat anggotanya terdiri dari bilangan positif, bilangan
negatif dan bilangan nol.
Himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, ......}
Himpunan bilangan cacah = {0, 1, 2, 3, 4, .....}
Himpunan bilangan bulat = {....., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ......}.
Bilangan bulat jika ditunjukkan pada garis bilangan menjadi
sebagai berikut.

Jadi bilangan bulat itu terdiri dari bilangan bulat positif {1,2,3,...},
bilangan nol {0} dan bilangan bulat negatif {-1, -2, -3, ....}.

16
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bilangan bulat adalah:
1) Pengertian negatif satu (-1) harus dibedakan dengan pengertian
tanda “ –“. Pengertian -1 dibaca negatif 1 adalah menunjukkan
kedudukan bilangan -1 pada garis bilangan di sebelah kiri titik
pangkal nol (0), Sedangkan pada 3-1, tanda “ –“ berarti operasi,
dibaca “tiga ikurangi satu”.
2) Perhatikan garis bilangan pada bilangan bulat di atas. Terlihat
bahwa 2 lawan bilangannya -2, sedangkan -1 lawan bilangannya 1,
dan seterusnya. Dua bilangan ikatakan saling berlawanan
apabiladua bilangan ini dijumlahkan menghasilkan nol (0).

2. Operasi Hitung Bilangan Bulat


Menurut Nurmiyati, (2014: 15) terdapat empat macam operasi
utama yang berlaku pada bilangan bulat. Operasi yang dimaksud adalah
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Makalah ini
akan membahas tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
a. Pemahaman Konsep Penjumlahan Bilangan Bulat
Konsep penjumlahan bilangan bulat sering disebut
penjumlahan bilangan bulat saja. Menjumlah berarti
menggabungkan dua bilangan atau lebih. Di dalam
mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat sering digunakan
tanda (+) dan tanda (-). Sebagaimana telah dikenal, tanda (+) atau
(-) pada suatu bilangan merupakan petunjuk akan kedudukan dari
bilangan itu pada suatu garis bilangan terhadap 0 atau titik pangkal.
Untuk menjelaskan konsep penjumlahan bilangan bulat kepada
siswa, langkah yang paling mudah adalah menggunakan alat
peraga berupa garis bilangan. Adanya bilangan bulat positif dan
negatif memungkinkan terjadinya penjumlahan bilangan bulat
dalam bentuk:
1) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif,
misalnya 3 + (-4). Penyelesaian operasi penjumlahan bilangan bulat
tersebut dapat menggunakan garis bilangan.

16
2) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif misalnya
-3 + 4.
3) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif,
misalnya -4 + (-7).
Konsep penjumlahan bilangan bulat memiliki beberapa sifat yang
penting untuk ditemukan sendiri oleh siswa, sifat-sifat tersebut menurut
Darhim, dkk (1991: 281-284) adalah sebagai berikut.
1) Sifat Tertutup
Penjumlahan bilangan bulat dengan bilangan bulat yang lain akan
menghasilkan bilangan bulat kembali. Aturan ini yang seringkali disebut
sebagai aturan sifat tertutup dari operasi pejumlahan bilangan bulat.
2) Sifat Pertukaran
Contoh sifat ini adalah bahwa, a+b = a+b apabila a dan b bilangan bulat.
Siswa dapat memahami sifat ini dengan menjumlahkan sembarang
bilangan bulat yang mereka pilih. Kemudian setelah siswa dapat
menyebutkan hasilnya, siswa diminta untuk menukarkan pasangan
penjumlahan dua bilangan tadi. Apabila hasilnya sama maka sifat ini
memang terbukti.

3) Sifat Pengelompokan
Sifat pengelompokan menerangkan bahwa, (a+b) + c = a+ (b+c) apabila a,
b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat. Untuk setiap tiga bilangan bulat
jumlahnya tidak akan berubah. Sekalipun bilangan pertama dan kedua
dilakukan penjumlahan terlebih dahulu atau bilangan kedua dan ketiga.
4) Sifat bilangan nol
Sifat bilangan nol dapat ditunjukkan apabila terjadi penjumlahan
sembarang bilangan bulat dengan bilangan nol. Bilangan nol adalah
merupakan unsur identitas dari setiap bilangan bulat untuk operasi
penjumlahan. Setiap bilangan bulat apabila dijumlahkan dengan nol maka
akan didapat hasil yang sama dengan bilangan itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep penjumlahan bilangan bulat adalah kemampuan untuk menguasai
konsep penjumlahan bilangan bulat dengan benar, sehingga dapat

16
menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan operasi penjumlahan bilangan bulat.
b. Pemahaman Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Konsep pengurangan bilangan bulat merupakan materi yang harus
dipelajari dan dipahami oleh siswa. Pengurangan merupakan salah satu bentuk
operasi hitung yang ada pada bilangan bulat. Secara umum, jika a+b = c, maka
yang dimaksud dengan b = c-a adalah bilangan yang jika ditambahkan ke a
menghasilkan c. Proses mencari b ini dinamakan pengurangan. Pengurangan
bilangan bulat dapat diartikan sebagai penambahan dengan lawan bilangan
pengurangannya. Untuk memahami konsep pengurangan bilangan bulat dapat
menggunakan garis bilangan. Adanya bilangan bulat positif dan negatif
memungkinkan terjadinya pengurangan bilangan bulat dengan bentuk:
1) Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, misalnya
2-5. Untuk menyelesaikan operasi pengurangan tersebut memungkinkan
siswa dapat menggunakan garis bilangan sehingga mudah untuk
menemukan hasilnya.
2) Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif,
misalnya 4 - (-6).
3) Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif,
misalnya -3 – 4.
4) Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif,
misalnya -4 – (-7).
Pemahaman konsep pengurangan bilangan bulat diperlukan siswa
untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bilangan bulat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
pengurangan bilangan bulat adalah kemampuan untuk menguasai konsep
pengurangan bilangan bulat dengan benar, sehingga dapat menggunakan
konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi
pengurangan bilangan bulat.

C. Masalah-masalah yang Dihadapi Siswa serta Pemecahannya


Pembelajaran matematika di sekolah dasar khususnya tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tidak secara maksimal dipahami

16
oleh siswa. Masih terdapat siswa yang belum memahami konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar
matematika akan menimbulkan banyak kesalahan yang dilakukan, khususnya
dalam setiap masalah matematis. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
tersebut memerlukan peran dan perhatian yang lebih dari guru. Guru perlu
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan tersebut sehingga dapat dicari faktor-faktor
yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika
dan selanjutnya dapat dicarikan solusinya. Masalah-masalah yang dihadapi oleh
siswa secara umum yaitu siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal-soal tentang operasi hitung bilangan bulat, terutama kesalahan dalam
menyelesaikan urutan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat serta membedakan
tanda “+” atau “ – “ sebagai operasi hitung dengan tanda “+” atau “ – “ sebagai
jenis suatu bilangan. Berikut akan dijelaskan masalah-masalah yang muncul
dalam pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Permasalahan-permasalahan ketika peserta didik mengerjakan soal
diantaranya:
1. 5 + (-3) = ...
Jawaban yang benar adalah 2
Sedangkan jawaban peserta didik yang menjawab salah diantaranya
5 + (-3) = 8
5 + (-3) = -8
2. -12 + 6 = ...
Jawaban yang benar adalah -6
Sedangkan jawaban peserta didik yang menjawab salah diantaranya
-12 + 6 = -18
-12 + 6 = 6
3. 8 + (-10) = ...
Jawaban yang benar adalah 2
Sedangkan jawaban peserta didik yang menjawab salah diantaranya
8 + (-10) = 18
8 + (-10) = 2
4. -6 – 8 = ...
Jawaban yang benar adalah -14
Sedangkan jawaban peserta didik yang menjawab salah diantaranya
-6 - 8 = -2
-6 - 8 = 2

16
Contoh kesalahan jawaban tersebut hanya pada menjumlahkan atau
mengurangi saja serta kesalahan hanya pada tanda positif atau negatif tetapi akan
berimbas pada prestasi peserta didik.
Penyebab dari permasalahan tersebut yaitu:
1. Peserta didik kurang teliti dalam menjawab
2. Peserta didik masih kebingungan dalam menentukan operasi apa yang
akan digunakan.
3. Peserta didik masih kebingungan tanda positif atau negatif dari suatu
jawaban.
Dari penjelasan masalah di atas, solusi yang diterapkan yaitu pemahaman
konsep operasi hitung pada bilangan bulat yang baik. Agar pemahaman konsep
operasi hitung bilangan bulat peserta didik baik, maka diperlukan model
pembelajaran tertentu. Salah satu model yang dapat memudahkan pemahaman
siswa serta membantu siswa untuk menemukan sendiri konsep penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat yaitu dengan model Quantum Teaching. Dalam
Quantum Teaching terdapat kerangka rancangan TANDUR yang mampu
meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.dengan kerangka rancangan TANDUR siswa diajak untuk menemukan
sendiri konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Langkah awal yang
guru lakukan dalam pembelajaran adalah menyajikan permasalahan sehari-hari
yang sering dijumpai siswa. Untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep
tersebut, guru menghadirkan alat peraga berupa garis bilangan, mobil-mobilan,
dan keping warna. Alat peraga ini nantinya dapat digunakan sebagai sarana untuk
menemukan konsep penjumlahandan pengurangan bilangan bulat.
Berikut akan dijelaskan aplikasi penerapan model Quantum Teaching dalam
pemecahan soal-soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan alat
peraga keping warna.
1. -5 + -3 = ....
Peragaan:
a. Tempelkan tiga keping warna putih seperti gambar berikut

16
b. Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus diambil adalah
tiga keping warna cokelat, sedangkan yang ada adalah lima keping
warna putih. Yang harus dilakukan adalah menempelkan lagi tiga
keping warna putih dan tiga keping warna cokelat.

c. Keluarkan tiga keping warna cokelat

dikeluarkan

d. Tersisa delapan keping warna putih, berarti negatif 8


Jadi, -5 + (-3) = -8

2) -12 + 6 = ....
Peragaan:
a. Tempelkan 12 keping warna coklat dan 6 keping warna putih seperti
gambar berikut

b. Pasangkan satu persatu keping warna coklat dan putih, yang memiliki
pasangan dikeluarkan dari kotak.

dikeluarkan

16
c. Sisa tinggal 6 keping warna cokelat, jadi jawabannya adalah -6
Jadi, -12 + 6 = -6

3. 8 + (-10) = ….
Peragaan:
a. Menempelkan delapan keping warna coklat dan sepuluh keeping warna
putih.

b. Pasangkan satu persatu keping warna coklat dengan putih, yang punya
pasangan dikeluarkan.

dikeluarkan
c. Tersisa dua keping warna putih, berarti negatif dua.
Jadi, 8 + (-10) = -2

4. -6 – 8 = ….
Peragaan:
a. Menempelkan delapan keping warna putih seperti gambar berikut

b. Pengambilan belum dapat dilakukan karena yang harus diambil adalah


delapan keping warna coklat, sedangkan yang ada adalah enam keping
warna putih. Yang harus dilakukan adalah memasukkan lagi delapan
keping warna putih dan delapan keping warna coklat.

16
c. Keluarkan delapan keping warna coklat.

dikeluarkan

d. Tersisa empat belas keping warna putih, berarti negatif 14.


Jadi, -6 – 8 = -14

BAB 3

PENUTUP

16
A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam


pembelajaran matematika tentang bilangan bulat banyak masalah yang
dihadapi siswa. Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa secara umum yaitu
siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang
operasi hitung bilangan bulat, terutama kesalahan dalam menyelesaikan urutan
pengerjaan operasi hitung bilangan bulat serta membedakan tanda “+” atau “ –
“ sebagai operasi hitung dengan tanda “+” atau “ – “ sebagai jenis suatu
bilangan.

Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan


menanamkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat yang baik. Salah satu
model yang dapat memudahkan pemahaman siswa serta membantu siswa
untuk menemukan sendiri konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yaitu dengan model Quantum Teaching. Dalam Quantum Teaching
terdapat kerangka rancangan TANDUR yang mampu meningkatkan
pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.dengan
kerangka rancangan TANDUR siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

B. SARAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan momok


bagi sebagian besar siswa. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang memahami
konsep pembelajaran matematika. Seorang pendidik hendaknya mampu
menanamkan kosep dengan baik. Yaitu dengan menerapkan model dan media
yang sesuai terhadap usia serta pokok bahasan atau konsep yang diajarkan.
Sehingga, banyaknya problematika dalam pembelajaran matematiknya dapat
diminimalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

16
Ngalimun, dkk. (2015). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo

Sagala, S. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Syafri, F.S. (2016). Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Tajuk Entri Utama

Ahmad, Sopandi. 2013. Pengertian bilangan bulat. Diunduh dari


https://alewoh.com/bilangan-bulat-dan-operasinya.php pada tanggal 04
September 2017 pukul 17.30 wib.

Wahyudi. (2014). Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar 1 (Untuk Guru dan


Calon Guru SD). Surakarta: UNS Press

16

Anda mungkin juga menyukai