PENDAHULUAN
2.2 Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk
meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Atau suatu cara untuk mengumpulkan
data atau memperoleh informasi degan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber
atau otoritas.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika
tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.
Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan
wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman
tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak
kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-
sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang
diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden,
baik yang menyenangkan atau tidak.
Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai
responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan
pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara
harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Bersikap sopan santun, wajar, dan ramah.
Dahulukan pertanyaan yang ringan dan sederhana.
Bertanya dengan kalimat yang jelas, dan sesuai dengan topik wawancara.
Hindari pertanyaan yang bersifat pribadi.
Jangan menyela narasumber, apabila sedang berbicara.
Selesai wawancara ucapkan terimakasih.
2.3 Berpidato
Berpidato dalah aktivitas yang dilakukan sesorang untuk mengungkapkan, ide, gagasan,
pikaran, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Atau juga sebuah kegiatan
berbicara di depan umum atau berorientasi guna menyatakan pendapatnya, memberikan
gambaran, tentang suatu hal.
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
Menyampaikan informasi atau pemahaman kepada orang lain (informatif).
Menghibur atau menyenagkan hati pendengar, sehingga orang lain senang dengan ucapan yang
disampaikan (rekreatif).
Meyakinkan pendengar (argumentatif).
Membunjuk atau mempengaruhi pendengar (persuasif).
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika berpidato, atau berbicara di depan
umum agar tidak minder (nervous) diantaranya :
Fokus pada materi yang dibicarakan.
Menguasai materi.
Tidak perlu intermezzo dan lain-lain, kecuali jika perlu.
dalam berpidato atau tampil berbicara di depan umun, naskah pidato penting untuk menunjang
kelancaran dalam menyampaikan materi pidato.
Kriteria berpidato yang baik
Pidato yang saklik, yaitu apabila memiliki obyektivitas dan unsur-unsur yang mengandung
kebenaran. Saklik berarti pula adaa hubungan antara yang serasi antara isi pidato dan
formulasinya.
Pidato yang jelas, yaitu pembicara harus memilih ungkapan dan susunan kalimat yang jelas untuk
menghindari salah pengertian.
Pidato yang hidup, untuk menghidupkan pidati dapat menggunakan gambar, cerita pendek, atau
kejadian-kejadian yang relevan sehingga memancing perhatian pendengar.
Pidato yang memilki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Hendaknya dalam berpidato tujuan
harus sering di ulang dalam rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang
merah selama mendengar.
Suatu pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian akan sangat membosankan.Oleh
karenan itu kejadian demi kejadian itu di ungkapkan dalam gaya bahasa klimaks.
Pidato yang dibatasi, orang tidak boleh membeberkan segala soal dalam suatu pidato, harus
dibatasi pada satu atau dua soal yang tertutup saja. Sebab pidato yang terlalu luas akan menjadi
dangkal.
Pidato yang mengandung humor, humor dalam berpidato itu perlu, hanya saja tidak boleh terlalu
banyak. Humor itu dapat menghidupkan pidato sehingga memberi kesan yang tak terlupakan
oleh pendengar.
2.4 Mendongeng
Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita khayalan yang banyak mengadung pesan moral.
Dongeng biasanya di ceritakan secara lisan dan turun-temurun.
Sebelum berdongen, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan
Pertama kita hurus memilih cerita yang bagus, menarik, dan energik, supaya yang mendengar ikut
bersemangat mendengarnya.
Memahami isi cerita dengan baik.
Menyukai cerita tersebut, sehingga secara emosional akan terlibat.
Belajar improvisasi, baik melalui gerak atau mimik muka, suara, ataupun alat peraga.
Sesuaikan dengan waktu yang tersedia, sehingga tidak terkesan di ulur-ulur atau tergesa-gesa.
Perhatikan cara bercerita suatu, gerakan tubuh atau mimik muka
Improvikasikan karakter: jiwai isi cerita.
Ajaklah pemirsa untuk antusias.
Dalam penutup pemirsa di ajak kembali mengingat alur cerita.
Di akhir cerita, pesan yang ingin disampaikan diulas tetapi jangan terlalu menggurui. Ambil
hikmah atau moral cerita.
Diakhir cerita, sangat penting untuk menunjukkan perubahan ke mana tokoh protagonisnya
dibawa. Pemirsa harus puas bahwa akhir cerita terasa “pas” dan tepat
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpukan bahwa :
1. Berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian
pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri).
2. Unsur-unsur berbicara
pembicara
lawan bicara (penyimak)
lambang (bahasa lisan)
pesan, maksud, gagasan, atau ide
3. Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Atau suatu cara untuk mengumpulkan data atau
memperoleh informasi degan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau otoritas.
4. Berpidato dalah aktivitas yang dilakukan sesorang untuk mengungkapkan, ide, gagasan,
pikaran, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Atau juga sebuah kegiatan
berbicara di depan umum atau berorientasi guna menyatakan pendapatnya, memberikan
gambaran, tentang suatu hal.
5. Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita khayalan yang banyak mengadung pesan moral. Dongeng
biasanya di ceritakan secara lisan dan turun-temurun.
6. Pembawa acara atau pranataacara, atau biasa yang disebut master of ceremony yang di singkat
MC adalah orang yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin acara dalam panggung
pertunjukan, hiburan, pernikahan, dan acara-acara sejenis.
3.2 Saran
Berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting, karena berbicara merupakan sarana
utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Kegiatan berbicara didalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua
arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan menyimak yang
didalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan.
Jadi kemampuan dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan (berkomunikasi)
harus di kembangkan dan di ajarkan dengan baik.