Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

b. Keterampilan Membina Hubungan Baik dengan Klien


Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi
interpersonal/konseling dan dasar dari proses pemberian bantuan. Dengan adanya hubungan
yang baik akan menciptakan keterbukaan dari klien terhadap bidan. Hubungan yang baik
akan memudahkan klien memahami saran bidan sehingga mau mengikutinya. Klien merasa
lebih puas dan akan kembali lagi untuk memeriksaan diri ke bidan.

c. Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan


Dalam membina hubungan baik terdapat sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan
seorang bidan yaitu dapat menerapkan SOLER dalam melakukan komunikasi dengan klien.
SOLER merupakan singkatan dari :

S : face your clients Squarely (menghadap ke klien) dan smile/ nod at client (senyum/
mengangguk ke klien)
O : Open and non-judgemental facial expressions (ekspresi muka menunjukkan sikap
terbuka dan tidak menilai)
L : Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E : Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata atau tatap mata sesuai cara
dan budaya setempat)
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)

Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat/tidaknya seseorang.Suara


yang keras, mengebu-gebu, kurang menunjukkan kehangatan dibandingkan dengan volume
dan intonasi suara yang lembut, tidak terlalu keras.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu konseling agar hubungan baik
lebih mantap yaitu :
1. Menunjukkan tanda perhatian verbal
Tanda perhatian verbal yang dimaksud adalah kata-kata pendek atau ungkapan kata yang
singkat seperti : hemm…, ya, lalu, oh ya, terus, begitu, ya dan pengulangan kata-kata
penting yang diucapkan oleh klien.
2. Menjalin kerjasama
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik
dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling bidan selalu berusaha
bekerja sama dengan klien.
3. Memberikan respon yang positif : pujian, dukungan.
a. Memberi pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan atau kekaguman sehingga
mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan terhadap usaha yang telah
dilakukan klien dengan baik. Misalnya memuji klien, menunjukkan bahwa bidan
menghargai perhatian klien terhadap kesejahteraan dirinya.
b. Memberikan dukungan maksudnya memberi dorongan, kepercayaan dan harapan.
Bidan mengungkapkan kata-kata agar klien menyadari kemampuannya dalam
mengatasi masalah dan membantu klien mengatasi masalahnya. Misalnya,
mengemukakan alternative yang bisa diharapkan, menekankan hal baik yang telah
mereka lakukan, dan perlu dilanjutkan, seperti mengatakan kepada klien bahwa
dengan datang ke Polindes berarti mereka telah menolong diri mereka sendiri
(Tyastuti, 2009).
Contoh perilaku atau respon positif bidan yang mendukung terciptanya hubungan
baik, menimbulkan perasaan nyaman pada klien misalnya :
1) Bersalaman dengan ramah
2) Mempersilakan duduk
3) Bersabar
4) Tidak menginterupsi / memotong pembicaraan klien
5) Menjaga kerahasiaan klien
6) Tidak melakukan penilaian
7) Mendengarkan dengan penuh perhatian
8) Menanyakan alasan kedatangan klien
9) Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik
dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling bidan selalu
berusaha bekerjasama dengan klien. Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal
pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya.

C. Mendengar Aktif
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena : (1) menunjukkan kepedulian,
(2) merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor, (3)
menimbulkan situasi yang mengajarkan, (4) klien membutuhkan gagasan-gagasan baru.
1. Keterampilan Mendengar
Dalam komunikasi interpersonal dan konseling (KIP/ K) terdapat 4 bentuk mendengarkan
yang bisa kita gunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :
a. Mendengar pasif (diam); dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan
masalahnya: berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal
atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk
memberi kesempatan menenangkan diri.
b. Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal, seperti: hmm, yaa, lalu, oh begitu,
terus… atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara lain sewaktu
klienberbicarapanjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi; dilakukan bila konselor
ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misalnya :
“Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami ?”
“Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?”.
d. Mendengar aktif; yaitu dengan memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan
dan perasaan klien.
Melakukan refleksi yang tepat dan menghargai perasaan klien merupakan hal yang
perlu dan penting dalam proses konseling. Sebelum klien siap dan mau mengatakan
situasinya, mendengarkan pilihan-pilihan, dan mengambil keputusan yang tepat
berdasarkan informasi, klien terlebih dahulu harus percaya bahwa konselor
mendengarkan dan mengerti akan perasaannya, kepentingan klien dan keperhatiannya.
1) Refleksi isi atau paraphrasing adalah menyatakan kembali atau pesan klien dengan
menggunakan kata-kata lain, memberi masukan pada klien tentang inti ucapan yang
baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
2) Refleksi perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh
konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal
yang tersirat dari kata-kata verbal klien. Contoh:
Klien: “tiap hari saya selalu disibukkan dengan pekerjaan rumah, mengurus anak,
dalam keadaan hamil seperti ini saya ingin minta bantuan suami untuk mengerjakan
pekerjaan rumah, tetapi apakah suami saya mau. Karena suami saya sering
mengatakanbahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan, padahal
semestinya tidak begitu kan , Bu ? namanya berumahtanggakan harus sama-sama,
apalagi saya sedang hamil begini, yak an Bu?”
Bidan: “ibu merasa kesal dengan sikap suami yang tidak membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dalam keadaan hamil seperti sekarang ini!”
Penelitian tentang interaksi klien-bidan menunjukkan bahwa hanya satu per
tiga dari yang diucapkan bidan bersifat mendorong klien untuk berbicara. Sebagian
besar bersifat netral (ucapan yang membantu arus informasi klien dengan bidan,
tetapi tidak mendorong partisipasi aktif klien), dan sering kali bidan memotong
pembicaraan klien, memutuskan informasi yang penting yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan. Ucapan-ucapan yang demikian tidaklah
menunjukkan rasa hormat kepada klien, bahkan klien merasa tidak
nyaman.Keterampilan mendengarkan membutuhkan latihan secara terus menerus.
Meringkas pokok-pokok utama dari hal-hal yang diucapkan orang lain adalah
latihan yang baik untuk keterampilan mendengarkan (Wulandari, 2012).

2. Tips dalam mendengar aktif:


a. Terima klien apa adanya. Hargai klien sebagai individu yang berbeda dari individu
lainnya
b. Dengarkan apa yang dikatakan oleh klien dan juga bagaimana ia mengatakan hal itu.
Perhatikan intonasi suara, pemilihan, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan tubuh.
c. Tempatkan diri pada posisi klien selama mendegarkan
d. Kadang-kadang lakukan mendengarkan pasif (diam). Beri waktu pada klien untuk
berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan klien.
e. Dengarkan klien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda lakukan
selanjutnya.
f. Lakukan pengulangan/refleksikan apa yang anda dengar, sehingga bidan klien paham
g. Duduk menghadap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang mengganggu, tatap
dan perhatikan klien.
h. Tunjukkan tanda perhatian verbal (hmmm, yaaa, lalu, terus, oh begitu) dan nonverbal
(sesekali mengangguk) (Tyastuti, 2009).

D. Keterampilan Bertanya
1. Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah :
a. Mendorong klien untuk berbicara
b. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien
c. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien
d. Memperoleh informasi
e. Memberikan suatu arahan percakapan terhadap klien

2. Jenis pertanyaan
a. Pertanyaan tertutup
1) Menghasilkan jawaban “ya“ atau “tidak“ yang berguna untuk mengumpulkan
informasi yang faktual.
2) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses
pengambilan keputusan.
3) Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang
bersangkutan dengan pertanyaan saja.
Contoh: “apakah ibu senang dengan kehamilan anak ketiga ini?”
“apakah suami ibu menerima kehamilan ibu yang ketiga ini?”
“berapa jumlaah anak ibu?”
“apakah ibu pernah mengalami keguguran?”

Kelemahan pertanyaan tertutup :


1) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses
pengambilan keputusan.
2) Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang
bersangkutan dengan pertanyaan saja.
3) Tidak mendorong seseorang untuk berbicara bebas.
4) Membatasi pilihan-pilihan jawaban seseorang dan mengekangnya untuk
memperluas jawabannya dan berbicara jauh.

b. Pertanyaan terbuka
1) Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “bagaimana“ atau “apa“.
2) Kegunaan untuk mempelajari perasaan, kepercayaan, dan pengetahuan klien.
3) Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang
memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.
4) Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan
intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.
5) Mendorong untuk mengembangkan jawaban, melanjutkan pembicaraan, dan
mengarahkan pada masalah terpenting, sehingga dapat muncul informasi-
informasi yang tidak diduga dari jawaban klien. Contoh :
“bagaimana perasaan ibu dengan kehamilan anak ketiga ini?”
“bagaimana perasaan dan pendapat suami dengan kehamilan ibu yang
ketiga ini?”

E. Bertanya Efektif
Tips dalam bertanya yang efektif antara lain:
1. Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban
2. Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
3. Ajukan pertanyaan satu persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong
4. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti: dan, lalu,
selanjutnya, maksudnya?
5. Bila menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, jelaskan mengapa hal tersebut ditanyakan.
6. Hindari penggunaan kata tanya; mengapa, karena kemungkinan klien merasa disalahkan
7. Ajukan pertanyaan dengan berbagai cara bila klien belum paham
8. Hindari pertanyaan yag mengarahkan
9. Gunakan pertanyaan yang terbuka, karena lebih efektif daripada pertanyaan tertutup
(Wulandari, 2012).

F. Bentuk – Bentuk Komunikasi


1. Komunikasi Interpersonal (Antarpribadi)
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi
Antar Pribadi (Interpersonal Communication) yaitu komunikasi yang terjadi di antara
satu individu dengan individu yang lain (Littlejohn, 1999).Hal ini dapat mencakup
semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi
nonverbal, dan banyak lagi.
Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal :
a. Berada dalam jarak yang dekat.
b. Mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal
maupun nonverbal.
c. Informal
d. Tanpa terencana
e. Efek yang ditimbulkan bisa (kognisi  penambahan wawasan, pengetahuan, Afektif 
sikap, psikomotorik  perubahan perilaku / perilaku baru), karena dalam bentuk face
to face atau langsung.

2. Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Intrapribadi)


Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung dalam diri
seseorang. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam
proses internal yang berkelanjutan.

3. Komunikasi Massa (Mass Communication)


Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan
media massa, baik cetak (Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi).
Ciri-ciri komunikasi massa :
a. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
b. Komunikator memiliki keahlian tertentu.
c. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana.
d. Khalayak yang dituju heterogen dan anonym.
e. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan.
f. Ada pengaruh yang dikehendaki.
g. Dalam konteks sosial terjadi saling mempengaruhi antara media dan kondisi
masyarakat serta sebaliknya.
h. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya)
tidak bersifat pribadi.

4. Komunikasi Kelompok (Group Communication)


Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang
dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Ciri-ciri komunikasi Kelompok :
a. Jumlah lebih dari dua orang.
b. Formal/Informal.
c. Terencana.

Anda mungkin juga menyukai