Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
S : face your clients Squarely (menghadap ke klien) dan smile/ nod at client (senyum/
mengangguk ke klien)
O : Open and non-judgemental facial expressions (ekspresi muka menunjukkan sikap
terbuka dan tidak menilai)
L : Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E : Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata atau tatap mata sesuai cara
dan budaya setempat)
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
C. Mendengar Aktif
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena : (1) menunjukkan kepedulian,
(2) merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor, (3)
menimbulkan situasi yang mengajarkan, (4) klien membutuhkan gagasan-gagasan baru.
1. Keterampilan Mendengar
Dalam komunikasi interpersonal dan konseling (KIP/ K) terdapat 4 bentuk mendengarkan
yang bisa kita gunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :
a. Mendengar pasif (diam); dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan
masalahnya: berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal
atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk
memberi kesempatan menenangkan diri.
b. Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal, seperti: hmm, yaa, lalu, oh begitu,
terus… atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara lain sewaktu
klienberbicarapanjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi; dilakukan bila konselor
ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misalnya :
“Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami ?”
“Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?”.
d. Mendengar aktif; yaitu dengan memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan
dan perasaan klien.
Melakukan refleksi yang tepat dan menghargai perasaan klien merupakan hal yang
perlu dan penting dalam proses konseling. Sebelum klien siap dan mau mengatakan
situasinya, mendengarkan pilihan-pilihan, dan mengambil keputusan yang tepat
berdasarkan informasi, klien terlebih dahulu harus percaya bahwa konselor
mendengarkan dan mengerti akan perasaannya, kepentingan klien dan keperhatiannya.
1) Refleksi isi atau paraphrasing adalah menyatakan kembali atau pesan klien dengan
menggunakan kata-kata lain, memberi masukan pada klien tentang inti ucapan yang
baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
2) Refleksi perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh
konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal
yang tersirat dari kata-kata verbal klien. Contoh:
Klien: “tiap hari saya selalu disibukkan dengan pekerjaan rumah, mengurus anak,
dalam keadaan hamil seperti ini saya ingin minta bantuan suami untuk mengerjakan
pekerjaan rumah, tetapi apakah suami saya mau. Karena suami saya sering
mengatakanbahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan, padahal
semestinya tidak begitu kan , Bu ? namanya berumahtanggakan harus sama-sama,
apalagi saya sedang hamil begini, yak an Bu?”
Bidan: “ibu merasa kesal dengan sikap suami yang tidak membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dalam keadaan hamil seperti sekarang ini!”
Penelitian tentang interaksi klien-bidan menunjukkan bahwa hanya satu per
tiga dari yang diucapkan bidan bersifat mendorong klien untuk berbicara. Sebagian
besar bersifat netral (ucapan yang membantu arus informasi klien dengan bidan,
tetapi tidak mendorong partisipasi aktif klien), dan sering kali bidan memotong
pembicaraan klien, memutuskan informasi yang penting yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan. Ucapan-ucapan yang demikian tidaklah
menunjukkan rasa hormat kepada klien, bahkan klien merasa tidak
nyaman.Keterampilan mendengarkan membutuhkan latihan secara terus menerus.
Meringkas pokok-pokok utama dari hal-hal yang diucapkan orang lain adalah
latihan yang baik untuk keterampilan mendengarkan (Wulandari, 2012).
D. Keterampilan Bertanya
1. Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah :
a. Mendorong klien untuk berbicara
b. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien
c. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien
d. Memperoleh informasi
e. Memberikan suatu arahan percakapan terhadap klien
2. Jenis pertanyaan
a. Pertanyaan tertutup
1) Menghasilkan jawaban “ya“ atau “tidak“ yang berguna untuk mengumpulkan
informasi yang faktual.
2) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses
pengambilan keputusan.
3) Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang
bersangkutan dengan pertanyaan saja.
Contoh: “apakah ibu senang dengan kehamilan anak ketiga ini?”
“apakah suami ibu menerima kehamilan ibu yang ketiga ini?”
“berapa jumlaah anak ibu?”
“apakah ibu pernah mengalami keguguran?”
b. Pertanyaan terbuka
1) Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “bagaimana“ atau “apa“.
2) Kegunaan untuk mempelajari perasaan, kepercayaan, dan pengetahuan klien.
3) Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang
memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.
4) Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan
intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.
5) Mendorong untuk mengembangkan jawaban, melanjutkan pembicaraan, dan
mengarahkan pada masalah terpenting, sehingga dapat muncul informasi-
informasi yang tidak diduga dari jawaban klien. Contoh :
“bagaimana perasaan ibu dengan kehamilan anak ketiga ini?”
“bagaimana perasaan dan pendapat suami dengan kehamilan ibu yang
ketiga ini?”
E. Bertanya Efektif
Tips dalam bertanya yang efektif antara lain:
1. Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban
2. Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
3. Ajukan pertanyaan satu persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong
4. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti: dan, lalu,
selanjutnya, maksudnya?
5. Bila menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, jelaskan mengapa hal tersebut ditanyakan.
6. Hindari penggunaan kata tanya; mengapa, karena kemungkinan klien merasa disalahkan
7. Ajukan pertanyaan dengan berbagai cara bila klien belum paham
8. Hindari pertanyaan yag mengarahkan
9. Gunakan pertanyaan yang terbuka, karena lebih efektif daripada pertanyaan tertutup
(Wulandari, 2012).