Anda di halaman 1dari 14

TUTORIAL KLINIK

URETRITIS GONOREA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Kulit dan Kelamin
RS Bethesda pada Program Pendidikan Dokter
Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusunoleh:
Angela Anjelina Cita (42170145)
Alfonsus Aditya Lodjing (42170146)
Ervinda Rivantyas Putri (42170147)

Pembimbing:
dr. FajarWaskita, Sp.KK (K), M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
LAPORAN PEMERIKSAAN PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : NR
Usia : 32 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pekerja swasta
Kunjungankeklinik : 17-09-2018

II. Anamnesa
Keluhan Utama
Nyeri di lubang penis

Riwayat penyakit sekarang


Nyeri di penis sejak 3 bulan yang lalu, keluar cairan berwarna putih keruh dari lubang
penis. Cairan tersebut menetes keluar dari lubang penis. Cairan tidak berbau. Pasien
mengatakan nyeri ketika BAK, dan terasa panas pada ujung penis. Pasien tidak
mengeluhkan adanya gatal pada penis. Pasien menyangkal sudah menikah dan
pasien menyangkal bila pernah melakukan hubungan seksual. Demam (-). Nyeri
pinggang (-). Nocturia (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Disangkal.

Riwayat penyakit Keluarga


Disangkal.

Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
Gaya Hidup
Makan 3 kali sehari, dengan menu sayur dan buah yang seimbang.
Merokok (+)
Minum beralkohol (-)

III. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis. E4 V5 M6
Gizi :
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7oC
Nadi : 82 x/menit
RR : 16 x/menit

Kepala dan Leher : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Pembesaran
limfonodi (-), nyeri tekan limfonodi (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Thoraks :

Paru-paru
 Inspeksi : Ketinggalan gerak napas (-), massakulit (-), jejas (-)
 Palpasi : Nyeritekan (-), fremitus baik (kanandankirisama),
pengembangan dada simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, tidak ditemukan suara
Perkusi redup
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea midclavikularis sinistra
 Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea para sternalis dextra
Batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : SIC V linea midklavikularis sinistra
 Auskultasi : Suara S1/S2 murni-reguler, murmur (-), gallop (-), S3/S4 (-)
Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-), massa (-), terlihat bekas operasi pada bagian pubis
pasien
 Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal pada keempat kuadran abdomen
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Supel, defens muskular (-), nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Ekstremitas :
 Ekstremitas kanan atas
Inspeksi : Perubahan warna (-), deformitas (-), luka (-), edema (-),
bula (-)
Palpasi : Akral hangat, nyeri tekan (-), krepitasi (-), nyeri
gerak (-), nadi teraba normal, capillary refill time < 2
Movement : Gerakan aktif normal
Gerakan pasif normal
 Ekstremitas kiri atas
Inspeksi : Perubahan warna (-), deformitas (-), jejas (-), edema (-),
bula (-)
Palpasi : Akral hangat, krepitasi (-), nadi teraba normal, capillary
refill time < 2
 Ekstremitas kanan bawah
Inspeksi : Perubahan warna (-), deformitas (-), jejas (-), edema (-),
bula (-)
Palpasi : Akral hangat, krepitasi (-), nadi teraba normal, capillary
refill time < 2
 Ekstremitas kiri bawah
Inspeksi : Perubahan warna (-), deformitas (-), jejas (-), edema (-),
bula (-)
Palpasi : Akral hangat, krepitasi (-), nadi teraba normal, capillary
refill time <2
Status lokalis
Terdapat edema dan ektropion pada meatus uretra disertai discharge kekuningan.

IV. Diagnosis Banding


 Uretritis non gonorea
 Trikomoniasis

V. Pemeriksaan penunjang
Pengecatan gram :
DGNE : +4
DGNI : +3
Leukosit PMN : +4

VI. Diagnosis Kerja


Uretritis gonorea

VII. Tatalaksana
 R/ Cefixime 400 mg SD
s.u.c.

VIII. Edukasi
 Abstinentia
 Be faithful
 Comdom
 No Drugs
IX. Prognosis
 Quo ad Vitam : Bonam
 Quo ad Fungsionam : Bonam
 Quo ad sanationam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Uretritis gonorea adalah infeksi purulen membran mukosa uretra yang sisebabkan oleh
neisseria gonoreae.

II. Etiopatogenesis

Kuman gonokok (group neisseria) dan tahan asam.. Pada pewarnaan dengan
menggunakan gram, bakteri ini bersifat gram negatif, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan suhu di atas 39oC.

Secara morfologi, gonokok terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 memiliki pili yang
bersifat virulen, sedangkan tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non virulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulan reaksi radang. Daerah yang paling
sering terinfeksi adalah daerah dengan epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

III. GejalaKlinis
Neisseria gonorrhoae hanya dapat ditemukan pada manusia. Kuman ini paling sering
menyerang permukaan mukosa dengan epitel kolumner yaitu organ genital (utama), namun
dapat pula menyerang faring dan rektum. Infeksi kuman ini pada pria sering menyebabkan
uretritis. Masa inkubasi kuman ini rata-rata 2-5 hari. Gejala yang sering muncul pada
uretritis adalah urethral discharge atau kencing nanah dan disuria. Uretritis menyebabkan
uretra menjadi bengkak, merah, hangat pada perabaan dan terasa nyeri. Pada saat berkemih,
penderita akan merasakan nyeri dan rasa seperti terbakar yang berlebih. Uretritis yang tidak
segera diterapi akan menyebabkan tanda dan gejala yang muncul bertambah berat dan
memuncak dalam waktu 2 minggu.

Pada pemeriksaan tampak Orifisium Uretra Eksternum hiperemis, edema dan ektropion.
Dapat ditemukan adanya discharge mukopurulen dari orifisium uretra eskterna orifisium
uretra eskterna yang kadang disertai darah dan nyeri saat ereksi. Pada beberapa kasus dapat
ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening inguinal media unilateral atau bilateral.

IV. Diferent diagnosis


Uretritis non gonorea
Merupakan infeksi menular seksual berupa peradangan pada uretra yang disebabkan oleh
kuman non spesifik. Uretritis non gonore banyak ditemukan pada orang dengan keadaan
sosial ekonomi rendah, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang lebih tinggi. Uretritis non
gonore adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular seksual yang paling banyak mengenai
pria, tapi dalam proporsi kasus yang signifikan (20%-50%), patogennya tidak teridentifikasi.
Ada banyak penyebab terjadinya UNG. Berikut ini akan dijabarkan mengenai etiologi dan
patogenesis dari UNG.
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG adalah Chlamydia trachomatis, tapi juga
dapat disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, dan Mycoplasma
genitalium. Ureaplasma urealyticum telah terdeteksi lebih sering dan jumlah yang banyak
pada laki-laki dengan uretritis non gonokokkus nonchlamydia, khususnya laki-laki dengan
UNG nonchlamydia episode pertama.
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex virus dan Adenovirus.
Virus Herpes Simplex dan adenovirus hanya berperan kecil dalam kejadian kasus UNG.
Golongan parasit yang bisa menjadi penyebab adalah Trichomonas vaginalis. Parasit ini
merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi pada
wanita menyebabkan timbulnya keputihan yang berbau, berwarna kuning kehijauan, disertai
pruritus, eritema, dan dispareunia. Pada pria seringkali asimtomatis, keluhan yang muncul
berupa sekret uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan frekuensi berkemih yang lebih
sering. Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis. Trofozoitnya
bertransmisi dari orang ke orang melalui hubungan seksual. Transmisi nonseksual penyakit ini
jarang. Kejadian infeksi asimtomatis setinggi 50% pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi
biasanya asimtomatis dan juga self-limiting; karenanya diagnosis sering susah ditegakkan.
Ada juga dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen sekret alat
urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada pemeriksaan sekret
UNG tersebut ternyata steril dan pemberian obat antihistamin dan kortikosteroid mengurangi
gejala penyakit.
Gambaran klinis pada laki-laki
Pada laki-laki, gejala dapat timbul biasanya setelah 1-3 minggu hari setelah kontak
seksual. Keluarnya sekret uretra merupakan keluhan yang sering dijumpai, berupa lendir yang
jernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum ialah waktu pagi hari atau morning drops,
tetapi bisa juga berupa bercak di celana dalam. Disuria merupakan salah satu keluhan yang
banyak dijumpai dan sangat bervariasi dari rasa terbakar sampai tidak enak pada saluran
kencing waktu mengeluarkan urin. Tetapi keluhan disuria tidak sehebat pada infeksi gonore.
Keluhan gatal pada saluran uretra mulai dari gatal yang sangat ringan dan terasa hanya pada
ujung kemaluan. Sebagai akibat terjadinya uretritis, timbul perasaan ingin buang air kecil.
Bila infeksi sampai pars membaranasea uretra, maka pada waktu muskulus sfinkter uretra
berkontraksi timbul pendarahan kecil. Selain itu timbul perasaan ingin buang air kecil pada
malam hari atau nokturia. Keluhan lain yang jarang ialah adanya perasaan demam dan
pembesaran kelenjar getah bening inguinal yang terasa nyeri.
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan
eritem, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali atau kadang-
kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita. Sekret umumnya serosa, seromukous,
mukous, dan kadang bercampur dengan pus. Kalau tidak ditemukan sekret bisa dilakukan
pengurutan saluran uretra yang dimulai dari daerah proksimal sampai distal sehingga mulai
nampak keluar sekret. Kelainan yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada
uretritis gonore.
Uretritis non gonore.

Gambaran klinis pada wanita


Pada wanita, gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan. Bila ada keluhan
berupa duh tubuh genital yang kekuningan, sering ditemukan pada pemeriksaan wanita yang
menjadi pasangan pria dengan UNG. Pada pemeriksaan klinik genital dapat ditemukan
kelainan serviks, misalnya terdapat eksudat serviks mukopurulen atau erosi serviks.

Uretritis non gonorea pada wanita dengan ektopi, sekret,


dan perdarahan.

Trikomoniasis
Trikonomiasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas Vaginalis. Parasit ini sering menyerang wanita, namun pada pria dapat terinfeksi
dan ditularkan melalui hubungan seksual. Vagina merupakan tempat infeksi paling sering pada
wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan tempat infeksi paling sering pada pria.
Trikomonas menyebabkan spektrum klinis yang berbeda pada wanita dan laki-laki. Laki-
laki lebih bersifat asimptomatik sering terabaikan. Pada wanita yang simptomatik, trikomoniasis
dapat menyebabkan vulvo-vaginits dan urethritis. Gejala yang timbul pada wanita termasuklah
pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau, menimbulkan iritasi atau rasa
gatal, dispareunia dan disuria.
Trikomoniasis pada laki-laki yang simptomatik akan mengalami irritasi penis, penegeluaran
cairan atau perasaan terbakar setelah berkemih atau ejekulasi. Masa inkubasi adalah selama 10
hari namun boleh juga di antara 4-28 hari. Fase akut penyakit boleh dari beberapa minggu ke
bulan.

V. Pemeriksaanpenunjang
Spesimen
Spesimen dapat diambil dari uretra, vagina, rektum, orofaring, konjungtiva, cairan
tubuh yang steril (cairan sinovial/pleura/peritoneum). Pada pria lokasi pengambilan spesimen
pada uretra, menggunakan swab yang dimasukan dan diputar searah selama 5 detik. Sedangkan
pada wanita, swab pada endoserviks dan diputar selama 10 detik. Pengambilan spesimen
digunakan untuk pemeriksaan apusan dengan pewarnaan gram, kultur dan uji sensitivitas
antibiotik.
Apusan
Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan endoservik
dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif apabila ditemukan adanya diplokokus gram
negatif dengan bentuk seperti biji kopi di dalam dan atau diluar sel leukosit PMN. Apusan
dengan eksudat uretra memiliki sensitivitas 90-95% dan spesifisitas >99%, sedangkan apusan
eksudat endoserviks sensitivitasnya hanya 45-65% dan spesifisitas 90-99%
Kultur
Sampel yang telah diambil dioleskan pada media tanam untuk kuman ini. Media yang
digunakan digunakan adalah media selektif untuk isolasi Neisseria gonorrhoeae dalah satunya
Thayer Martin Agar. Media ini mengandung Vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman
gram positif, Kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan gram negatif dan Nistatin untuk
menekan pertumbuhan jamur.Sampel di inkubasi pada suhu 35o-37oC dengan atmosfer yang
mengandung 5%-10% CO2 selama 18-24 jam. Kemudian akan tumbuh koloni kuman berbentuk
cembung, permukaanya mengkilat, berdiameter 0,5-1,0 mm. Setelah inkubasi lebih dari 24 jam
ukuran koloni akan bertambah lebar dengan permukaan yang lebih kasar dan mengkilat. Namun,
tidak diperbolehkan inkubasi lebih dari 48 jam dikarenakan koloni tidak dapat bertahan dan
dapat terjadi autolisis.
Tes Oksidase
Tes oksidase merupakan suatu tes untuk mengetahui suatu bakteri memiliki kemmapuan
untuk menghasilkan enzim oksidase. Aeromonas, Vibrio, Neisseria, Moraxella dan
Campylobacter adalah kuman-kuman yang bila ditetesi dengan reagen oksidase akan
menghasilkan warna biru dalam 10-30 detik dan itu berarti positif tes oksidase. Reagen oksidase
mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%.
Tes Fermentasi
Metode ini merupakan suatu pemeriksaan spesifik mikrobiologi untuk kuman Neisseria
species yang sudah sering digunakan. Tes ini diuji menggunakan media TCA (Cystine
Trypticase Agar) yang mengandung glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa dan fruktosa serta phenol
red sebagai indikator. Tidak semua spesies kuman ini dapat memfermentasiskan semua
kandungan bahan. Neisseria gonorrhoeae hanya dapat memfermentasi glukosa.
Uji Sensitivitas Antibiotik
Kemampuan antibiotik untuk melawan kuman dapat dikur menggunakan dua metode
yaitu metode dilusi dan difusi. Metode difusi merupakan cara yang sering digunakan untuk uji
sensitivitas antibiotik. Carak kertas atau tablet yang mengandung antibiotik diletakkan pada
media yang telah ditanami kuman. Maka akan terbentuk zona jernih disekitar cakram. Ukuran
zona tergantung pada kecepatan difusi antibiotik, derajat sensitivitas kuman, dan kecepatan
pertumbuhan kuman. Sedangkan pada metode dilusi tujuannya adalah penentuan aktivitas
antibiotik secara kuantitatif dengan melihat Minimal Inhibitory Concentration (MIC) hasil
sensitif pada antibiotik Levofloksasin dengan uji difusi bila didapatkan diameter ≥31mm,
sedangkan Tiamfenikol bila didapatkan diameter ≥18mm.
VI. Diagnosis
Anamnesis
Keluhan tersering adalah kencing nanah, diawali dengan rasa panas dan gatal didistal uretra,
disusul dengan disuria dan nyeri saat ereksi. Gejala tersebut terjadi 2-7 hari setelah kontak
seksual, dan pasien memiliki faktor risiko seperti :
- Berganti-ganti pasangan seksual
- Homoseksual dan pekerja seks komersial
- Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom)
Pemeriksaan fisik
Tampak eritem, edema dan ekropion pada orifisium uretra eksterna, terdapat duh tubuh
mukopurulen dan pembesaran KGB inguinal. (dapat dilakukan pemeriksaan prostat untuk
melihat sejauh mana infeksi ini berlanjut)

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan duh dengan pewarnaan gram untuk menemukan kunman gram
negatif. Pada pria diambil dari daerah fossa navikularis.

VII. Penatalaksanaan
Cefixim 400 mg, dosis tunggal per oral, atau Kanamisin, 2 gr, injeksi intramuskular, dosis
tunggal, atau ceftriaxon 250 mg, injeksi intramuskular, dosis tunggal.

VIII. Edukasi Pasien


Memberitahukan pasien untuk tidak melkaukan kontak seksual hingga dinyatakan
sembuh dan menjaga kebersihan genital.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Suria., Sularsito, Sri Adi. Dermatitis dalamIlmuPenyakitKulitdanKelamin,


dieditolehDjuanda A. edisiempatcetakankedua, FKUI. Jakarta. 2005. Hal 129-153.
2. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG. Textbook of Dermatology. 5th ed. London :
Blackwell Scientific Publications ; 1992. p. 578-580.
3. Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. Clinical dermatology: eczema and
dermatitits.3rd edition Blackwell publishing 2002.p.70
4. Schoenfeld Jason. Lichen Simplex Chronicus. Cited on April 16th 2018. Available:
https://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Kesehatan Primer.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Nasional Penanganan
Infeksi Menular Seksual 2015.

Anda mungkin juga menyukai