PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum program Pendidikan Diploma IV Manajemen Agroindustri Pertanian
Kerjasama antara Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan ( PPPPTK) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember.
Dilkasanakan sesuai dengan strategi pelaksanaan kurikulum Diploma IV. Dalam
rangka meningkatkan wawasan dan memperkaya kompetensi mahasiswa dalam mata
kuliah kejuruan pertanian maka perlu dilakukan studi lapang ke industri- industri yang
relevan dengan bidang peminatan.
Sehubung dengan hal itu maka seluruh mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Studi
Lapang ( Field Trip ) di Industri atau instansi. Industri tempat studi lapang ditetapkan
berdasarkan tuntutan kompetensi mata kuliah terkait dan kesesuaian kompetensi yang
dimiliki.
Melalui studi lapang ini diharapkan mahasiswa memperoleh pengetahuan, wawasan
dan pemahaman tentang proses produksi di industri yang relevan dengan masing-
masing bidang peminatan.
B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman mahasiswa dalam bidang
budidaya perairan,
2. Melengkapi kompetensi mahasiswa pada bidang budidaya perairan yang dirasa
masih kurang.
3. Memahami kegiatan proses produksi yang terjadi dilapangan atau industri.
C. Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan studi lapang ini adalah Mahasiswa PPPPTK Pertanian
Cianjur Kerjasama Politeknik Negeri Jember 2009/2010 dari empat bidang
konsentrasi, yaitu:
Mahasiswa Budidaya Perairan : 24 orang
Mahasiswa Teknologi Produksi Benih : 19 orang
Mahasiswa Manajemen Bisnis Unggas : 13 orang
Mahasiswa Agribisnis Sutera Alam : 20 orang
1
BAB II
METODE PELAKSANAAN STUDI LAPANG
2. Wawancara
Interview atau wawancara secara langsung terhadap staf yang bekerja di Balai Benih
Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih
jelas terutama berkaitan dengan beberapa aspek penunjang kegiatan budidaya ikan.
Aspek tersebut yaitu :
1. Aspek organisasi dan manajemen
2. Aspek Produksi
Komponen yang ditanyakan dari aspek produksi sebagai berikut:
a. Kolam atau media budidaya
b. Pengelolaan kualitas air
c. Pemberian pakan
d. Pembenihan dan pembesaran
e. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit
3. Aspek marketing, dan
4. Aspek Enterprenuer
2
BAB III
HASIL STUDI LAPANG DAN PEMBAHASAN
1. Lokasi:
Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan terletak di kaki gunung Merapi,
dengan kemiringan tanah 5%, ketinggian dari permukaan laut 330 m dan berlokasi di:
a. Desa : Agromulyo
b. Kecamatan : Cangkringan
c. Kabupaten : Sleman
d. Provinsi : DIY
3
3. Status
Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan berstatus sebagai instalasi seksi
budidaya air tawar pada Balai Pengembangan Teknologi dan Perikanan, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Adapun Visi dan Misi darai Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan yaitu s
ebagai berikut:
a. Visi
Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2014
b. Misi
1. Pengembangan SDM.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan perikanan.
3. Mengarahkan masyarakat pada sumber daya alam khususnya di bidang kelautan
dan perikanan.
4. Peningkatan pelayanan dibidang perikanan pada masyarakat.
Tugas dan fungsi Unit Kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan sebagai salah satu
Unit Kerja dan Seksi budidaya Air Tawar Pada Balai Pengembangan Teknologi
Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah sebagai sarana bimbingan langsung kepada UPR dalam
pengadaan dan pengendalian mutu benih dan mempunyai tugas pokok melaksanakan
peningkatan produksi induk dalam jumlah dan mutu. Tugas pokok sesuai dengan
fungsinya, meliputi :
4
3. Melaksanakan perekayasaan dan adaptasi teknologi budidaya air tawar yang lebih
baik dan sekaligus penyebarannya kepada UPR berupa pelayanan informasi
teknologi dan bimbingan teknis perbenihan budidaya air tawar.
4. Sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.
6. Struktur organisasi
Guna mendukung kelancaran tugas dan pelayanan kepada masyarakat, telah disusun
struktur organisasi yang terdiri dari :
2. Pemda DIY
7. Jumlah karyawan
Jumlah tenaga kerja yang ada di Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan
sebanyak 18 orang dengan setatus kepegawaian sebagai berikut :
Setatus Kepegawaian
No Pendidikan Jumlah
PNS PTT
1 S1 2 2
2 D3 2 2
3 SLTA 6 6
4 SLTP 3 3
5 SD 3 2 3
Jumlah 16 2 18
5
9. Program yang manjadi unggulan yaitu Uji penerapan teknologi dan perekayasaan
genetik ikan nila
10. Komoditi yang dikembangkan: Pengembangan ikan nila, pengembangan ikan lele,
pengembangan ikan mas, pengembangan ikan gurame.
a. pengelolaan induk
b. Pembenihan
1. Alami untuk pembenihan ikan nila hitam GIFT G3, Nila Hitam Wanayasa, Nila
JICA.
2. Alami dengan perawatan telur terkontrol, untuk pembenihan ikan gurami, mas, lele
dan lobster air tawar.
3. Alami pemeliharaan larva untuk nila merah (Filipina 81, Singapura, Red NIFI 94,
Chitralada 2002, Nila sub senter)
c. Perekayasaan teknologi
Uji penerapan teknologi dan perekayasaan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah
sebagai berikut :
6
B. HASIL KEGIATAN
7
Gambar 2 : Kolam pendederan Gambar 3 : Kolam pembesaran
Kolam Parameter
DO Suhu pH Salinitas Kadar amoniak
Pemijahan 5-8 24-26 7-7,5 0 0,01
Penetasan telur 5-8 24-26 7-7,5 0 0,01
Pemeliharaan 5-8 24-26 7,75 0 0,01
larva
Pemeliharaan 5-8 24-26 7,75 0 0,01
benih
Pembesran 5-8 24-26 7,75 0 0,01
8
Kolam Pengelolaan kualiata air ( penyiponan dan pergantian air )
Pembenihan Sistem air mengalir
Pembesaran Sitem air mengalir
Kegaiatn Pakan
Jenis pakan Feeding Feeding Rate Metode Treatment
frekwensi pmberian tambaan
Pemeliharaan Tepung dan 2 x sehari 3% dari Tebar Vit C + pakan
larva pakan alami biomasa 2 minggu 1 x
Pemeliharaan Pakan buatan 2 x sehari 3% dari Tebar Vit C + pakan
benih ( pellet ) biomasa 2 minggu 1 x
Pembesaran Pakan buatan 2 x sehari 5% dari Tebar Vit C + pakan
( pellet ) biomasa 2 minggu 1 x
perhari
Tabel 6 : Jenis pakan, feeding frekwensi, feeding rate, metode pemberian pakan dan
treatment tanbahan pakan
Jenis pakan yang diberikan pada induk ikan nila merah (Oreochromis sp ) yaitu pakan
buatan atau yang biasa disebut dengan pellet dengan feeding frekwensi yaitu 2 x
sehari dan feeding rate sebsesar 5 % biomassa perhari, pemberian pakan dilakukan
pada pagi dan sore dengan perbandingan 40: 60.
Untuk Pengelolaan kualitas air untuk pemeliharaan induk dan calon induk yaitu dari
pengeringan kolam,pengolahan dasar kolam, pemupukan, dan pengapuran.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang pada ikan nila merah yaitu: Tricodhina sp,
dan Costia sp.
Jantan Betina
9
Lubang genital berwarna Lubang genital berwarna kemerahan
kemeerahan
Jika perut di striping akan Perut agak membuncit
mengeluarkan sperma
Badan lebih ramping, gerakan lincah Jika distriping akan mengeluarkan telur
dan warna kulit mengkilat yang berwarna orange/ telur matang
Teknik pemijahan dengan sistem outdor dengan Rata – rata fekunditas telur berkisar
antara 60%-80%, teknik penetasan telur adalah sistem indukan,padat penebaran untuk
pemeliharaan benih didalam kolam adalah 100-200 ekor/m2
- Pakan diberikan 2x sehari ( pagi dan sore ) dengan perbandingan pakan 40:60
4. Teknik pemeliharaann benih dengan cara benih yang siap untuk dipelihara dalam
kolam dengan padat tebar sebesar 100-200 ekor ekor m2 , pakan yang diberikan pada
benih yaitu pakan buatan dan pakan alami, pakan alami yang diberkian yaitu
daphnia, untuk menumbuhkan pakan alami dengan cara pemupukan menggunakan
pupuk kandang, dengan dosis yaitu 200-500 gram pupuk/ m2 luas kolam. Untuk
pakan butan dengan feeding frekwensi 3 x sehari dab feeding rate 3% dari biomasa.
5. Teknik pembesaran untuk ikan konsumsi tidak dilakukan secara rutin karena
lebih banyak menjual ikan ukuran benih
6. Cara panen dilakukan dengan mengambil benih setiap hari menggunakan seser.
Waktu pemanenan dilakukan pagi dan sore hari
7. Jumlah produksi benih rata – rata per tahun 8 juta ekor/tahun
1. Hama dan penyakit yang biasa menyerang ikan nila merah yakni Tricodhina sp,
dan Costia sp.
10
2. Tindakan pencegahan terhadap masuknya hama dan penyakit baik pada kegiatan
pemijahan sampai pembesaran dilakukan dengan cara Pemberian Vit C yang di
campur ke dalam pakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan.
3. Perlakuan pengobatan jika terjadi serangan penyakit pada kegiatan budidaya nila
untuk Tricodhina dengan cara prendaman ikan dalam larutan formalin 2 ml/ 10 liter
air selama 30 menit atau dengan larutan garam sebesar 30 ppm selama 10-15 menit.
Untuk Costia dengan cara perndaman dengan larutan Methline blue ( MB ) dengan
dosis 2 ml larutan MB/10 liter air
1. Benih ikan di jual yang telah berukuran : 2-3 cm, 10 -12 cm, 35 cm dan 58 cm
3. Cara packing benih yang akan di kirim menggunakan plastikyang diberi oksigen
untuk jarak dekat dan kotak fiber yang di beri es untuk jarak jauh
4. Sisitem pembayaran yang umunya terjadi untuk pemasaran benih ikan dan ikan
ukuran konsumsi adalah langsung atau tunai.
2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar usaha pembenihan dan pembesaran ikan
dapat bertahan dalam berbagai situasi ekonomi adalah mencari komoditi yang
11
memiliki pangsa pasar yang baik, melakukan budidaya secara produktif dan efisien,
dan pengelolaan kualitas air yang baiak.
3. Pengalaman rugi dalam pembenihan dan pembesaran ikan di BBI adalah BBIC
Cangkringan merupakan unit pelaksana teknis dari Departemen kelautan dan
perikanan sehingga BBIC Cangkringan tidak pernah mengalami kerugian.
C. PEMBAHASAN
Kolam pemeliharaan benih merupakan kolam untuk pemeliharaan benih dengan padat
tebar benih untuk ikan nila sebesar 100-200 ekor/m 2 , kolam pemeliharaan benih yang
ada di Balai Benih Ikan Central Cangkringan menggunakan sistem kolam tanah dan
dicampurkan dengan pemeliharaan induk ikan mas.
12
Jumlah kolam pemeliharaan benih di Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan yaitu
berjumlah 28 dengan ketinggian air 50cm, pemberian pakan pada benih yaitu 2 x
sehari ( pagi dan sore ) denga feeding rate sebesar 3% dari biomasa , perbandingan
pemberian pakan yaitu 40: 60. Persiapan kolam yang dilakukan untuk kolam
pemeliharaan larva yaitu pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam, pengapuran
dan pemupukan.
Kualitas air sangat penting dalam suatu usaha. Suhu selama pemeliharaan jangan
terlalu tinggi maksimal 28oC, tetapi juga tidak terlalu rendah minimal 25oC. Fluktuasi
suhu dipertahankan tidak melebihi 3oC. Dalam pemeliharaan baik induk maupun
benih air selalu mengalir dengan debit yang maksimal agar selalu memenuhi
kebutuhan oksigen induk maupun benih, air yang mengalir tidak hanya akan menjaga
kadar oksigen terlarut dalam air melainkan juga dapat menjaga agar air tidak
mengalami fluktuasi suhu yang tinggi, pengelolaan kualitas air merupakan hal yang
paling utama karena air merupakan media utama hewan akuatik untuk tumbuh hidup
dan berkembang, jadi pengelolaan kualitas air agar ikan dapat bertahan hidup, tumbuh
dan berkembang dengan baik. Pengolahan kualitas air diuraikan sebagai berikut:
1. Pengeringan Wadah
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan : Memperbaiki struktur dan tekstur tanah agar menjadi
subur, gembur dan membuat koloid tanah menjadi stabil, meningkatkan PH
tanah dan air, memperbaiki lapisan tanah dasar yang porous menjadi kedap air, Pada
tanah asam (pH rendah), pengolahan tanah dilakukan dengan memasukkan air
setinggi 30 cm dan memasang kincir. Setelah 5 hari, air dibuang dan tanah dijemur
dilakukan berulang – ulang agar keasaman tanah berkurang .
13
3. Pengapuran
- Pada saat persiapan lahan – kapur gamping (CaO) dan kapur bangunan (Ca(OH)2)
karena memiliki daya netralisasi yang tinggi.
4. Pemupukan
14
Unggas 62 65,8 13,7 12,8
Di Balai Benih Ikan Central Cangkringan belum pernah menemukan penyakit yang
menyerang pada kegiatan pemijahan,penetasan telur, pemeliharaan larva,
pemeliharaan benih dan pembesaran. sehingga Balai Benih Ikan Central Cangkringan
hanya melakukan pencegahan dengan penambahan Vit C pada pakan yang diberikan
2 minggu 1 kali.
Dalam pemberian pakan pada kegiatan pemeliharaan larva harus melihat bukaan
mulut larva, dan feeding rate yaitu 2 x sehari, pakan yang diberikan berbentuk tepung.
Untuk kegiatan pemebesaran dapat diberikan pakan yang berukuran lebih besar tetapi
harus melihat bukaan mulut benih yang dipeliahara dan kebiasaan makan ikan. Dalam
pemberian pakan terdapat treatment tambahan yang dapat dilakukan seperti
penambahan Vit C yang di campurkan ke dalam pakan.
a. Kecerahan
Ukuran kecerahan perairan yangg diamati secara visual dengan Secchi Disc,
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi,
dan ketelitian pengamat.
15
b. Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) Dalam Air
Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktivitas ikan ,konversi pakan dan laju
pertumbuhan. Pada kondisi DO <4 ppm, ikan masih mampu bertahan hidup
namun pertumbuhan menurun (tidak optimal). Rentang tingkat DO optimal yaitu ≥5
ppm dan rentang tingkat DO untuk pemeliharaan intensif yaitu 5-8 ppm
c. Derajat Keasaman ( pH )
Nilai pH :
pH 7 : netral
16
pH optimal : 7.0 –8.5
Ikan yang hidup pada pH tidak sesuai akan menyebabkan ikan menjadi rentan
terhadap serangan penyakit
d. Amoniak
C.8 Pemanenan
17
Pemanenan ikan nila merah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu panen total dan
panen sebagian, panen total dilakukan dengan cara pengeringan kolam, hingga
ketinggian air 10 cm. Petak pemanenan/ petak penangkapan seluas 1 m2 didepan
pengeluaran (monnik). Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar tidak panas dan hati-
hati. Kemudian panen sebagian atau panen selektif dilakukan tanpa pengeringan
kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan waring yang diatas nya telah diberi umpan. Panen total
dilakukan bila ikan sudah tidak mijah lagi, sedangkan panen sebagian dialakukan
apabila ikan masih mijah, dan permintaan dari pembeli sesuai dengan ukuran yang
mereka inginkan.
Pemasaran ikan nila yang telah dipanen untuk pemasaran jarak dekat dengan
menggunakan plastik yang telah di beri oksigen dengan perbanddingan air dan
oksigen 40:60. Untuk jarak jauh biasa disebut dengan sisstem tertutup dengan cara
menggunakan kantong plastik volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
sebanyak 5 liter yang diberi buffer Na2 (hpo)4. 1 H2O sebanyak 9 gram.
Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan memasarkan benih dan induk ikan ke
para petani-petani, yang ada di wilayah yogyakarta ataupun yang berada di luar
daerah.
A. SIMPULAN
Hasil studi lapang yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai beikut :
1. Jenis ikan yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan, yakni ikan
nila citra lada, nila nifi, nila merah filipin,dan nila singa, ikan gurame, ikan lele
sangkuriang, dan ikan mas. Dengan komoditas unggulan adalah ikan nila merah
2. Balai Benih Ikan Central Cangkringan memasarkan ikan ukuran benih unggulan
untuk disebarkan ke pembudidaya ikan di wilayah yogyakarta.
18
4. kegiatan yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan Central Cangkringan terkait dengan
komoditi yang dikembangkan yaitu pengelolaan induk, pembenihan. dan
perekayasaan teknologi.
5. Studi lapang dilaksanakan di Balai Benih Ikan Central Cangkringan yang memiliki
kegiatan budidaya perikanan yang bergerak pada bagian pemeliharaan benih dan
pemeliharaan induk ikan nila, lele, mas, dan gurame.
7. Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan tidak memroduksi ikan untuk
ukuran konsumsi, karena Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan Bergerak pada bagian
pengadaan benih dan pengadaan induk.
8. Dengan pelaksanaan studi lapang ini mahasiswa telah memperoleh ilmu serta
mengetahui bagaimana mengolah air di daerah yang susah akan air.
9. Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan memproduksi benih dan induk
dengan mutu yang bagus dari hasil asli maupun persilangan ( ikan nila citra lada, nila
nifi, nila merah filipin, dan nila singa ).
B. SARAN
Adapun saran yang diperoleh dari kuliah lapang yang telah dilaksanakan baik untuk
Balai Benih Ikan Central Cangkringan dan dalam bidang perikanan adalah sebagai
berikut:
2. Membina kader – kader perikanan yang berjiwa kritis, kreatif dan inovatif serta
bertaqwa kepad tuhan YME akan mampu membawa dunia perikanan di Indoneia
bersaing dengan negara maju.
19
3. Pertukaran informasi diperlukan untuk mengembangkan profesionalitas sumber
daya manusia dalam bidang perikanan
5. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan memperhatikan sistem penggunaan hatchery dan memperbaiki tata
ruang hatchery.
6. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan memaiperhatikan keadaan saluran pemasukan air.
7. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan dapat lebih bisa memanajemen air.
8. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan melakukan teratment air sebelum digunakan.
20