Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum program Pendidikan Diploma IV Manajemen Agroindustri Pertanian
Kerjasama antara Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan ( PPPPTK) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember.
Dilkasanakan sesuai dengan strategi pelaksanaan kurikulum Diploma IV. Dalam
rangka meningkatkan wawasan dan memperkaya kompetensi mahasiswa dalam mata
kuliah kejuruan pertanian maka perlu dilakukan studi lapang ke industri- industri yang
relevan dengan bidang peminatan.
Sehubung dengan hal itu maka seluruh mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Studi
Lapang ( Field Trip ) di Industri atau instansi. Industri tempat studi lapang ditetapkan
berdasarkan tuntutan kompetensi mata kuliah terkait dan kesesuaian kompetensi yang
dimiliki.
Melalui studi lapang ini diharapkan mahasiswa memperoleh pengetahuan, wawasan
dan pemahaman tentang proses produksi di industri yang relevan dengan masing-
masing bidang peminatan.

B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman mahasiswa dalam bidang
budidaya perairan,
2. Melengkapi kompetensi mahasiswa pada bidang budidaya perairan yang dirasa
masih kurang.
3. Memahami kegiatan proses produksi yang terjadi dilapangan atau industri.

C. Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan studi lapang ini adalah Mahasiswa PPPPTK Pertanian
Cianjur Kerjasama Politeknik Negeri Jember 2009/2010 dari empat bidang
konsentrasi, yaitu:
Mahasiswa Budidaya Perairan : 24 orang
Mahasiswa Teknologi Produksi Benih : 19 orang
Mahasiswa Manajemen Bisnis Unggas : 13 orang
Mahasiswa Agribisnis Sutera Alam : 20 orang

1
BAB II
METODE PELAKSANAAN STUDI LAPANG

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi Lapang


Studi lapang dilaksanakan pada institusi atau instansi yang ada di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Industri yang dikunjungi oleh kelompok V Budidaya
Perairan adalah Balai Benih Ikan Central Cangkringan yang terletak di, Desa
Agromulyo, Kecamatan Cangkringan Kab. Sleman Yogyakarta. Adapun waktu
pelaksanaan studi lapang dari tanggal 19 Juli 2010 s/d 25 juli 2010

B. Metode Studi Lapang


1. Observasi.
Dalam studi lapang ini mahasiswa diwajibkan terjun langsung ke lapangan untuk
mengetahui beberapa aspek teknis budidaya, yaitu : lokasi budidaya,bentuk wadah
budidaya, jenis komoditi yang di budidayakan, teknik pembudidayaan ikan serta
melakukan dokumentasi terhadap hal-hal penting yang dilakukan pada saat
pelaksanaan studi lapang. Diharapkan dengan observasi ini mahasiswa memiliki
gambaran dan wawasan tentang budidaya ikan dengan baik.

2. Wawancara
Interview atau wawancara secara langsung terhadap staf yang bekerja di Balai Benih
Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih
jelas terutama berkaitan dengan beberapa aspek penunjang kegiatan budidaya ikan.
Aspek tersebut yaitu :
1. Aspek organisasi dan manajemen
2. Aspek Produksi
Komponen yang ditanyakan dari aspek produksi sebagai berikut:
a. Kolam atau media budidaya
b. Pengelolaan kualitas air
c. Pemberian pakan
d. Pembenihan dan pembesaran
e. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit
3. Aspek marketing, dan
4. Aspek Enterprenuer

2
BAB III
HASIL STUDI LAPANG DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Balai Benih Ikan Central Cangkringan


Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan didirikan pada tahun 1953 dengan
luas lahan 0,9 H, Dahulu bernama Balai Benih Ikan Cangkringan ( BBI )kemudian
pada tahun 1976 menjadi Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan. Lalu pada
tahun 1998 luas lahan BBIC Cangkringan berubah menjadi 7,5 H. yang kemudian
tahun 2003 menjadi unit kerja budidaya ikan air tawar Cangkringan pada Balai
Perekayasa Teknologi Perikanan dan Kelautan Prov. DIY.
Adapun tugas Balai Budidaya Ikan Central Cangkringan adalah sebagai sarana
bimbingan langsung kepada UPR atau ( Usaha Pembenihan Rakyat ) dalam
pengadaan dan pengendalian mutu benih dan pelaksanaan produksi induk dengan
mutu yang baik. Dari beberapa tugas pokok yang ada, BBI juga sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta ( PAD ). Luas areal Balai Benih Ikan Central
Cangkringan sebesar 7,5169 Ha yang terdiri dari kolam efektif 5,0388 Ha, gedung
dan rumah 0,1805 Ha, pematang saluran dan lingkungan 3,1975 Ha.

1. Lokasi:

Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan terletak di kaki gunung Merapi,
dengan kemiringan tanah 5%, ketinggian dari permukaan laut 330 m dan berlokasi di:
a. Desa : Agromulyo
b. Kecamatan : Cangkringan
c. Kabupaten : Sleman
d. Provinsi : DIY

2. Sifat Tanah dan Air:

a. Jenis tanah : Vulkanis Muda


b. Tekstur tanah : Pasir Berbatu
c. Sifat tanah : Porous
d. Suhu air : 19-28°C
e. pH air : 7-7,5

3
3. Status

Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan berstatus sebagai instalasi seksi
budidaya air tawar pada Balai Pengembangan Teknologi dan Perikanan, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Visi dan misi

Adapun Visi dan Misi darai Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan yaitu s
ebagai berikut:

a. Visi
Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2014
b. Misi
1. Pengembangan SDM.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana dibidang kelautan dan perikanan.
3. Mengarahkan masyarakat pada sumber daya alam khususnya di bidang kelautan
dan perikanan.
4. Peningkatan pelayanan dibidang perikanan pada masyarakat.

5. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas dan fungsi Unit Kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan sebagai salah satu
Unit Kerja dan Seksi budidaya Air Tawar Pada Balai Pengembangan Teknologi
Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah sebagai sarana bimbingan langsung kepada UPR dalam
pengadaan dan pengendalian mutu benih dan mempunyai tugas pokok melaksanakan
peningkatan produksi induk dalam jumlah dan mutu. Tugas pokok sesuai dengan
fungsinya, meliputi :

1. Memproduksi induk ikan bermutu dalam rangka menunjang usaha perbenihan


rakyat dan pengendalian mutu benih.
2. Memproduksi benih ikan untuk keperluan mengisi kekurangan benih yang
dihasilkan oleh UPR.

4
3. Melaksanakan perekayasaan dan adaptasi teknologi budidaya air tawar yang lebih
baik dan sekaligus penyebarannya kepada UPR berupa pelayanan informasi
teknologi dan bimbingan teknis perbenihan budidaya air tawar.
4. Sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.

6. Struktur organisasi

Merupakan gambaran tanggung jawab personil inti serta hubungannya dalam


pengembangan, penerapan dan pemuktahiran teknologi perikanan.

Guna mendukung kelancaran tugas dan pelayanan kepada masyarakat, telah disusun
struktur organisasi yang terdiri dari :

1. Departemen perikanan dan kelautan ( UPT dan DKP )

2. Pemda DIY

3. Unit kerja pembenihan air tawar

7. Jumlah karyawan

Jumlah tenaga kerja yang ada di Unit kerja Balai Benih Ikan Central Cangkringan
sebanyak 18 orang dengan setatus kepegawaian sebagai berikut :

Setatus Kepegawaian
No Pendidikan Jumlah
PNS PTT
1 S1 2 2
2 D3 2 2
3 SLTA 6 6
4 SLTP 3 3
5 SD 3 2 3
Jumlah 16 2 18

Tabel 1. Data Karyawan Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan

8. Rencana program tahun 2010 yaitu Peningkatan pemahaman dan keterampilan


masyarakat terkait dengan komoditi yang sedang dikembangkan yaitu ikan nila.

5
9. Program yang manjadi unggulan yaitu Uji penerapan teknologi dan perekayasaan
genetik ikan nila

10. Komoditi yang dikembangkan: Pengembangan ikan nila, pengembangan ikan lele,
pengembangan ikan mas, pengembangan ikan gurame.

11. Kegiatan yang dilaksanakan terkait komoditi yang dikembangkan

a. pengelolaan induk

1. Pengembangan mutu induk ikan murni/ras yang diunggulkan untuk memproduksi


induk unggul/bermutu dalam rangka pembinaan BBI lokal dan UPR.
2. Persilangan antar keturunan yang berbeda dalam satu ras dan persilangan antar ras
murni untuk menghasilkan benih unggul/bermutu dalam rangka memenuhi
kekurangan kebutuhan benih

b. Pembenihan

1. Alami untuk pembenihan ikan nila hitam GIFT G3, Nila Hitam Wanayasa, Nila
JICA.

2. Alami dengan perawatan telur terkontrol, untuk pembenihan ikan gurami, mas, lele
dan lobster air tawar.

3. Alami pemeliharaan larva untuk nila merah (Filipina 81, Singapura, Red NIFI 94,
Chitralada 2002, Nila sub senter)

4. Induce breeding, untuk ikan grass carp, patin,bawal air tawar.

c. Perekayasaan teknologi

Uji penerapan teknologi dan perekayasaan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah
sebagai berikut :

1. Pembesaran nila dengan pakan ampas tahu.

2. Pematangan Gonad lobster Air Tawar.

3. Seleksi individu ikan nila merah (Oreochromis niloticus).

6
B. HASIL KEGIATAN

B.1. Aspek Produksi

a. Data Kolam Atau Media Budidaya

Kolam Jumlah Bentuk dan Pipa pemasukan Cara pemeliharaan kolam


kolam ukuran dan pipa
kolam pengeluaran air
Pemijhan 15 Persegi Cor beton Pengeringan, pengolahan
15m3 dasar kolam, pengapuran,
dan pemupukan
Penetasan telur 15 Persegi Cor beton Pengeringan, pengolahan
15m3 dasar kolam, pengapuran,
dan pemupukan
Pemeliharaan 15 Persegi Cor beton Pengeringan, pengolahan
larva 15m3 dasar kolam, pengapuran,
dan pemupukan
Pemeliharaan 23 Persegi Cor beton Pengeringan, pengolahan
benih 472m2 dasar kolam, pengapuran,
dan pemupukan
Pembesaran 20 Persegi Cor beton Pengeringan, pengolahan
15m3 dasar kolam, pengapuran,
dan pemupukan

Tabel 2 : Data kolam di Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan

Gambar 1 : Kolam pemijahan, penetasavan telur dan pemeliharaan larva

7
Gambar 2 : Kolam pendederan Gambar 3 : Kolam pembesaran

b. Data Kualits Air

Kolam Sumber yang digunakan Treatment air sebelum digunakan


Pemijahan Air sungai dengan sistem Filter biologi menggunakan enceng
pengendapan godok dan petak pengendapan
dengan metode petak jigjak
Penetasan telur Air sungai dengan sistem Filter biologi menggunakan enceng
pengendapan godok dan petak pengendapan
dengan metode petak jigjak
Pemeliharaan Air sungai dengan sistem Filter biologi menggunakan enceng
larva pengendapan godok dan petak pengendapan
dengan metode petak jigjak
Pemeliharaan Air sungai dengan sistem Filter biologi menggunakan enceng
benih pengendapan godok dan petak pengendapan
dengan metode petak jigjak
Pembesaran Air sungai dengan sistem Filter biologi menggunakan enceng
pengendapan godok dan petak pengendapan
dengan metode petak jigjak

Tabel 3: Data sumber air dan treatment air sebelum digunakan

Kolam Parameter
DO Suhu pH Salinitas Kadar amoniak
Pemijahan 5-8 24-26 7-7,5 0 0,01
Penetasan telur 5-8 24-26 7-7,5 0 0,01
Pemeliharaan 5-8 24-26 7,75 0 0,01
larva
Pemeliharaan 5-8 24-26 7,75 0 0,01
benih
Pembesran 5-8 24-26 7,75 0 0,01

Tabel 4 : Data nilai parameter kimia kualitas air

8
Kolam Pengelolaan kualiata air ( penyiponan dan pergantian air )
Pembenihan Sistem air mengalir
Pembesaran Sitem air mengalir

Tabel 5 : Data pengelolaan kualitas air

c. Data Pemberian Pakan

Kegaiatn Pakan
Jenis pakan Feeding Feeding Rate Metode Treatment
frekwensi pmberian tambaan
Pemeliharaan Tepung dan 2 x sehari 3% dari Tebar Vit C + pakan
larva pakan alami biomasa 2 minggu 1 x
Pemeliharaan Pakan buatan 2 x sehari 3% dari Tebar Vit C + pakan
benih ( pellet ) biomasa 2 minggu 1 x
Pembesaran Pakan buatan 2 x sehari 5% dari Tebar Vit C + pakan
( pellet ) biomasa 2 minggu 1 x
perhari

Tabel 6 : Jenis pakan, feeding frekwensi, feeding rate, metode pemberian pakan dan
treatment tanbahan pakan

d. Data Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Merah ( Oreochromis sp )


1. Teknik pemeliharaan induk dan calon induk

Jenis pakan yang diberikan pada induk ikan nila merah (Oreochromis sp ) yaitu pakan
buatan atau yang biasa disebut dengan pellet dengan feeding frekwensi yaitu 2 x
sehari dan feeding rate sebsesar 5 % biomassa perhari, pemberian pakan dilakukan
pada pagi dan sore dengan perbandingan 40: 60.

Untuk Pengelolaan kualitas air untuk pemeliharaan induk dan calon induk yaitu dari
pengeringan kolam,pengolahan dasar kolam, pemupukan, dan pengapuran.

Hama dan penyakit yang biasa menyerang pada ikan nila merah yaitu: Tricodhina sp,
dan Costia sp.

2. Ciri-ciri induk ikan nila merah (Oreochromis sp ) matang gonad:

Jantan Betina

9
Lubang genital berwarna Lubang genital berwarna kemerahan
kemeerahan
Jika perut di striping akan Perut agak membuncit
mengeluarkan sperma
Badan lebih ramping, gerakan lincah Jika distriping akan mengeluarkan telur
dan warna kulit mengkilat yang berwarna orange/ telur matang

Tabel 7 : Ciri-ciri induk ikan nila merah matang gonad

Teknik pemijahan dengan sistem outdor dengan Rata – rata fekunditas telur berkisar
antara 60%-80%, teknik penetasan telur adalah sistem indukan,padat penebaran untuk
pemeliharaan benih didalam kolam adalah 100-200 ekor/m2

3. Teknik pemeliharaan larva

- Setelah larva berumur 21 hari larva dipindahkan ke kolam pendederan

- Pakan yang diberikan berupa pakan yang berbentuk tepung

- Pakan diberikan 2x sehari ( pagi dan sore ) dengan perbandingan pakan 40:60

4. Teknik pemeliharaann benih dengan cara benih yang siap untuk dipelihara dalam
kolam dengan padat tebar sebesar 100-200 ekor ekor m2 , pakan yang diberikan pada
benih yaitu pakan buatan dan pakan alami, pakan alami yang diberkian yaitu
daphnia, untuk menumbuhkan pakan alami dengan cara pemupukan menggunakan
pupuk kandang, dengan dosis yaitu 200-500 gram pupuk/ m2 luas kolam. Untuk
pakan butan dengan feeding frekwensi 3 x sehari dab feeding rate 3% dari biomasa.
5. Teknik pembesaran untuk ikan konsumsi tidak dilakukan secara rutin karena
lebih banyak menjual ikan ukuran benih
6. Cara panen dilakukan dengan mengambil benih setiap hari menggunakan seser.
Waktu pemanenan dilakukan pagi dan sore hari
7. Jumlah produksi benih rata – rata per tahun 8 juta ekor/tahun

e. Data Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Hama dan penyakit yang biasa menyerang ikan nila merah yakni Tricodhina sp,
dan Costia sp.

10
2. Tindakan pencegahan terhadap masuknya hama dan penyakit baik pada kegiatan
pemijahan sampai pembesaran dilakukan dengan cara Pemberian Vit C yang di
campur ke dalam pakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan.

3. Perlakuan pengobatan jika terjadi serangan penyakit pada kegiatan budidaya nila
untuk Tricodhina dengan cara prendaman ikan dalam larutan formalin 2 ml/ 10 liter
air selama 30 menit atau dengan larutan garam sebesar 30 ppm selama 10-15 menit.
Untuk Costia dengan cara perndaman dengan larutan Methline blue ( MB ) dengan
dosis 2 ml larutan MB/10 liter air

B.2 Aspek Marketing

1. Benih ikan di jual yang telah berukuran : 2-3 cm, 10 -12 cm, 35 cm dan 58 cm

2. Jumlah rata-rata penjualan benih ikan pertahun : 8 juta/ tahun

3. Cara packing benih yang akan di kirim menggunakan plastikyang diberi oksigen
untuk jarak dekat dan kotak fiber yang di beri es untuk jarak jauh

4. Sisitem pembayaran yang umunya terjadi untuk pemasaran benih ikan dan ikan
ukuran konsumsi adalah langsung atau tunai.

5. Kegiatatn promosi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pemasaran hasil


produksi yaitu promosi dari pemerintah

6. Hubungan BBI dengan masyarakat sekitar terkait dengan komoditi yang


dikembangkan di BBI yaitu BBI memberi dampak positif serta konstribusi yang
positif berkaitan dengan komoditi yang di kembangkann kepada masyarakat.

B.3 Aspek Entreprenuer

1. Kiat-kiat yang diperlukan dalam membangun usaha pembenihan dan pembesaran


ikan air tawar adalah dengan melihat pangsa pasar

2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar usaha pembenihan dan pembesaran ikan
dapat bertahan dalam berbagai situasi ekonomi adalah mencari komoditi yang

11
memiliki pangsa pasar yang baik, melakukan budidaya secara produktif dan efisien,
dan pengelolaan kualitas air yang baiak.

3. Pengalaman rugi dalam pembenihan dan pembesaran ikan di BBI adalah BBIC
Cangkringan merupakan unit pelaksana teknis dari Departemen kelautan dan
perikanan sehingga BBIC Cangkringan tidak pernah mengalami kerugian.

C. PEMBAHASAN

C.1 Kolam Pemijahan


Kolam pemijahan adalah tempat atau media ikan memijah, di Balai Benih Ikan
Central (BBIC ) Cangkringan, kolam pemijahan dipergunakan langsung untuk kolam
penetasan telur dan pemeliharaan larva. Larva di panen dan di pindahkan ke kolam
pendederan setelah larva berumur 21 hari.
Jenis kolam pemijahan yakni kolam semen dengan dasar tanah dan kedalaman kolam
berkisar 60cm- 150cm, jumlah kolam pemijahan yaitu 15 dengan bentuk persegi,
teknnik pemijahan yaitu dengan cara outdor dengan perbandingan 1: 3 ( 1 jantan, 3
betina ).

C.2 Teknik Pemijahan Ikan Nila Merah ( Oreochreomis sp )

Pemijahan secara tradisional dilakukan di kolam tanah, caranya dengan menyiapkan


kolam ukuran 500 m2, mengeringkan selama 3-5 hari, kemudian mengisi isi air
setinggi 40-60 cm dan alirkan secara kontinyu. Seteah itu masukan 300 ekor induk
betina dan 100 ekor induk jantan, biarkan memijah secara alami. Panen larva
dilakukan pada hari ke 14-20 dengan seser di permukaan kolam.

C.3 Kolam Pemeliharaan Benih

Kolam pemeliharaan benih merupakan kolam untuk pemeliharaan benih dengan padat
tebar benih untuk ikan nila sebesar 100-200 ekor/m 2 , kolam pemeliharaan benih yang
ada di Balai Benih Ikan Central Cangkringan menggunakan sistem kolam tanah dan
dicampurkan dengan pemeliharaan induk ikan mas.

12
Jumlah kolam pemeliharaan benih di Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan yaitu
berjumlah 28 dengan ketinggian air 50cm, pemberian pakan pada benih yaitu 2 x
sehari ( pagi dan sore ) denga feeding rate sebesar 3% dari biomasa , perbandingan
pemberian pakan yaitu 40: 60. Persiapan kolam yang dilakukan untuk kolam
pemeliharaan larva yaitu pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam, pengapuran
dan pemupukan.

C.4 Teknik Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air sangat penting dalam suatu usaha. Suhu selama pemeliharaan jangan
terlalu tinggi maksimal 28oC, tetapi juga tidak terlalu rendah minimal 25oC. Fluktuasi
suhu dipertahankan tidak melebihi 3oC. Dalam pemeliharaan baik induk maupun
benih air selalu mengalir dengan debit yang maksimal agar selalu memenuhi
kebutuhan oksigen induk maupun benih, air yang mengalir tidak hanya akan menjaga
kadar oksigen terlarut dalam air melainkan juga dapat menjaga agar air tidak
mengalami fluktuasi suhu yang tinggi, pengelolaan kualitas air merupakan hal yang
paling utama karena air merupakan media utama hewan akuatik untuk tumbuh hidup
dan berkembang, jadi pengelolaan kualitas air agar ikan dapat bertahan hidup, tumbuh
dan berkembang dengan baik. Pengolahan kualitas air diuraikan sebagai berikut:

1. Pengeringan Wadah

Pengeringan wadah bertujuan untuk menghilangkan filamen alga yang tidak di


inginkan, dekomposisi dan mineralisasi bahan organik oleh mikroorganisme
tanah,dan desinfeksi dasar kolam dan tambak dari mikroorganisme patogen dengan
penyinaran matahari secara langsung, dan membunuh telur, larva dan stadia dewasa
predator.

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan : Memperbaiki struktur dan tekstur tanah agar menjadi
subur, gembur dan membuat koloid tanah menjadi stabil, meningkatkan PH
tanah dan air, memperbaiki lapisan tanah dasar yang porous menjadi kedap air, Pada
tanah asam (pH rendah), pengolahan tanah dilakukan dengan memasukkan air
setinggi 30 cm dan memasang kincir. Setelah 5 hari, air dibuang dan tanah dijemur
dilakukan berulang – ulang agar keasaman tanah berkurang .

13
3. Pengapuran

Pengapuran bertujuan : Meningkatkan pH tanah ,membakar jasad renik penyebab p


enyakit dan hewan liar, mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus,
memperbaiki kualitas tanah.

Kapur yang biasa digunakan adalah:

- Pada saat persiapan lahan – kapur gamping (CaO) dan kapur bangunan (Ca(OH)2)
karena memiliki daya netralisasi yang tinggi.

- Untuk meningkatkan pH dan alkalinitas air menggunakan kaptan/kalsit (CaCO3)


dan dolomit (CaCO3.MgCO3) Pengapuran selama pemeliharaan dilakukan secara
rutin pada malam hari setelah pemberian pakan. Dosis dan frekuensi kapur yang
diberikan disesuaikan dengan umur udang

4. Pemupukan

Pemupukan bertujuan: Pemupukan awal bertujuan untuk memasok unsur hara


seperti N,P dan K. Pupuk yang digunakan urea dengan dosis 50 – 100 kg
urea/ha.Pemupukan susulan bertujuan untuk mempertahankan kecerahan air dan
memasok unsur hara. Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan dosis
Urea : TSP = 25 : 15 kg Untuk tanah gambut dosis yang diberikan urea : TSP = 150
kg/ha : 100 kg/ha. Untuk pemupukan dipergunakan yaitu pupuk kandang, pupuk
kandang bisa dari kotoran babi, sapi perah, sapi daging,domba,kuda dan unggas.
Pupuk kandang yang sering dipergunakan yaitu pupuk kandang dari kotoran unggas,
karena keunggulan dari kotoran unggas yaitu unsur haranya yang tinggi dengan
kadar H20 (%) sebesar 62 Nitrogen 65,8 Pospor 13,7 dan Kalium sebesar 12,8.
Maka pupuk kandang dari kotoran unggas sering digunakan untuk pemupukan kolam.

Hewan H2O Pupuk kandang (kg/ton)


(%)
N P K

Sapi perah 85 22,0 2,6 13,7

Sapi daging 85 26,2 4,5 13,0

14
Unggas 62 65,8 13,7 12,8

Babi 85 28,4 6,8 19,9

Domba 66 50,6 6,7 39,7

Kuda 66 32,8 4,3 24,2

Tabel 8 : Perbandingan unsur hara pada pupuk kandang

C.5 Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit

Di Balai Benih Ikan Central Cangkringan belum pernah menemukan penyakit yang
menyerang pada kegiatan pemijahan,penetasan telur, pemeliharaan larva,
pemeliharaan benih dan pembesaran. sehingga Balai Benih Ikan Central Cangkringan
hanya melakukan pencegahan dengan penambahan Vit C pada pakan yang diberikan
2 minggu 1 kali.

C.6 Pemberian Pakan

Dalam pemberian pakan pada kegiatan pemeliharaan larva harus melihat bukaan
mulut larva, dan feeding rate yaitu 2 x sehari, pakan yang diberikan berbentuk tepung.
Untuk kegiatan pemebesaran dapat diberikan pakan yang berukuran lebih besar tetapi
harus melihat bukaan mulut benih yang dipeliahara dan kebiasaan makan ikan. Dalam
pemberian pakan terdapat treatment tambahan yang dapat dilakukan seperti
penambahan Vit C yang di campurkan ke dalam pakan.

C.7 Aspek Parameter Kimia

a. Kecerahan

Ukuran kecerahan perairan yangg diamati secara visual dengan Secchi Disc,
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi,
dan ketelitian pengamat.

Pengukuran : cuaca cerah (09.00-15.00 WIB).

15
b. Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) Dalam Air

Kadar oksigen terlarut ( mg/l) Pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan


< 0,3 Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan
pada masa pemaparan singkat (short exposure)

0,3 – 1,0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat


mengakibatkan kematian ikan

1,0 – 5,0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi


pertumbuhannya terganggu

>5,0 Hampir semua organisme akuatik menyukai


kondisi ini

Tabel 9 : Pengaruh DO pada ikan

Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktivitas ikan ,konversi pakan dan laju
pertumbuhan. Pada kondisi DO <4 ppm, ikan masih mampu bertahan hidup
namun pertumbuhan menurun (tidak optimal). Rentang tingkat DO optimal yaitu ≥5
ppm dan rentang tingkat DO untuk pemeliharaan intensif yaitu 5-8 ppm

Variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik rentang toleransi serta


suhu optimum kultur berbeda untuk setiap jenis/ spesies ikan, hingga stadia
pertumbuhan yang berbeda, suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan apabila
suhu meningkat maka aktivitas metabolisme ikan juga meningkat.

c. Derajat Keasaman ( pH )

Nilai pH :

pH 7 : netral

7 < pH < 14 : alkalis (basa)

0 < pH < 7 : asam

Nilai optimal pH tergantung pada spesies ikan

Rentang toleransi pH : 6,5 – 9,0

16
pH optimal : 7.0 –8.5

Ikan air laut : 7,6 – 8,3

Berkaitan dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme akuaitik, semakin


banyak CO2 yang dihasilkan dari respirasi maka pelepasan ion H+ (pH air turun
(cenderung asam)), Penurunan / penggunaan CO2 dalam fotosintesis oleh fitoplankton
(pH air naik (cenderung basa)) pH rendah (keasaman tinggi) menyebabkan
penurunan oksigen terlarut ,konsumsi oksigen menurun ,peningkatan aktivitas
pernapasan ,penurunan selera makan .

pH air Kondisi kultur

< 4,5 Air bersifat toksik

5 – 6,5 Pertumbuhan ikan terhambat; pengaruh pada ketahanan


tubuh

6,5 – 9,0 Pertumbuhan optimal

>9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

Tabel 10 :Hubungan antara pH air dan kehidupan hewan (ikan) budidaya

Ikan yang hidup pada pH tidak sesuai akan menyebabkan ikan menjadi rentan
terhadap serangan penyakit

d. Amoniak

Hewan akuatik umumnya mengekskresikan amonia (NH3) sebagai hasil dari


proses metabolisme dan sebagai produk ekskretori (dari ginjal, jaringan insang).
Amonia juga sebagai hasil dekomposisi protein dari sisa pakan atau plankton yang
mati di perairan, amonia umumnya terlarut dalam bentuk NH4 +. Toksisitas amonia
lebih besar pada suhu dan pH tinggi (lebih beracun dan berbahaya bagi ikan)
pergantian air dapat dilakukan untuk mengatasi konsentrasi amonia yang tinggi dalam
kultur Konsentrasi maksimal amonia dalam air ~ 0,1 ppm

C.8 Pemanenan

17
Pemanenan ikan nila merah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu panen total dan
panen sebagian, panen total dilakukan dengan cara pengeringan kolam, hingga
ketinggian air 10 cm. Petak pemanenan/ petak penangkapan seluas 1 m2 didepan
pengeluaran (monnik). Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar tidak panas dan hati-
hati. Kemudian panen sebagian atau panen selektif dilakukan tanpa pengeringan
kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan waring yang diatas nya telah diberi umpan. Panen total
dilakukan bila ikan sudah tidak mijah lagi, sedangkan panen sebagian dialakukan
apabila ikan masih mijah, dan permintaan dari pembeli sesuai dengan ukuran yang
mereka inginkan.

C.9 Stratregi Pemasaran

Pemasaran ikan nila yang telah dipanen untuk pemasaran jarak dekat dengan
menggunakan plastik yang telah di beri oksigen dengan perbanddingan air dan
oksigen 40:60. Untuk jarak jauh biasa disebut dengan sisstem tertutup dengan cara
menggunakan kantong plastik volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
sebanyak 5 liter yang diberi buffer Na2 (hpo)4. 1 H2O sebanyak 9 gram.

Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan memasarkan benih dan induk ikan ke
para petani-petani, yang ada di wilayah yogyakarta ataupun yang berada di luar
daerah.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Hasil studi lapang yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai beikut :

1. Jenis ikan yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan, yakni ikan
nila citra lada, nila nifi, nila merah filipin,dan nila singa, ikan gurame, ikan lele
sangkuriang, dan ikan mas. Dengan komoditas unggulan adalah ikan nila merah

2. Balai Benih Ikan Central Cangkringan memasarkan ikan ukuran benih unggulan
untuk disebarkan ke pembudidaya ikan di wilayah yogyakarta.

18
4. kegiatan yang dilakukan oleh Balai Benih Ikan Central Cangkringan terkait dengan
komoditi yang dikembangkan yaitu pengelolaan induk, pembenihan. dan
perekayasaan teknologi.

5. Studi lapang dilaksanakan di Balai Benih Ikan Central Cangkringan yang memiliki
kegiatan budidaya perikanan yang bergerak pada bagian pemeliharaan benih dan
pemeliharaan induk ikan nila, lele, mas, dan gurame.

6. Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan merupakan instansi pemerintah


sehingga Balai Benih Ikan central Cangkringan merupakan sumber pendapatan asli
daerah.

7. Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan tidak memroduksi ikan untuk
ukuran konsumsi, karena Balai Benih Ikan Sentral Cangkringan Bergerak pada bagian
pengadaan benih dan pengadaan induk.

8. Dengan pelaksanaan studi lapang ini mahasiswa telah memperoleh ilmu serta
mengetahui bagaimana mengolah air di daerah yang susah akan air.

9. Balai Benih Ikan Central ( BBIC ) Cangkringan memproduksi benih dan induk
dengan mutu yang bagus dari hasil asli maupun persilangan ( ikan nila citra lada, nila
nifi, nila merah filipin, dan nila singa ).

B. SARAN

Adapun saran yang diperoleh dari kuliah lapang yang telah dilaksanakan baik untuk
Balai Benih Ikan Central Cangkringan dan dalam bidang perikanan adalah sebagai
berikut:

1. Pengembangan teknologi rekayasa budidaya sangat perlu untuk menghasilkan


benih ikan unggulan dan produksi ikan yang optimal.

2. Membina kader – kader perikanan yang berjiwa kritis, kreatif dan inovatif serta
bertaqwa kepad tuhan YME akan mampu membawa dunia perikanan di Indoneia
bersaing dengan negara maju.

19
3. Pertukaran informasi diperlukan untuk mengembangkan profesionalitas sumber
daya manusia dalam bidang perikanan

4. Sebaiknya pihak tempat kuliah lapang lebih memperhatikan lagi masalah


penaggulan hama dan penyakit.

5. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan memperhatikan sistem penggunaan hatchery dan memperbaiki tata
ruang hatchery.

6. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan memaiperhatikan keadaan saluran pemasukan air.

7. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan dapat lebih bisa memanajemen air.

8. Sebaiknya pihak yang berkait dalam pengelolaan Balai Benih Ikan Central ( BBIC)
Cangkringan melakukan teratment air sebelum digunakan.

20

Anda mungkin juga menyukai