Skripsi Adi Mastiawan
Skripsi Adi Mastiawan
PENDAHULUAN
1
2
tinggi, dan 1 (10%) pekerja mengalami kelelahan yang sangat tinggi, dari
10 pekerja tersebut mengalami gejala kelelahan berupa seluruh tubuh
merasa lelah dirasakan oleh 3 (30%) pekerja , merasa pusing dirasakan
oleh 2 (20%) pekerja, sulit untuk berkonsentrasi dirasakan oleh 1 (10%)
pekerja , punggung terasa sakit dirasakan oleh 3 (30%) pekerja, mata
terasa berat dan ingin dipejamkan dirasakan oleh 1 (10%) pekerja.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Penggalian Menhole diwilayah
Grogol pada PT SAP (Sarana Anugrah Perdana) Tahun 2017”.
7
8
4. Electroencephalography (EEG)
Suatu pemeriksaan aktivitas gelombang listrik otak yang direkam
melalui elektroda-elektroda pada kulit kepala. Amplitudo dan
frekuensi EEG bervariasi,tergantung pada tempat dan aktivitas otak
saat perekaman. EEG mengacu padarekaman aktivitas listrik otak
spontan selama periode waktu yang singkat, biasanya 20-40 menit.
5. Uji Bourdon Wiersma
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan
menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test, merupakan salah
satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian
dan konstansi.
6. Perasaan kelelahan secara subyektif (Subjective feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang
dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut
berisi 30 daftar pertanyaan.
Kuesioner 30-item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRS
(International Fatigue Research Committee of Japanese
Association of Industrial Health), yang dibuat sejak 1967.
Kuesioner IFRS disosialisasikan dan dimuat dalam prosiding
symposium on Methodology of Fatigue Asessment di Kyoto,Jepang
pada tahun 1969. Sepuluh pertanyaan pertama mengindikasikan
adanya pelemahan aktivitas, sepuluh pertanyaan kedua pelemahan
motivasi kerja dan sepuluh pertanyaan ketiga atau terakhir
mengindikasikan kelelahan fisik atau kelelahan pada beberapa
bagian tubuh.
Semakin tinggi frekuensi gejala kelelahan muncul diartikan
semakin besar pula tingkat kelelahan. Selanjutnya setelah selesai
melakukan wawancara dan pengisian kuesioner maka langkah
selanjutnya adalah menghitung skor dari ke-30 pertanyaan yang
diajukan dan dijumlahkan menjadi total skor individu. Kuesioner
12
2. Status Gizi
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada
produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan
tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu
(Tarwaka dan Sudiajeng, 2004). Status gizi pekerja dapat diukur
dengan IMT, dimana hasil pengukuran dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan Depkes RI. peningkatan IMT / IMT lebih
tinggi berhubungan dengan peningkatan kelelahan kerja pada
study yang dilakukan selama 2 tahun pada pasien ICF dan
menjadi overweight / obesitas dengan fungsi fisik dan vitalitas
yang lebih rendah pada population based study (Almatsier,
2005).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang (Suma’mur, 2009).
Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT =
15
3. Masa kerja
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat
mempengaruhi baik kinerja positif maupun negatif, akan
memberi pengaruh positif pada kinerja personal karena
dengan bertambahnya masa kerja maka pengalaman dalam
melaksanakan tugasnya semakin bertambah. Sebaliknya akan
memberi pengaruh negatif apabila semakin bertambahnya
masa kerja maka akan muncul kelelahan pada tenaga
kerja (Suma’mur, 2013). Sedarmayanti (2009) lama masa kerja
adalah salah satu faktor yang termasuk kedalam komponen ilmu
kesehatan kerja. Pekerjaan fisik yang dilakukan secara kontinyu
dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap
mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan,
16
2. Waktu Kerja
Waktu kerja bagi seseorang dapat menentukan efisiensi dan
produktivitasnya. Menurut Suma’mur (2009), hal-hal yang penting
untuk persoalan waktu kerja terdiri atas :
1. Lamanya seseorang untuk mampu bekerja dengan baik.
19
3. Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas
pekerjaan sehari hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir
lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan kita untuk dapat
menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan, dengan bekerja
berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata
lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
bersangkutan. Beban tersebut berupa beban fisik maupun beban
mental. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang
tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama
seseorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya
sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.
Dimana semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas
kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Beban kerja fisik
dalam kategori berat akan menyebabkan beban kardiovaskuler
meningkat sehingga kelelahan akan cepat muncul. Pada penelitian
yang dilakukan pada pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya
hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja (Tarwaka dan
Sudiajeng, 2004).
Untuk menentukan kriteria beban kerja dapat ditentukan dengan
jumlah denyutan nadi pekerja dalam permenit,yang tersaji dalam
tabel 2.2 :
Tabel 2.3
Tingkatan beban kerja menurut denyut nadi per - menit
Pengukuran Beban Kerja
No Beban Kerja Denyut nadi per-menit
1 Ringan 75 – 100
2 Sedang 101 – 125
3 Berat 126 – 150
Sumber : Suma’mur (2009)
Berdasarkan penelitian Permatasari, dkk (2016) terdapat hubungan
antara beban kerja dengan kelelehan kerja, dimana dari 76
responden, 44 reponden (57,9%) mengalami beban kerja berat dan
21
b. Kebisingan
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per - 13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisikadan Faktor Kimia di Tempat Kerja, kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi atau alat - alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Selain itu
kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-
rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis,
dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki. Nilai
ambang batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA
(Kemenakertrans, 2011)
Alat ukur utama untuk kebisingan adalah soundlevel meter.
Kebisingan akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Dimana
pengaruh dari kebisingan adalah kerusakan pada indera pendengar
yang menyebabkan ketulian (Suma’mur, 2009). Hasil penelitian
fahri dan pasha (2010) membuktikan bahwa kebisingan (>85
dBA) mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja berat sebesar 90%
sehingga dapat disimpulkan kebisingan mempengaruhi kelelahan.
23
Tabel 2.4
Penelitian Terkait
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Desain Penelitian Hasil Penelitian
Independent :
1. Usia
Titin Isna Hubungan Faktor Internal 2. Status Gizi ada hubungan yang signifikan
Oesman dan dan Eksternal Terhadap 3. KeluhanKerja antara usia, status gizi,
1. Cross Sectional
Risma Adelina Kelelahan Kerja Melalui 4. BebanKerja keluhan kerja dan beban kerja
Simanjuntak Subjective Self Rating Test terhadap kelelahan kerja.
Dependent :
1. KelelahanPekerja
Independent :
ada hubungan antara usia,
Faktor-Faktor Yang 1. Usia
masa kerja, sikap kerja dan
Berhubungan Dengan 2. Status Gizi
Januar Atiqoh, beban kerja terhadap
Kelelahan Kerja Pada 3. Masa Kerja
Ida Wahyuni kelelahan kerja.
2. Pekerja Konveksi Bagian 4. Sikap Kerja Cross Sectional
dan Daru Tidak ada hubungan antara
Penjahitan di CV. Aneka 5. Beban Kerja
Lestyanto status gizi terhadap kelelahan
Garment Gunung pati
kerja
Semarang Dependent :
1. Kelelahan Pekerja
25
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Desain Penelitian Hasil Penelitian
Independent :
Faktor-faktor yang 1. Umur Ada hubungan antara status
berhubungan dengan 2. Masa Kerja gizi dengan kelelahan kerja
Dita Perwitasari
kelelahan kerja subyektif 3. Status Gizi
3. danAbdul Cross Sectional
pada perawat di RSUD 4. Jenis Kelamin Tidak ada hubungan antara
Rohim Tualeka
dr.MOHAMAD umur, jenis kelamin, masa
SOEWANDHIE. Dependent : kerja dengan kelelahan kerja.
1. Kelelahan kerja
Independent :
1. Kelelahan kerja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Usia
2. Status Gizi Kelelahan
3. Masa Kerja Kerja
4. Beban Kerja
26
27
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Sumber :Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2014
Hasil Bivariat :
1 Kurus / Jika hasil < 18,5 kg/m² dan
> 24,9 kg/m²
2 Normal Jika hasil 18,5 kg/m² - 24,9
kg/m²
1. Berpengalaman jika hasil masa kerja
Panjangnya waktu terhitung mulai pertama
≥ Mean (3,1)
Masa Kerja kali pekerja masuk kerja hingga saat Kuesioner Mengisi Kuesioner Ordinal
2. Belum berpengalaman jika hasil
penelitian berlangsung masa kerja < Mean (3,1)
Hasil Univariat
1. Beban Berat Jika denyut nadi
Permenit > 125 bpm
2. Beban Sedang jika denyut nadi per-
Kondisi Berat / ringgannya pekerjaan secara meni 101 - 125 bpm
fisiologis yang dilakukan oleh responden 3. Beban Ringan jika denyut nadi per-
Beban Pengukuran menit 75-100 bpm
dalam bekerja setiap harinya Stopwatch Ordinal
Kerja Sumber : Suma’mur (2009)
Hasil Bivariat
1. Beban Berat Jika denyut nadi
Permenit > 125 bpm
2. Beban Ringan-Sedang jika denyut
nadi per-menit 75-125 bpm
29
7 Status Gizi
Data status gizi memerlukan pengukuran dua variabel.
Yaitu data berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam
centi meter. Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pekerja diminta untuk menimbang berat badan diatas timbangan
yang telah disediakan. Timbangan berat badan berupa timbangan
jarum merek omron dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Pada saat
proses pengukuran berat badan dan tinggi badan, responden tidak
diperbolehkan mengenakan alas kaki, topi, dan memakai benda
lain yang mempengaruhi hasil pengukuran. Data hasil berat badan
dan tinggi badan kemudian dihitung menggunakan rumus standar
IMT.
IMT =
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi dari semua variabel yang
diamati meliputi nilai frekuensi atau persentasenya.
Variabel dependen adalah variabel terpengaruh, variabel
akibat, dan variabel yang tergantung oleh variabel
independen. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Kelelahan Kerja. Sedangkan variabel independen
adalah variabel bebas, sebab atau mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu
Usia, status gizi, masa kerja, dan Beban Kerja.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis
hubungan antara variabel bebas yaitu usia, status gizi, masa
kerja, dan Beban Kerja, dan variabel terikat yaitu, kelelahan
kerja pada pekerja di PT Sarana Anugerah Perdana pada
bagian pekerjaan penggalian menhole, Grogol, Jakarta
barat, dengan menggunakan Chi-Square test dengan tingkat
kepercayaan 95%. Jika P-value ≤ 0,05 maka perhitungan
secara statistik menunjukan bahwa adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Jika P-
value > 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukan
bahwa tidak adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, perhtitungan menggunakan
bantuan program komputer.
Hasil/ nilai odds rasio, jika OR = 1 menunjukan
bawha faktor risiko yang diteliti ternyata bukan merupakan
faktor untuk terjadinya efek. OR > 1 menunjukan bahwa
besar faktor risiko yang diteliti merupakan risiko terjadinya
efek, sedangkan OR < 1 menunjukan bawha faktor risiko
tersebut merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
35
36
Dari data pada tabel 4.5 menggambarkan tentang status gizi pada
pekerja konstruksi PT Sarana Anugrah Perdana bagian menhole tahun
2017. Sebanyak 2 responden (5%) memiliki status gizi kurus, 22
responden (55%) memiliki status gizi normal, dan 16 responden
(40%) memiliki status gizi gemuk.
Berdasarkan kebutuhan analisis bivariat, penulis memutuskan
untuk menggabungkan variabel status gizi yang semula terdiri dari
tiga kategori menjadi dua kategori yaitu status gizi kurus/gemuk dan
status gizi normal. Perubahan kategori variabel status gizi dapat dilihat
pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Status Gizi Dua Kategori
Pada Pekerja Penggalian Menhole PT SAP Tahun 2017
Status gizi Frekuensi Persen
Kurus / gemuk 18 45%
normal 22 55%
Jumlah 40 100%
Tabel 4.7
Uji Normalitas Masa Kerja Pada pekerja PT Sarana Anugrah
Perdana bagian Menhole Tahun 2017
Kelelahan Jumlah P OR
Tinggi – Rendah- value (95%
Usia Sangat sedang CI)
Tinggi
N % N % N %
14 66,7 7 33,3 21 100 0,001 17,000
Berisiko
(3,034–
Tidak 2 10,5 17 89,5 19 100 95,254)
Berisiko
Kelelahan
Tinggi – OR
Rendah- Jumlah
Masa Kerja Sangat Pvalue (95%
sedang CI)
Tinggi
N % N % N %
Berpengalaman 9 37,5 15 62,5 24 100 0,771
(0,21
Belum 0,947 3–
7 43,8 9 56,2 16 100 2,796
Berpengalaman
)
45
46
Menurut Hoetomo (2005) usia adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan). Adapun usia tenaga kerja menurut
undang-undang tenaga kerja no. 13 tahun 2003 adalah 15-64 tahun.
Seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjan berat, dan
sebaliknya jika seseorang sudah berumur maka kemampuannya untuk
melakukan pekerjaan berat pun akan ikut menurun. Pekerja yang berumur
lanjut akan merasa cepat lelah dan tertekan maka tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan
baik setiap individu berbeda-beda dan salah satunya dapat dipengaruhi
dengan faktor umur (Suma’mur, 2009).
Bila dilihat dari hasil penelitian diatas, jumlah pekerja berusia berisiko
lebih banyak dibandingkan pekerja yang berusia tidak berisiko. Hal ini
dikarenakan perusahaan tidak menerapkan standar usia minimun dalam
penerimaan kerja, pekerja yang memiliki usia berisiko biasanya lebih
rentan terkena penyakit, karena kondisi fisiknya mulai menurun. Disisi lain
perusahaan belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para
pekerja, sehingga baik pekerja maupun perusahaan tidak mengetahui
kondisi kesehatan para pekerja selama berkerja diperusahaan tersebut.
PT SAP (Sarana Anugerah Perdana) merupakan Badan Usaha milik
swasta yang berkerja dibidang peningkatan fasilitas umum seperti
pemasangan U-ditch, Menhole, Pedestrian, dan Pintu air yang berdiri sejak
tahun 2013. Berdasarkan penelitian ini, usia pekerja yang bekerja di
bagian penggalian menhole di wilayah Grogol paling banyak berusia 27
tahun sebanyak 4 orang (10%) dan usia paling muda yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu usia 26 tahun sebanyak 1 orang (2,5%) dan usia paling
tua yaitu 58 tahun sebanyak 1 orang (2,5%). Oleh sebab itu penulis
menyarankan agar perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada
para pekerjanya, agar mengetahui kondisi kesehatan para pekerja.
49
dapat dilihat juga terdapat pekerja yang memiliki status gizi gemuk, karena
pekerja yang memiliki status gizi gemuk merasa cepat lapar dan lelah saat
berkerja, disisi lain kurangnya pengetahuan mengenai kadar gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pekerja yang memiliki status gizi gemuk
tidak perduli makanan yang dimakan mengandung gizi yang sesuai atau
tidak.
Berdasarkan hasil penelitian, IMT tertinggi yang dimiliki pekerja
adalah 35,38 sebanyak 1 orang dan IMT terendah yang dimiliki oleh
pekerja adalah 16,7 sebanyak 1 orang. Karena masih ada beberapa pekerja
yang belum mengetahui kadar gizi yang butuh kan oleh tubuh, oleh sebab
itu perusahaan perlu melakukan kegiatan berupa pembekalan ilmu
mengenai pengaruh kadar gizi dalam tubuh kepada para pekerja, agar
pekerja dapat menjaga dan mengkontrol status gizinya dengan baik.
(2015) pada tenaga kerja di PT. Timur Laut Jaya Manado yang menemukan
bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja.
Hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja dipengaruhi oleh
kemampuan tiap-tiap pekerja yang berbeda walaupun pekerja bekerja
ditempat yang sama dan dengan latar belakang pendidikan yang sama.
Kemampuan seseorang yang lain meskipun pendidikan dan pengalamannya
sama dan bekerja pada suatu pekerjaan yang sama, perbedaan ini
disebabakan karena kapasitas orang tersebut berbeda (Notoadmojo, 2003).
Menurut Tarwaka (2004) semakin berat beban kerja yang dimiliki oleh
setiap tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan, energi yang dikeluarkan
juga semakin besar, maka semakin tinggi pula tingkat kemungkinan
terjadinya kelelahan pada pekerja, dari sudut pandang ergonomi, setiap
beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik
terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan
manusia yang menerima beban tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa pada pekerja yang memiliki
beban kerja berat dapat mengalami kelelahan dengan tingkat tinggi-sangat
tinggi, hal ini dikarenakan para pekerja hanya menggunakan cangkul dalam
proses pekerjaan. Disisi lain masih terbatasnya alat bantu berupa jack
hammer yang disediakan oleh perusahaan, jack hammer dapat
mempermudah proses penghancuran aspal. Sehingga jika beberapa pekerja
tidak mendapatkan giliran menggunakan alat tersebut, mereka terpaksa harus
menggunakan tenaga manual dengan menggunakan palu besar yang disebut
bogem untuk mengahncurkan aspal, agar proses pekerjaan tetap berjalan.
Hal tersebut dapat menguras banyak tenaga para pekerja, sehingga pekerja
lebih cepat merasa lelah. Ditinjau dari kasus diatas, peneliti menyarankan
perusahaan menyediakan alat bantu berupa jack hammer dengan jumlah
yang lebih banyak untuk mengurangi beban kerja yang diterima oleh pekerja
dan lebih mempermudah dalam proses pekerjaan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan terhadap 40 pekerja PT Sarana Anugrah
Perdana dalam penggalian menhole Tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa :
1. Proporsi tertinggi yaitu responden yang memiliki tingkat kelelahan kerja
sedang.
2. Proporsi tertinggi yaitu responden yang memiliki usia berisiko.
3. Proporsi tertinggi yaitu responden yang memiliki masa kerja berpengalaman.
4. Proporsi tertinggi yaitu responden yang memiliki status gizi normal.
5. Proporsi tertinggi yaitu responden yang memiliki beban kerja berat.
6. Ada hubungan antara usia dengan kelelahan kerja pada pekerja penggalian
menhole PT Sarana Anugrah Perdana Tahun 2017.
7. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
penggalian menhole PT Sarana Anugrah Perdana Tahun 2017.
8. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja
penggalian menhole PT Sarana Anugrah Perdana Tahun 2017.
9. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
penggalian menhole PT Sarana Anugrah Perdana Tahun 2017.
6.2. Saran.
1. Perusahaan diharapkan memberikan edukasi mengenai gejala gejala kelelahan
kepada para pekerja melalui kegiatan tool box meeting. Hal tersebut bertujuan
agar pekerja mengetahui gejala-gejala awal terjadinya kelelahan sehingga
mereka dapat menekan kelelahan kerja sebelum terjadi ataupun semakin
parah.
2. Perusahaan perlu lebih memperhatikan kondisi kesehatan kepada seluruh para
pekerjanya, dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh
pekerja baik itu yang pekerja lama ataupun pekerja baru. Karena pekerja yang
memiliki status kesehatan yang baik akan mampu berkerja secara maksimal,
hal ini akan menguntungkan perusahaan.
3. Perusahaan melakukan kegiatan pemberian edukasi kesehatan mengenai status
gizi kepada para pekerja dan melakukan pemeriksaan kesehatan maksimal
enam bulan sekali kepada para pekerjanya,hal tersebut bertujuan untuk para
59
60