Disusu Oleh :
Kelompok 6
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “Kunjungan Palang Merah Indonesia”
ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun masih sederhana.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada rekan – rekan kelas D3B Analis
Kesehatan yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan Laporan ini, tak
lupa ucapan terimakasih juga diberikan kepada Ibu Anita Oktari,M.si. selaku dosen
mata kuliah Transfusi Darah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
ISI .............................................................................................................................................. 6
2.1 Sejarah PMI ............................................................................................................... 6
2.2 Visi dan Misi PMI ..................................................................................................... 7
2.3 Tujuan Stategis PMI .................................................................................................. 7
2.4 Sejarah Lambang ....................................................................................................... 8
2.5 Hukum Prikemanusiaan Internasional..................................................................... 10
2.6 Hukum Prikemanusiaan Internasional-Ketentuan Dasar HPI ................................. 12
2.7 Tenaga Sukarelawan ............................................................................................... 14
1. Palang Merah Remaja ............................................................................................. 14
2. Korps Sukarela (KSR) PMI..................................................................................... 16
3. Tenaga Sukarela (TSR) ........................................................................................... 17
4. Donor Darah Sukarela ............................................................................................. 18
BAB III ........................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................... 20
1. Bahan Diskusi ............................................................................................................. 20
2. Kesimpulan ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung merupakan PMI Cabang yang
berada dalam gerak Kepalang Merahan Indonesia, oleh karena itu PMI Kota
Bandung harus dapat menentukan ciri khas peranan sosialnya secara tepat dan
maksimal, tidak terlepas dari tugas – tugas pokoknya yang telah ditentukan seperti
penyelenggaraan donor darah, pendidikan, dan pelatihan, pembinaan terhadap
generasi muda Palang Merah Remaja (PMR) serta relawan (KSR) yang peduli
terhadap kemanusiaan, peningkatan kemampuan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana alam dan lain sebagaimya.
4
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kegitan Palang Merah Indonesia
2. Untuk mengetahui proses pengambilan darah (kegiatan transfusi darah)
3. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Palang Merah Indonesia
5
BAB II
ISI
Pada tahun 1932 timbul semangat untuk mendirikan Palang Merah Indonesia
(PMI) yang dipelopori oleh dr. RCL. Senduk dan Bahder Djohan. Kemudian,
proposal pendirian diajukan pada kongres NERKAI (1940), namun ditolak. Pada saat
penjajahan Jepang, proposal itu kembali diajukan, namun tetap ditolak.
Pada 5 September 1945, dr. buntaran membentuk Panitia Lima yang terdiri dari
dr. R. Mochtar, dr. Bahder Johan, dr. Joehana, Dr. Marjuki dan dr. Sitanala, untuk
mempersiapkan pembentukan Palang merah di Indonesia.
6
Adapun tugas utama PMI berdasarkan Keppres RIS No. 25 tahun 1950 dan
Keppres RI No. 246 tahun 1963 adalah untuk memberikan bantuan pertama pada
korban bencana alam dan korban perang sesuai dengan isi Konvensi Jenewa 1949.
Saat ini, PMI telah berdiri di 33 Provinsi, 371 Kabupaten/Kota dan 2.654
Kecamatan (data per-Maret 2010). PMI mempunyai hampir 1,5 juta sukarelawan
yang siap melakukan pelayanan. (www.pmi.or.id).
Misi
7
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di berbagai
tingkatan, baik sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
diperlukan dalam operasi penanganan bencana di seluruh wilayah
Indonesia.
3. Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan
dampak bencana serta penyakit.
4. Meningkatkan pelayanan darah yang memadai, aman dan berkualitas di
seluruh Indonesia.
5. Memperkuat hubungan kerja sama dengan pemerintah pusat dan
daerah dalam rangka menjalankan mandat dan fungsi PMI di bidang
kemanusiaan.
6. Meningkatkan kemitraan yang berkesinambungan dengan sektor publik,
swasta, mitra gerakan, lembaga donor dan pemangku kepentingan
lainnya di semua tingkatan dalam melayanai masyarakat.
7. Meningkatkan akuntabilitas PMI sebagai organisasi kemanusiaan di
tingkat Nasional maupun Internasional.
8. Meningkatkan pemahaman seluruh elemen masyarakat tentang nilai-
nilai kemanusiaan, prinsip - prinsip dasar Gerakan Internasional
Palang Merah/Bulan Sabit Merah serta, Hukum Perikemanusiaan
Internasional melalui upaya komunikasi, edukasi dan diseminasi.
8
sebuah buku berjudul A Memory of Solferino (Kenangan dari Solferino). Dalam
buku ini Dunant mengajukan dua usulan untuk membantu korban perang :
Perlunya pada masa damai didirikan kelompok relawan di setiap negara supaya
mereka siap merawat korban pada masa perang
Perlunya negara-negara menyepakati pemberian perlindungan bagi para petugas
pertolongan dan para korban di medan pertempuran
Pada tahun itu pula Komite Internasional untuk Pertolongan Bagi Tentara yang
Terluka berganti nama menjadi Komite Internasional Palang Merah (International
Committee of the Red Cross) atau ICRC.
Pada 1864, Lambang Palang Merah sebagai Tanda Pengenal dan Tanda
Pelindung bagi anggota kesatuan medis militer diadopsi ke dalam Konvensi Jenewa
I tentang “Perlindungan bagi anggota militer yang luka dan sakit di meda
pertempuran darat”.
9
Setelah diadopsi, Lambang Palang Merah diartikan sebagai:
Lambang yang netral; pemberian satu tanda yang sama bagi seluruh anggota
kesatuan medis militer di setiap negara, memberikan mereka status netral
Tujan HPI :
Latar belakang HPI berkaitan erat dengan sejarah Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional. Ide yang dituangkan oleh Jean Henry Dunant
dalam bukunya “Kenangan dari Solferino” melahirkan sebuah komite yang
kemudian dikenal dengan nama Komite Internasional Palang Merah (The
International Committee of the Red Cross and Red Crescent atau ICRC).
10
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
Konvensi Den Haag 1907: tentang penggunaan alat dan cara bertempur
Konvensi Den Haag 1954: tentang perlindungan terhadap benda budaya pada
masa sengketa bersenjata
Konvensi Senjata Kimia 1993: tentang pelarangan senjata kimia
Konvensi Ottawa 1997: tentang pelarangan ranjau darat anti personel
Statuta Roma 1998: tentang pembentukan Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court)
1. Prajurit yang terluka, sakit, dan yang menjadi korban kapal karam di medan
pertempuran
2. Tawanan perang dan mereka yang telah meletakkan senjata atau telah menyerah
3. Personil kesehatan angkatan bersenjata
4. Personil keagamaan angkatan bersenjata
5. Orang-orang yang dicabut kebebasannya sebagai akibat dari konflik
6. Penduduk sipil, terutama perempuan, anak-anak, dan lansia
11
7. Petugas Organisasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (ICRC, perhimpunan
nasional, dan IFRC)
Mereka yang tidak atau tidak dapat lagi mengambil bagian dalam pertempuran
berhak untuk dihormati jiwa serta mental dan fisiknya. Dalam keadaan apapun
mereka harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi tanpa diskriminasi
Mereka yang sakit dan terluka harus dirawat oleh pihak yang menguasainya.
Petugas medis, transportasi dan peralatan medis serta rohaniawan harus
dilindungi Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah di atas dasar putih
adalah tanda pembeda bagi petugas dan sarana medis serta rohaniawan dan
harus dihormati
Tentara dan orang sipil ditangkap dan berada di bawah kekuasaan pihak lawan
berhak untuk dihormati jiwanya, martabat, hak-hak Pribadi dan hak politik,
agama atau keyakinan-keyakinan lainnya. Mereka berhak untuk menerima
bantuan dan bertukar kabar dengan keluarganya
12
Serangan yang mengakibatkan kerusakan yang luas dan berkepanjangan
terhadap lingkungan hidup juga dilarang.
13
2. Pemakaian/penggunaan tanda dan kata-kata Palang Merah yang tertuang dalam
Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1 Tahun 1962
3. Pemberian mandat kepada Pantap Hukum Humaniter yang bertugas
mempersiapkan undang-undang dan peraturan-peraturan untuk implementasi
Konvensi-konvensi Jenewa melalui Keputusan Menteri Kehakiman No. C-
35.PR.09.03 Tahun 1980.
4. Upaya penyebarluasan HPI di kalangan TNI, POLRI, dan instansi pemerintah
lainnya dan juga di kalangan PMI bekerjasama dengan ICRC
Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah kegiatan remaja di sekolah atau
lembaga pendidikan normal dalam kepalangmerahan melalui program kegiatan
ekstra kurikuler.
Anggota PMR:
14
Syarat menjadi anggota PMR:
Kegiatan PMR:
Ruang lingkup kegiatan PMR dikenal dengan nama Tri Bakti Remaja yang
mengandung arti:
15
2. Korps Sukarela (KSR) PMI
Korps Sukarela (KSR) adalah kesatuan unit PMI yang menjadi wadah bagi
anggota biasa dan perseorangan yang atas kesadaran sendiri menyatakan
menjadi anggota KSR.
16
Kegiatan KSR:
Tenaga Sukarela (TSR) adalah anggota PMI yang direkrut dari perseorangan
dari kalangan masyarakat yang berlatar belakang profesi atau memiliki
ketrampilan tertentu, misalnya dokter, ahli gizi, sanitasi, akuntan, logistik,
teknisi, pertanian, jurnalis, seniman/artis, teknologi komunikasi, guru, dsb dan
bersedia menjadi relawan PMI.
17
Atas kesadaran dan kemauan sendiri bersedia mendaftarkan diri menjadi
anggota PMI setempat
Memiliki keterampilan/keahlian/profesi tertentu yang dapat mendukung
tugas dan kegiatan PMI, baik yang didapat dari pendidikan formal maupun
non formal, seperti kursus, dll
Memiliki kesanggupan secara fisik dan mental
Bersedia menjalankan ketentuan organisasi PMI dan menjaga nama baik
PMI
Bersedia mengabdikan diri di PMI
Bersedia mengikuti Orientasi Kepalangmerahan
18
pasien yang membutuhkan darah. DDS membantu tersedianya darah sehat yang
sudah siap diolah dan siap digunakan kapan pun.
Sayangnya, jumlah DDS masih belum banyak atau baru 2-3% saja secara
keseluruhan. Padahal idealnya jumlah DDS itu minimal 4% dari jumlah
penduduk suatu daerah. Sehingga sangat penting bagi siapapun dapat menjadi
DDS untuk membantu sesama mendapatkan darah yang dibutuhkan.
19
BAB III
PENUTUP
Bahan Diskusi
1. Sejarah singkat berdirinya UTD PMI / BDRS
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum
Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda
mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode
Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat
pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932.
Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R.
C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan
pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama
dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi
Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal
menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk
membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu
mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang
kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden
Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar
membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr.
Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M.
Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, mempersiapkan
terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah
kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah
tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan,
terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam
20
ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh
pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan
Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-
satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas
kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.
21
dilaksanakan sejak tahun 1975 dan saat ini ditujukan terhadap antibodi treponema
pallidum menggunakan reagensia TPHA. Uji saring Hepatitis B ditujukan terhadap
HBsAg, Hepatitis C terhadap anti-HCV dan HIV terhadap anti-HIV. Metoda uji saring
yang digunakan adalah Elisa (70% donasi), Rapid Test (30% donasi) dan NAT.
22
3. Prinsip “the right man on the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
4. Koordinasi dalam setiap unit kegiatan dapat diterapkan dengan mudah.
5. Dapat digunakan dalam organisasi yang lebih besar.
Berdasarkan analisis faktor internal, kelebihan PMI adalah sebagai berikut:
1. PMI masih diakui oleh pemerintah sebagai satu-satunya Organisasi
Kepalangmerahan di Indonesia berdasarkan Keppres No. 25 Tahun 1950 serta
Kep. Pres No. 246/1963 tentang posisi PMI yang bekerja melaksanakan tugas
atas nama pemerintah dan harus bertanggungjawab kepada pemerintah dengan
tetap berprinsip kepada kemandirian PMI. Hal ini menunjukkan bahwa PMI
masih tetap eksis dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat.
2. PMI telah memiliki jaringan kerja hingga hampir menyeluruh di wilayah tanah
air. Dari catatan yang ada, saat ini terdapat Pengurus Pusat (13 orang
pengurus), 30 PMI Daerah (380 orang Pengurus), 361 PMI Cabang (4.602 orang
Pengurus) dan 2.200 PMI Ranting (dari 197 PMI Cabang) di seluruh Indonesia.
3. PMI memiliki hampir 1 juta sukarelawan yang telah mendapat latihan
keterampilan di bidang Kepalangmerahan dan siap menjalankan tugasnya untuk
membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dari catatan yang ada, PMI
memiliki anggota KSR sebanyak 27.987 orang (dari 161 PMI Cabang), Tenaga
Sukarela 22.362 orang (dari 132 PMI Cabang) dan Palang Merah Remaja
713.093 orang (dari 176 PMI Cabang).
4. PMI memiliki jaringan kerja nasional dan Internasional, baik yang terkait
dengan tugas-tugas kepalangmerahan di Indonesia maupun international
network dengan IFRC/ICRC/ dan International NGO (WFP, UN-OCHA,
UNHCR, UNDP dll) yang cukup baik.
23
Kesimpulan
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional
di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang
teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit
merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan,
dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi)
dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesia.
24
DAFTAR PUSTAKA
25