Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMUNIKASI SATELIT
MODUL III : MANAJEMEN TRANSPONDER

DISUSUN OLEH :
Abdul Sholeh
15101001

Partner Praktikum: 1. Indra Setiawan Jati (13101066)


2. Ananda Suci Rosalina (15101045)

Tanggal Praktikum: 18 Mei 2018


Asisten Praktikum: 1. Muhammad Azhar (14101104)
2. Amirul Hakim Ardhijanto (14101053)
3. Winda Ekaliya Rinanda (17101232)

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI


INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
JL. DI. PANJAITAN NO. 128
2018
I. DASAR TEORI
a. Transponder
Transponder adalah suatu rangkaian yang terdiri atas rangkaian
penerima sinyal, pengubah frekuensi (translator) dan rangkaian pemancar
ulang dari sinyal tersebut. Transponder itu dapat bekerja dengan baik
dengan bantuan subsistem antena. [1]
Manajemen transponder merupakan pengeleolaan transponder
untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam artian kualitas, kapasitas,
gangguan dan sumber daya di G/S yang maksimal. Transponder merupakan
pembagian beberapa renge frekuensi yang digunakan untuk kepentingan
tertentu. Transponder itu dapat bekerja dengan baik dengan bantuan
subsistem antena. Pada umumnya satelit komunikasi memiliki 24
transponder yang dibagi menjadi dua polarisasi yaitu horizontal dan
vertikal. Besarnya bandwidth dari guard band setiap transponder adalah 36
MHz dan sebesar 2 x 2 MHz (kiri dan kanan). [2]
Untuk lebih jelasnya fungsi dari transponder adalah sebagai
berikut :
1. Menerima sinyal dari stasiun bumi.
2. Memperkuat sinyal, hal ini dilakukan karena sinyal dari bumi akan
melemah setelah melalui transmisi angkasa yang jaraknya sangat jauh.
3. Mengubah frekuensi sinyal informasi dari stasiun bumi yang disebut
uplink menjadi frekuensi downlink dari tiga jenis band. Namun range
frekuensi yang umum dipakai dalam komunikasi satelit adalah C-band.
Di bawah ini adalah penjelasan dari anatomi
transponder :
 G/T merupakan sensitifitas dari receiver transponder
termasuk antenna receive. Nilainya bervariasi terhadap
arah sinyal yang datang.
 SFD (Saturated Flux Density) adalah nilai yang dibutuhkan
untuk mensaturasikan transponder dari stasiun bumi
(dengan PAD = 0 dB). Dapat dikatakan sebagai
sensitivitas input dari transponder. Semakin negatif nilai
SFD semakin tinggi sensitivitasnya.
 PAD (Flux Control Attenuation/Gain Control Setting) adalah
nilai attenuasi/redaman yang dibuatkan untuk mengatur
nilai sensitivitas input transponder.
 EIRP (Effective Isotropically Radiated Power) merupakan
besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar dari
suatu antenna di bumi, atau dapat dikatakan EIRP itu
merupakan perkalian antara daya RF dengan gain suatu
antenna.
b. Sistem Transponder Satelit
Transponder adalah peralatan yang berfungsi untuk menerima
sinyal, memperkuat frekuensi dan memancarkan ulang sinyal tersebut.
[ CITATION Ifa16 \l 1033 ] Efektifitas dari transponder adalah 36 MHz
sehingga ruang antara transponder tersebut menjadi 4 MHz. Di Indonesia
sama halnya seperti di negara luar, untuk keperluan siaran televisi biasanya
digunakan 1 transponder penuh. Karena terdapat alasan ekonomi maka
hanya digunakan setengah dari transponder yang ada atau menyewa sebuah
transponder dan kemudian digunakan secara bersama dengan pembagian
FDM (Frequency Division Multiplexing) ataupun TDM (Time Division
Multiplexing). Jika cara pembagian FDM yang dipakai maka saluran suara
dan gambarnya dipisah menggunakan saluran SCPC (Single Channel Per
Carrier) yang mirip dengan sistem V-Sat.[ CITATION Suc16 \l 1033 ]
c. Implementasi Transponder
1. Transponder Qualisinier
Istilah quasilinier menggambarkan kenyataan bahwa penguat
transponder satelit, seperti semua penguat, menunjukkan respon nonlinear
yang mendekati daya output maksimum dan respon yang lebih linear pada
level daya lebih rendah. Gain total transponder diperoleh dengan
mengkaskade beberapa tingkat penguatan yang memberikan level operasi
untuk memenuhi kebutuhan internal.
Transponder quasilinier menerima, memisahkan, dan menguatkan
pembawa uplink, menerjemahkan frekuensi ke band downlink, dan
menguatkan sinyal untuk transmisi kembali ke downlink. Tingkat output
daya-tinggi akhir transponder biasanya berasal dari travelling wave tube
amplifier (TWTA).
2. Repeater Regeneratif
Dalam aplikasi transmisi digital mungkin digunakan transponder
satelit yang lebih kompleks untuk mendapatkan peningkatan kinerja.
Repeater regeneratif melakukan fungsi penerimaan dan pentransmisian
seperti repeater quasilinear. Akan tetapi, regenerator terdiri dari
demodulator yang mendemodulasi sinyal uplink ke sinyal baseband digital
dan modulator yang mendemodulasi ulang sinyal pembawa downlink.
II. HASIL DATA
Berikut ini merupakan hasil data dari praktikum tentang Manajemen
Transponder yaitu 10 channel TV :

Gambar 2.1 Tampilan Informasi Kualitas Saluran NTV


- Saluran : NTV
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4061/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 76 %

Gambar 2.2 Tampilan Informasi Kualitas Saluran Sinema Indonesia


- Saluran : Sinema indonesia
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 80 %

Gambar 2.3 Tampilan Informasi Kualitas Saluran Olight TV


- Saluran : Olight TV
- Nama Penyedia :Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 80 %
Gambar 2.4 Tampilan Informasi Kualitas Saluran Hollaco
- Saluran : Hollaco
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 70 %

Gambar 2.5 Tampilan Informasi Kualitas Saluran MWD Variety


- Saluran : MWD Variety
- Nama Penyedia : Video 4
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4111/11668/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 91 %
- Kualitas Sinyal : 48 %

Gambar 2.6 Tampilan Informasi Kualitas Saluran Smile


- Saluran : Smile
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 76 %
Gambar 2.7 Tampilan Informasi Kualitas Saluran TVONE
- Saluran : TVONE
- Nama Penyedia : TVONE
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 3787/5630/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 91 %
- Kualitas Sinyal : 70 %

Gambar 2.8 Tampilan Informasi Kualitas Saluran DAI tv


- Saluran : DAI tv
- Nama Penyedia : none
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4045/28133/V
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 90 %
- Kualitas Sinyal : 70 %

Gambar 2.9 Tampilan Informasi Kualitas Saluran METRO TV


- Saluran : METRO TV
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 70 %
Gambar 2.10 Tampilan Informasi Kualitas Saluran MD TV
- Saluran : MD TV
- Nama Penyedia : Indosat
- Satelit : Palapa D
- Transponder : 4081/28125/H
- PID : 576P
- Intensitas Sinyal : 92 %
- Kualitas Sinyal : 80 %
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Praktikum modul 3 kali ini, praktikan membahas mengenai
Manejemen Transponden. Manajemen transponder merupakan pengeleolaan
atau mengatur transponder agar mendapatkan hasil yang optimal dalam
ketentuan kualitas, kapasitas, gangguan dan sumber daya di G/S yang
maksimal. Adapun Transponder sendiri merupakan pembagian beberapa renge
atau blok frekuensi yang digunakan sebagai tujuan tertentu selain itu
Transponder dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang terdiri atas
rangkaian penerima sinyal, pengubah frekuensi (translator) dan rangkaian
pemancar ulang dari sinyal tersebut. Transponder dapat bekerja dengan baik
dengan bantuan subsistem antena. Dalam praktikum modul 3 ini alat yang
digunakan yaitu TV out , DVB atau Receiver satellite, antena parabola dan
kabel Coaxial serta konektornya.
Selain itu praktikum modul 3 ini kelanjutan dari modul 2. Jika pada
modul 2 sudah membahas mengenai pointing antena parabola maka di modul 3
ini akan menampilkan Channel-Channel yang telah di dapatkan dari pointing
antena parabola. Dengan kata lain pada modul 3 ini merupakan output dari
praktikum modul 2 dengan wujud berupa channel yang di tampilkan pada layar
TV. Karena berkelanjutan dari modul 2 maka satelit yang digunakan juga sama
yaitu satelit palapa D.
Untuk mendapatkan nilai straight dan quality yang baik maka dengan
cara mengarahkan antena parabola ke satelit. Dan antara parabola dan televisi
tidak dapat dihubungkan langsung tetapi harus membutuhkan perangkat yang
dinamakan DVB receiver satelit. Dari praktikum ini praktikan diharapkan
menampilkan layanan TV digital dari hasil pointing antena parabola yang
didapatkan dari satelit palapa D. Untuk menampilkan hasil layanan TV digital
digunakan TV portable yang sinyalnya diperoleh dari disk antenna. Dari disk
antenna akan dibawa ke LNB dan diteruskan ke converter set top box. Set top
box (STB) dapat memberi tahu mengenai frekuensi tiap transponder, symbol
rate yang digunakan suatu channel televisi , intensitas dan kualitas sinyal yang
diperoleh, kuat sinyal yang ditangkap oleh antenna, dan sebagainya. STB juga
bisa diartikan sebuah alat untuk mengkonversi sinyal analog yang telah
diterima antena menjadi sinyal digital sehingga bias ditampilkan oleh TV
portable. Pada set top box digunakan untuk pencarian saluran TV dan radio
secara otomatis untuk mendapatkan seberapa banyak jumlah siaran yang ada
pada satelit Palapa D.
Layanan-layanan TV digital yang tersedia dari hasil pointing antenna
parabola ke satelit PALAPA D akan diolah menggunakan Set Top Box (STB)
Matrix dan hasilnya akan di tampilkan ke layar TV portable GMC yang
memiliki banyak slot channel yang tersedia, pada praktikum kali ini praktikan
mencari beberapa channel, dan diusahakan mendapatkan minimal 8-10
channel. Pada channel yang ditampilkan terdapat 6 keterangan yang bisa
ditampilkan, yaitu yang bisa terlihat pada gambar pada hasil data, untuk
melihat seluruh parameter dari channel TV yang sudah didapatkan dengan
melakukan pencarian otomatis, praktikan hanya perlu menggunakan remote
dan secara otomatis tampilan channel akan terlihat pada layar berbagai
parameter seperti nama saluran TV, satelit yang digunakan, transponder, PID,
intensitas dan kualitas sinyal dari channel tersebut.
Pada kesempatan ini menemukan 10 channel yang kualitas vidionya
bagus. Sebenarnya mendapatkan lebih dari 10 channel yaitu ada metro tv, tv
one, dai tv, lejel tv, md tv, mwd, hollaco, olight tv, ntv, sinema indonesia smile
dan masih banyak lagi. Masing-masing channel tv ini memiliki kualitas sinyal
yang berbeda-beda. Banyak sedikitnya saluran televisi yang didapatkan yaitu
berdasarkan pointing pada modul 2 dan juga arah antena parabolanya dalam
hal ini yaitu sudut azimut dan elefasinya, faktor cuaca juga dapat
mempengaruhi kuat sinyal dari saluran televisi. Jika cuaca sedang hujan maka
siaran TV akan jelek hal ini bisa terjadi karena curah hujan dapat
mempengaruhi proses penerimaan sinyal dari satelit ke parabola. selain itu dari
satelitnya juga dapat mempengaruhi jumlah channel yang di dapatkan. Jika
Intensitas sinyal tinggi tetapi kualitasnya rendah maka akan sama saja hasilnya
atau keluaran gambarnya akan buruk. Kualitas sinyal yang didapat dari suatu
saluran / channel dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai dari sebuah
kualitas sinyal yang didapat maka akan menyebabkan semakin jernihnya
tampilan audio video pada TV portable.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Posisi dari pointing antena dapat mempengaruhi dari
kualitas yang diterima oleh parabola dalam menerima
sinyal informasi dari satelit
2. Dari hasil output chanel terdapat beberapa keterengan informasi yang
dapat di tampilkan berpua nama saluran TV, satelit yang digunakan,
transponder, PID, intensitas dan kualitas sinyal dari channel
3. Pemilihan satelit juga akan mempengarui banyaknya channel yang bisa
ditampilkan pada layar TV.
B. SARAN
1. Pada saat memilih satelit pilihlah satelit yang memiliki jumlah siaran
lebih dari 10 channel
2. Pastikan posisi dari parabola tepat mengarah ke satelit yang dituju
supaya mendapatkan kualitas sinyal yang baik
3. Telitilah dalam menghubungkan antara Set Top Box (STB) dengan TV
karena ada jenis warna yang berbeda.

4.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Belajar IT Dan SISKOMSAT, "Transponder Satelit", 1 November 2015.
[online]. Available:http://itsiskomsat.blogspot.co.id/2015/11/transponder-
satelit.html. [Accessed 20 Mei 2018].
[2] U. Uke Kurniawan, Pengantar Ilmu Telekomunikasi, Bandung: Informatika
Bandung, 2010.
[3] I. M. Pinem, "Analisa Perbandingan Diameter Antena Penerima Terhadap
Kinerja Sinyal Pada Frekuensi Ku Band," [Online]. Available:
http://jurnal.usu.ac.id/singuda_ensikom/article/downloadSuppFile/6103/12
31. [Accessed Mei 2018].

Anda mungkin juga menyukai