Anda di halaman 1dari 6

MUAL DAN MUNTAH

Golongan obat

1. ANTAGONIS RESEPTOR-H2
Mekanisme kerjanya: menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor-H2.
Contoh obatnya:
a. Simetidin
 Indikasi : tungkak lambung dan tukak duodenum , tukak stomal, refluks
esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat
 Peringatan: gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis untuk kehamilan dan
menyusui), injeksi intravena lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama
pada dosis tinggi (kadang pada dosis tinggi dapat menyebabkan aritmia) dan
gangguan kardiovaskular.
 Efek samping: kebiasaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih
keadaan bingung yang reversibel, kerusakan hati yang reversibel, sakit kepala,
nyeri otot atau sendihipersensitivitas, bradikardi dan blok AV, nefritis intertitial
dan pankratitis akut.
 Dosis penggunaan:
1) Oral, 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam)
atau 800 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum)
paling sedikit selama 4 minggu (6 minggu pada tukak lambung, 8 minggu
pada tukak lambung akibat AINS), bila perlu dosis dapat ditingkatkan,
sampai 400 mg 4 kali sehari atau kadang-kadang (misal seperti pada tukak
stres) sampai maksimal 2,4 g sehari dalam dosis terbagi: anak lebih dari 1
tahun 25-30mg/kg/hari.
2) Pemeliharaan 400 mg sebelum tidur malam atau 400 mg setelah makan pagi
dan sebelum tidur malam.
3) Refluks esofagitis, 400 mg 4 kali sehari selama 4-8 minggu. sindrom
Zollinger-Ellison, 400 mg 4 kali sehari atau kadang-kadang lebih.
4) Untuk mengurangi degredasi duplemen enzim pankreatik, 0,8-1,6 sehari
dalam 4 dosis terbagi.
5) Injeksi intramuskular, 200 mg setiap 4-6 jam, maksimal 2,4 g sehari.
6) Injeksi intravena lambat, 200 mg diberikan selam tidak kurang dari 2 menit,
dapat diulang setiap 4-6 jam.
7) Infus intravena, 400 mg dalam 100 ml natrium klorida 0,9%, infus
intravena diberikan selama 0,5-1 jam (dapat diulang setiap 4-5 jam).
b. Ramotidin
 Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, sindro,
Zollinger-Ellison
 Peringatan: Tidak menghambat metabolisme obat mikrosoma hati, gangguan
ginjal dan hati (kurangi dosis untuk kehamilan dan menyusui), injeksi intravena
lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi (kadang pada
dosis tinggi dapat menyebabkan aritmia) dan gangguan kardiovaskular.
 Efek samping: kebiasaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih
keadaan bingung yang reversibel, kerusakan hati yang reversibel, sakit kepala,
nyeri otot atau sendihipersensitivitas, bradikardi dan blok AV, nefritis intertitial
dan pankratitis akut.
 Dosis penggunaan:
1) Tukak lambung dan duodenum, pengobatan 40 mg sebelum tidur malam
selama 4-8 minggu, pemeliharaan (duodenum), 20 mg sebelum tidur
malam. Anak-anak tidak dianjurkan.
2) Refluks esofagitis, 20-40 mg 2 kali sehari selama 6-12 minggu,
pemeliharaan 20 mg 2 kali sehari. Sindroma Zollinger-Elliso, 20 mg tiap 6
jam
c. Nizatidin
 Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis
 Peringatan: tidak menghambat metabolisme obat mikrosoma hati, gangguan
ginjal dan hati (kurangi dosis untuk kehamilan dan menyusui), injeksi intravena
lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama pada dosis tinggi (kadang pada
dosis tinggi dapat menyebabkan aritmia) dan gangguan kardiovaskular.
 Efek samping: kebiasaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih
keadaan bingung yang reversibel, kerusakan hati yang reversibel, sakit kepala,
nyeri otot atau sendihipersensitivitas, bradikardi dan blok AV, nefritis intertitial
dan pankratitis akut, berkeringat dan ginekomastia (jarang).
 Dosis penggunaan:
1) Oral, pengobatan 300 mg sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-
8 minggu.
2) Intravena, untukpengobatan jangka pendek pada tukak lambung pasien
rawat inap selama 15 menit sebanyak 100 mg 3 kali sehari.
d. Ranitidin
a. Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik, kronis, tukak akibat AINS, tukak duodemum karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
 Peringatan: gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis untuk kehamilan dan
menyusui), injeksi intravena lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama
pada dosis tinggi (kadang pada dosis tinggi dapat menyebabkan aritmia) dan
gangguan kardiovaskular, tidak menghambat metabolisme obat mirosom hati.
 Efek samping: kebiasaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih
keadaan bingung yang reversibel, kerusakan hati yang reversibel, sakit kepala,
nyeri otot atau sendihipersensitivitas, bradikardi dan blok AV, nefritis intertitial
dan pankratitis akut, ginekomasteria dan nyeri tekan pada laki-laki (jarang) dan
eritema multiform.
 Dosis penggunaan:
1) Oral, 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sebelum tidur
malam (tukak lambung dan tukak duodenum) selama 4-8 minggu, sampai 6
minggu untuk dispepsia episodik kronis dan 8 minggu pada tukak akibat
AINS.
2) Sindrom Zollinger-Ellison, 150 mg 3 kali sehari, dosis sampai 6 g dalam
dosis terbagi.
3) Injeksi intramuskular, 50 mg setiap 6-8 jam.
4) Injeksi intravena lambat: 50 mg diencerkan dalam 20 ml dan diberikan
selama tidak kurang dari 2 menit, dapat diulang setiap 6-8 jam.
5) Infus intravena, 25mg/jam setiap 2 jam, dapat diulang selama 6-8 jam.
2. ANTIMUSKARINIK YANG SELEKTIF
Mekanisme kerjanya, untuk mengobati tukak lambung dan duodemum.
Contoh obatnya:
a. Pirenzepin
 Indikasi: Tukak lambung dan doudenum
 Peingatan: Gangguan hati atau ginjal pecandu alkohol
 Kontraindikasi: pemberian bersama obat antiinflamasi nonsteroid (menimbulkan
toksisitas yang fatal).
 Efek samping: Leukopenia, trombositopenia, ulserasi mulut, stomatitis, diare,
depresi sumsum tulang, kerusakan hati dan ginjal, osteoporosis, reaksi paru dan
neutrotoksik.
 Dosis penggunaan: oral, 50 mg 2 kali sehari, kisaran lazim 50-150 mg sehari
dalam dosis terbagi selama 4-6 minggu.
RADANG USUS

GOLONGAN OBAT

1. AMINOSALISILAT
a. Sulfasalazin
 Indikasi: induksi dan pemeliharaan remisi pada kulit ulserif: penyakit Crobn
yang aktif, atritis rematoid
 Peringatan: Riwayat alergi, penyakit hati dan ginjal. Penderita kelainan darah
hati-hati bila terjadi pendarahan yang tidak jelas penyebabnya, sakt
tenggorokan, demam atau malaise.
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap salisilat dan sulfonamid.
 Efek samping: mual, muntah, gangguan epigastrik, sakit kepala, ruam kulit.
 Dosis penggunaan: Oral, seranggan akut 1-2 g 4 kali sehari, dosis pemeliharaan
500 mg 4 kali sehari.

2. RESIN PENUKAR ION


a. Kolestiramin
 Indikasi: diare akibat penyakit Crohn, reseksi usus, vagotomi.
 Peringatan, kontraindikasi dan efek samping: obat lain setidaknya diberikan 1
jam sebelum minum kolestiramin untuk mengurangi gangguan absorbsi. Efek
hipoglikemi ditingkatkan oleh kolestiramin. Dapat meningkatkan dan
menurunkan efek antikoagulan.
 Dosis: diare, setelah introduksi awal selama 3-4 minggu, 12-24 g sehari
dicampur dengan air.

3. KORTIKOSTEROID
a. Hidrokortison
 Indikasi: kolitis ulseratif, proktitis, proktosimoiditis.
 Peringatan, kontraindikasi, efek samping: absorpsi sistemik mungkin terjadi,
iritasi lokal, gangguan jangka panjang harus dihindari, dikontraindikasikan pada
infeksi yang tidak diobati.
b. Prednisolon
 Indikasi: kolitis ulseratif, penyakit Crohn
 Peringatan, kontraindikasi, efek samping: absorpsi sistemik mungkin terjadi,
iritasi lokal, gangguan jangka panjang harus dihindari, dikontraindikasikan pada
infeksi yang tidak diobati.
 Dosis penggunaan: oral, dosis awal 20-40 mg sehari.

Anda mungkin juga menyukai