Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KEPITING

MENJADI KITOSAN SEBAGAI PENJERNIH AIR


PADA AIR RAWA DAN AIR SUNGAI

Endoraza Nuralam, Bella Pertiwi Arbi, Prasetyowati*


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: praninda@yahoo.com

Abstrak

Ketersediaan limbah kepiting memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan kitosan. Kitosan merupakan senyawa polimer multifungsi, karena mengandung 3 jenis asam
amino, gugus hidroksi primer dan sekunder. Variabel penelitian berupa dosis penambahan kitosan ke
dalam sampel air rawa dan air sungai serta waktu kontak kitosan didalam sampel air. Proses ini melalui 3
tahapan, yaitu proses deproteinasi(proses penghilangan kandungan protein), proses demineralisasi(proses
penghilangan kandungan mineral) dan proses deasetilasi(proses pembentukan kitin menjadi kitosan).
Kondisi terbaik yang diperoleh berada pada dosisi penambahan kitosan sebanyak 3 gram dan dengan
waktu kontak kitosan selama 45 - 60 menit, dimana untuk analisa air rawa, terjadi perubahan pH 27,12%,
COD 99.17%, BOD 95.32%, TDS 84.44%, dan Fe 47.73 %, sedangkan untuk air sungai terjadi perubahan
pH 55.10%, COD 98.70%, BOD 95.71%, TDS 74.38%, dan Fe 67,74%. Analisa TSS terjadi penurunan
100% pada air rawa dan air sungai karena semua endapan telah tersaring pada proses filtrasi. Melalui
penelitian ini, diketahui bahwa kitosan memiliki daya efektifitas yang tinggi sebagai adsorben untuk
menjernihkan air.

Kata kunci: limbah kepiting, kitosan, adsorben

Abstract

The availability of crab waste has a huge potential to be used as raw material for chitosan. Chitosan is a
multifunctional polymer compound, because it contains three types of amino acids, primary and secondary
hydroxyl groups. The variables of research are the addition of chitosan into the swamp water samples and
river water and the contact time of chitosan in water samples. This process through three steps,
deproteination process (the removal of the proteins), demineralization process (the removal of mineral
deposits) and deacetylation process (the formation of chitin into chitosan). The best conditions are
obtained in doses adding as much as 3 grams of chitosan and chitosan contact time for 45 - 60 minutes,
where the swamp water for analysis, a change in pH 27.12%, COD 99.17%, BOD 95.32%, TDS 84.44%,
and Fe 47.73%, while for the river water pH changes 55.10%, COD 98.70%, BOD 95.71%, TDS 74.38%,
and Fe 67.74%. The analysis of TSS at the swamp water and river water decreased 100%, because all the
sediment has been filtered in the filtration process. Through this research, it is known that chitosan has the
power to be highly effective as an adsorbent to purify water.

Keywords: crab waste, chitosan, adsorbent

1. PENDAHULUAN perikanan, petemakan, industri, pertambangan,


rekreasi, olah raga dan sebagainya.
Air merupakan sumber daya alam yang Pencemaran air dapat disebabkan oleh
sangat penting dalam kehidupan manusia dan air buangan rumah tangga, cemaran yang
digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan dihasilkan dari industri, dan juga akibat
sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida. Cemaran

Page 14 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012


tersebut dapat mengkontaminasi organisme dan sangat luas bagi kehidupan, khususnya air untuk
lingkungamya baik dalam bentuk larutan, koloid makan dan minum (honimb, 2007).
maupun bentuk partikel lainnya. Efek lain yang Saat ini di Indonesia sebagian
dapat ditimbulkan dari pencemaran air yaitu kecil dari limbah kepiting sudah
dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia dimanfaatkan dalam hal pembuatan kerupuk,
itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak petis, terasi, dan bahan pencanpur pakan
langsung.(Dery Firdaus,2008) ternak. Manfaatnya di berbagai industri
Menurut data BPS (2008) , nilai eksport modern banyak sekali seperti industri farmasi,
kepiting ini pada tahun 2008 mencapai 1,042 biokimia, bioteknologi, biomedical, pangan,
milyar dolar US, dan nilai ini selalu meningkat kertas, tekstil, pertanian, dan kesehatan. Khitin
dari tahun ke tahun . Sebagian besar, kepiting ini dan khitosan serta turunnya mempunyai sifat
diekspor dalam bentuk kepiting beku tanpa sebagai bahan pengemulsi koaqulasi dan
kepala dan kulit. Produksi kepiting yang penebal emulsi (Lang, 1995).
diekspor pada tahun 2008 sebanyak 442,724 ton Kitin dan kitosan merupakan biopolimer
dalam bentuk tanpa kepala dan kulit, sedangkan yang secara komersial mempunyai potensi dalam
yang dikonsumsi dalam negeri diperkirangan berbagai bidang dan industri. Kitin merupakan
jauh lebih banyak. Dengan demikian jumlah bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi,
hasil samping produksi yang berupa kepala, obat-obatan, pertanian, pangan gizi,
kulit, ekor maupun kaki kepiting yang umumnya mikrobiologi, industri membran (film), tekstil,
25-50 % dari berat, sangat berlimpah. Hasil kosmetik dan lain-lain (Krissetina 2004). Kitosan
samping ini, di Indonesia belum banyak digunakan dalam berbagai industri, antara lain
digunakan sehingga hanya menjadi limbah yang sebagai perekat kualitas tinggi, pemurnian air
mengganggu lingkungan, terutama pengaruh minum, sebagai senyawa pengkelat,
pada bau yang tidak sedap dan pencemaran air meningkatkan zat warna dalam industri kertas,
(kandungan BOD 5 , COD dan TSS perairan tekstil dan pulp. Kitosan juga dapat digunakan
disekitar pabrik cukup tinggi) sebagai pengangkut (carrier) obat dan komponen
(Harianingsih,2010) . alat-alat operasi seperti sarung tangan, benang
Cangkang kepiting yang mengandung operasi dan membran pada operasi plastik
senyawa kimia kitin dan kitosan merupakan (Angka dan Suhartono, 2000).
limbah yang mudah didapat dan tersedia dalam Kitosan memiliki sifat reaktivitas kimia
jumlah yang banyak, yang selama ini belum yang tinggi sehingga mampu mengikat air dan
termanfaatkan secara optimal. Kitosan yang minyak. Hal ini didukung oleh adanya gugus
diisolasi dari cangkang kepiting dapat digunakan polar dan non polar yang dikandungnya. Karena
sebagai adsorben, sebagai adsorbat dipilih. kemampuan tersebut, kitosan dapat digunakan
Gugus –NH2 mempunyai sepasang elektron sebagai bahan pengental atau pembentuk gel
bebas, itu berarti mempunyai sifat basa, atau yang sangat baik, sebagai pengikat, penstabil,
dalam larutan (air) akan meningkatkan pH dan pembentuk tekstur (Bneski ,1987).
sistem. Peningkatan pH sistem tentu saja dapat Kitosan diperoleh dari kitin melalui
mengubah sifat asam basa permukaan yang proses deasetilasi. Ekstraksi kitin dari kulit
berarti juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan kepiting dilakukan dalam dua tahap, yaitu
atau selektifitas pengikatan ion logam (Endang demineralisasi dan deproteinasi. Tahap
Widjajanti, 2003: 51). Kitosan memiliki dua demineralisasi dilakukan untuk menghilangkan
gugus aktif yaitu –NH2 dan –OH pada pH mineral yang terkandung dalam kulit udang.
tertentu kedua gugus aktif ini dapat saja
mengalami protonasi ataupun deprotonasi yang
mestinya akan menghasilkan muatan permukaan 2. METODOLOGI
yang berbeda.
Air merupakan unsur utama bagi Dalam proses pembuatan kulit
kehidupan manusia di planet ini. Manusia kepiting menjadi khitosan dilakukan tiga tahap
mampu bertahan hidup tanpa makan dalam yaitu deproteinasi, dimineralisasi, dan
beberapa minggu, tetapi tanpa air manusia akan deasetilasi.
mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang Proses pertama yaitu deproteinasi untuk
kehidupan ekonomi modern, air juga mempakan menghilangkan kandungan protein, dimana kulit
hal utama untuk budidaya pertanian, industri, kepiting dengan ukuran diameter μm
pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Air ditambahkan NaOH 3,5% dengan perbandingan
merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. 2:1 dari berat hasil yang didapat. Campuran
Bila manusia, hewan, dan tumbuhan kekurangan dipanaskan pada suhu 70°C selama 2 jam.
air, maka akan mati. Pokoknya, pengaruh air Setelah pemanasan dilakukan pencucian sampai

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 15


pH residu netral. Setelah pH residu netral Pada grafik 3.1 dapat dilihat hasil
dilakukan penyaringan. analisa kadar pH pada sampel air rawa,
Lalu proses kedua yaitu demineralisai didapatkan hasil bahwa terjadinya kenaikan pH,
untuk menghilangkan kandungan mineral, hingga pH yang didapatkan mencapai pH netral,
dimana padatan kemudian ditambahkan HCl dimana pada waktu kontak 15 menit dengan
15% dengan perbandingan 2:1 dari berat hasil dosis penambahan khitosan 1 gr mengalami
yang didapat. Campuran diaduk menggunakan peningkatan kenaikan sebesar 1.69%, pada
magnetik stirred selama 1 jam. Setelah itu waktu kontak 30 menit dengan dosisi
dilakukan pencucian sampai pH residu netral. penambahan khitosan 1 gr, mengalami
Setelah pH residu netral dilakukan penyaringan. peningkatan kenaikan sebesar 5.08 %, pada
Padatan dari hasil penyaringan dipanaskan waktu kontak 45 menit dan 60 menit dengan
dalam oven dengan suhu 80°C selama 24 jam. penambahan dosisi khitosan 1 gr, akan
Dan proses terakhir yaitu deasetilasi meningkatakan kenaikan pH sebesar 10.17 %
untuk mengubah kitin menjadi kitosan, dimana dan 13.56%, dan begitu juga dengan
padatan yang telah kering kemudian penambahan dosis khitosan sebanyak 2 gr dan 3
ditambah NaOH 60%, dengan perbandingan gr.
2:1 dari berat hasil yang didapat. Campuran
dipanaskan pada suhu 70°C selama 2 jam.
Setelah pemanasan dilakukan pencucian sampai
pH residu netral. Setelah pH residu netral 8
dilakukan penyaringan. Padatan dari hasil 7,5
penyaringan dipanaskan dalam oven dengan 7
suhu 60°C selama 24 jam. 6,5
kadar pH

6 1 gram
5,5 2 gram
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 3 gram
4,5
3.1 Hasil anlisa kadar pH pada sampel air 4
rawa dan air sungai 0 15 menit30 menit45 menit60 menit
Analisa kadar pH pada sampel air raw Waktu kontak
dan air sungai setelah penambahan khitosan Gambar 3.2. Grafik hubungan antara kadar pH
sangat penting, untuk mengetahui apakah sampel terhadap waktu kontak khitosan pada air sungai
air tersebut sudah masuk kedalam standar air
jernih atau belum. Oleh katena itu, kadar pH Pada grafik 3.2, didapatkan hasil yang
pada sampel air dapat menujukkan apakah juga sama dengan air rawa, dimana pada waktu
khitosan dapat bekerja secara efektif sebagai kontak 15 menit dengan dosis penambahan
adsroben untuk melakukan proses penjernihan khitosan 1 gr mengalami peningkatan kenaikan
air, yaitu pH yang sesuai dengan standar air sebesar 26.53%, pada waktu kontak 30 menit
jernih berada diantara 6.5-8.5. dengan dosisi penambahan khitosan 1 gr,
mengalami peningkatan kenaikan sebesar 28.57
%, pada waktu kontak 45 menit dan 60 menit
dengan penambahan dosisi khitosan 1 gr, akan
meningkatakan kenaikan pH sebesar 34.69 %
8
dan 40.82%, dan begitu juga dengan
7,5
penambahan dosis khitosan sebanyak 2 gr dan 3
kadar pH

7
gr akan mengalami kenaikan pH dengan
6,5
1 gram persentase yang semakin besar, karena semakin
6
2 gram banyak penambahan dosis khitosan pada sampel,
5,5
3 gram maka kenaikan pH akan mengalami persentase
5
yang besar, hal ini disebabkan karena prinsip
0 15 30 45 60 dalam mekanisme penyerapan antara khitosan
menit menit menit menit dan unsur logam yang terkandung di dalam air
waktu kontak rawa dan air sungai adalah prinsip penukaran
ion. Mekanisme ini membantu dalam hal
Gambar 3.1. Grafik hubungan antara kadar pH menetralkan atau menaikkan pH air rawa dan air
terhadap waktu kontak khitosan pada air rawa sungai.

Page 16 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012


3.2 Hasil analisa COD dan BOD pada sampel dan 98.70%.
air rawa dan air sungai
Pada analisa COD dan BOD juga
didapatkan terjadinya penurunan kadar COD dan

kada COD (mg/L)


1 gram
450.8
BOD pada sampel. Hal ini dapat dilihat pada 400.8
350.8 2 gram
tabel hasil analisa yang dinyatakan dalam mg/L.
300.8
Secara keseluruhan, kadar COD dan kadar BOD 250.8 3 gram
yang terkandug pada air rawa dan air sungai 200.8
150.8
mengalami tingkat penurunan yang derastis, 100.8
50.8
terutama diatas menit ke 30 dan dengan dosis 0.8
penambahan khitosan sebanyak 3 gram. Dapat 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
dikatakan bahwa semakin banyak dosis khitosan
yang ditambahkan pada sampel dan dengan Waktu kontak
waktu kontak yang lama dapat menurunkan
kadar COD dan kadar BOD hingga dibawah 12 Gambar 3.4. Grafik hubungan antara kadar
mg/L. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada COD terhadap waktu kontak khitosan pada air
gambar grafik dibawah ini ; sungai
Pada grafik 3.3, dapat dilihat penurunan
kadar COD yang sangat baik terjadi pada waktu Pada grafik 3.5, dapat dilihat penurunan kadar
kontak 45 menit sampai waktu kontak 60 menit BOD yang sangat baik terjadi pada waktu kontak
yang menujukkan penurunan kadar COD yang 45 menit sampai waktu kontak 60 menit yang
sangat baik, yaitu pada sampel air rawa dosisi menujukkan penurunan kadar BOD yang sangat
penambahan khitosan 1 gr, 2 gr, dan 3 gr baik, yaitu pada sampel air rawa dosisi
berturut-turut mengalami penurunan sekitar penambahan khitosan 1 gr, 2 gr, dan 3 gr
90.66%, 95.21%, dan 99.05 %. berturut-turut mengalami penurunan sekitar
61.88%, 90.88%, dan 94.58 % pada waktu
kontak 45 menit dan pada waktu kontak 60 menit
mengalami penurunan sekitar 68.12%, 94.29%,
dan 95.32%.

120 1 gram
2 gram
Kadar BOD(mg/L)

100
80 3 gram
60
40
20
0
Gambar 3.3. Grafik hubungan antara kadar
0 15 30 45 60
COD terhadap waktu kontak khitosan pada
menit menit menit mnenit
air rawa Waktu kontak
Gambar 3.5. Grafik hubungan antara kadar
Pada waktu kontak 45 menit dan pada
BOD terhadap waktu kontak khitosan pada
waktu kontak 60 menit mengalami penurunan
air rawa
sekitar 95.21%, 97.86%, dan 99%.
Pada grafik 3.4 dapat dilihat penurunan
Pada grafik 3.6 dapat dilihat juga bahwa
kadar COD yang sangat baik terjadi pada waktu
terjadinya penurunan kadar kandungan BOD
kontak 45 menit sampai waktu kontak 60 menit
pada sampel air sungai, dapat dilihat penurunan
yang menujukkan penurunan kadar COD yang
kadar BOD yang sangat baik terjadi pada waktu
sangat baik, yaitu pada sampel air sungai dosisi
kontak 45 menit sampai waktu kontak 60 menit
penambahan khitosan 1 gr, 2 gr, dan 3 gr
yang menujukkan penurunan kadar BOD yang
berturut-turut mengalami penurunan sekitar
sangat baik, yaitu pada sampel air sungai dosisi
83.43%, 94.50%, dan 98.43 % pada waktu
penambahan khitosan 1 gr, 2 gr, dan 3 gr
kontak 45 menit dan pada waktu kontak 60 menit
berturut-turut mengalami penurunan sekitar
mengalami penurunan sekitar 86.87%, 98.28%,
47.38%, 89.71%, dan 94.47% pada waktu kontak

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 17


45 menit dan pada waktu kontak 60 menit Pada grafik 3.7, dapat dilihat bawah
mengalami penurunan sekitar 51.76%, 94.38%, terjadinya penurunan kadar TDS pada sampel air
dan 95.71%. rawa tidak terlalu menentu, terkadang naik
terkadang turun, tapi tetap berada dibawah
1 gram standar maksimal yaitu 500 mg/L kadar TDS
yang terkandung pada air yang jernih. Penurunan
Kadar BOD (mg/L)

120 2 gram kadar TDS yang paling baik terjadi pada range
100
3 gram waktu kontak 30 menit sampai 60 menit, dimana
80
dapat dilihat pada grafik 3.7, pada waktu kontak
60
30 menit dengan dosis penambahan khitosan 1
40 gr, 2 gr, dan 3 gr, yaitu berada pada persentase
20 84.44 %, 78.88%, dan 78.24%., dan akan
0 meningkat pada waktu kontak 45 menit dan 60
0 15 30 45 60 menit, dimana pada waktu kontak 45 menit, yaitu
menit menit menit menit 87.5%, 85%, dan 83.15%. Pada waktu kontak 60
menit, yaitu 88.05%, 85.65%, dan 84.44%.
Waktu kontak

700
Gambar 3.6. Grafik hubungan antara kadar 1 gram

kadar TDS(mg/L)
600
BOD terhadap waktu kontak khitosan pada 2 gram
air sungai 500
400 3 gram
3.3 Hasil analisa TDS dan TSS pada sampel 300
air rawa dan air sungai 200
Pada analisa TDS dan TSS didalam 100
sampel air setelah ditambahkan khitosan,
0 15 30 45 60
menunjukkan terjadinya penurunan kadar TDS
menit menit menit menit
dan TSS pada sampel air. Sama dengan analisa-
analisa sebelumnya, bahwa terjadinya penurunan Waktu kontak
kadar TDS dan TSS yang paling bagus terjadi
pada waktu kontak diatas 30 dan dengan
penambahan dosisi khitosan sebanyak 3 gram. Gambar 3.8. Grafik hubungan antara kadar TDS
Untuk analisa kadar TSS setelah penambahan terhadap waktu kontak khitosan pada air sungai
khitosan hasilnya dipastikan tidak ada, karena
endapan pada sampel sudah tidak ada, karena Pada grafik 3.8, untuk penurunan kadar
sudah dilakukan proses penyaringan. Untuk lebih TDS pada air sungai, dimana penurunan kadar
jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik TDS yang paling baik terjadi pada range waktu
dibawah ini : kontak 30 menit sampai 60 menit, dimana dapat
dilihat pada grafik 3.8, pada waktu kontak 30
menit dengan dosis penambahan khitosan 1 gr, 2
1 gram gr, dan 3 gr, yaitu berada pada persentase 73.59
1300 2 gram
%, 65%, dan 63.59%., dan akan meningkat pada
kadar TDS(mg/L)

1100 waktu kontak 45 menit dan 60 menit, dimana


3 gram pada waktu kontak 45 menit, yaitu 77.34%,
900
700 73.75%, dan 71.09%. Pada waktu kontak 60
500 menit, yaitu 79.38%, 77.34%, dan 74.38%.
300
100
3.4 Hasil analisa kadar Fe(besi) pada sampel
0 15 30 45 60
menit menit menit menit
air rawa dan air sungai
Pada analisa kadar Fe sedikit terjadi
waktu kontak perbedaan dibandingkan pada pengujian kadar
pH, BOD, COD, TDS dan TSS. Hasil dari
analisa kada Fe pada sampel air rawa dan air
Gambar 3.7. Grafik hubungan antara kadar TDS sungai setelah penambahan khitosan mengalami
terhadap waktu kontak khitosan pada air rawa tingkat penurunan yang sangat baik pada 15 – 45
menit, diatas 45 menit menuju 60 menit terjadi

Page 18 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012


penurunan kadar penyerapan Fe oleh khitosan, jernih, begitu juga dengan penambahan waktu
hal ini dimungkinkan bahwa pada menit 45-60 kontak. Pada analisa pH pada air rawa dan air
menit, khitosan sudah mengalami proses sungai dihasilkan persentase kenaikan pH
penjenuhan, sehingga efektifitas daya serap sebesar 1,69 – 27,12 % untuk air rawa dan 26,53
khitosan juga mengalami penurunan. Hal ini – 55,1% untuk air sungai. Pada analisa COD
dapat dilihat pada gambar grafik 3.9 pada air pada air rawa dan air sungai dihasilkan
rawa dan pada gambar grafik 3.10 untuk air persentase penurunan COD sebesar 72,54 –
sungai, yaitu pada waktu kontak 15 menit, 30 99,17 % untuk air rawa dan 39,9 – 98,7% untuk
menit dan 45 menit penurunan kadar Fe sangat air sungai. Pada analisa BOD pada air rawa dan
signifikan, sedangkan pada menit ke 45 menuju air sungai dihasilkan persentase penurunan BOD
ke 60 menit, kadar Fe yang diserap tidak terlalu sebesar 35,76 – 95,32 % untuk air rawa dan 5,47
banyak. – 95,71% untuk air sungai. Pada analisa Fe pada
air rawa dan air sungai dihasilkan persentase
1 gram
penurunan kadar Fe sebesar 42,05 – 47,73 %
2 gram untuk air rawa dan 59,27 – 67,74% untuk air
3 gram sungai. Pada analisa TDS pada air rawa dan air
0,2 sungai dihasilkan persentase penurunan TDS
0,18
0,16
sebesar 78,24 – 88,05 % untuk air rawa dan
kadar Fe

0,14 61,88 – 79,38% untuk air sungai. Untuk analisa


0,12 TSS pada air rawa maupun air sumgai untuk
0,1 sampel awal yaitu Air rawa 96 mg/l dan Air
0,08 sungai 41 mg/l. Setelah ditambahkan kitosan
0,06
dengan dosis tertentu tidak adanya padatan yang
0 15 30 45 60 tersuspensi.
menit menit menit menit

waktu kontak
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3.9. Grafik hubungan antara kadar Fe
terhadap waktu kontak khitosan pada air rawa Angka,S.L.,Suhartono, M.T.,2000, Pemanfaatan
Limbah Hasil Laut. Bioteknologi Hasil
Laut, Pusat Kajian Sumber daya Pesisir
dan Lautan, IPB, Bogor.
1 gram

0,26 2 gram Anonim, 2012, Chitosan : Manufacture and


0,24 Propertie.www.wikipedia.com .Diakses
0,22 3 gram
0,2 pada tanggal 22 Februari 2012.
kadar Fe

0,18
0,16
0,14 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
0,12 (BPPT), 2007, Air Bersih Bebas Bakteri
0,1
0,08 dan Zat Kimia . www.walhi.or.id/air .
0,06 Diakses pada tanggal 22 Februari 2012.
0 15 30 45 60
menit menit menit menit Bastaman, S.,1989, Studies of Degradation and
Extraction of Chitin and Chitosan from
waktu kontak Prawn Shells. The Departement of
Mechanical, Manufacturing,
Gambar 3.10. Grafik hubungan antara kadar Fe Aeronautical and Chemical
terhadap waktu kontak khitosan pada air sungai Engineering, The Queen’s Univ.Belfast

Beaulieu, C., 2005, Chitin and Chitosan. Canada


: Marinard Biotech Inc.
4. KESIMPULAN
Brzeski, M.M., 1987. Chitin and Chitosan
Dari hasil penelitian yang telah Putting Waste to Good Use, Info Fish
dilakukan, dapat disimpulkan, dimana dari hasil International (5) . P.31-33
analisa dengan semakin tinggi dosis kitosan yang
ditambahakan kedalam sampel air rawa dan air Harianingsih, 2010, Pemanfaatan Limbah
sungai, maka semakin mendekati baku mutu air Cangkang Kepiting Menjadi Kitosan

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 19


Sebagai Bahan Pelapis (Coater) pada Masduki, 1996, Mempelajari Efektivitas Kitosan
Buah Stroberi, Laporan Tesis, Program dari Limbah Udang untuk Penjernihan
Magister Teknik Kimia.Universitas Air Sungai, Laporan Skripsi, Program
Diponegoro. Studi Teknologi Hasil Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Hirano, S.,1989. Production and Application of IPB, Bogor
Chitin and Chitosan in Japan. Didalam
: Sandford,P. Gudmund Skjak-Break, Oktarina,S.M., 2008, Aplikasi Khitosan dari
Thorleif Anthonsen, Editor. Chitin and Limbah Kepiting untuk Proses
Chitosan: Sources, Chemistry, Penjernihan Air Sumur, Laporan
Biochemistry , Physical Properties, and Skripsi, Pendidikan Diploma III Jurusan
Application. Elsevier Applied Science. Teknik Kimia, Politeknik Sriwijaya.
New York. Palembang

Karmas,E.,1982. Meat Poultry and Seafood Sandford,P., Gudmund Skjak-Break, Thoilef


Technology Recent Development of Anthonson, 1989, Chitin and Chitosan :
Food Science. New Jerssey, Rutgers Sources, Chemistry, Biochemistry,
University. Physical Properties, and Application.
Elsevier Applied Science , New York

Page 20 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai