Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Universitas Advent
Indonesia
2018/2019
Proses Perkembangan Embrio pada Fase Kehamilan
Pada hampir semua mahluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang
telah difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu suatu sel hasil penggabungan dari sel induk
betina dan sel induk jantan, dimana masing-masing induk berperan dalam menentukan sifat-
sifat individu baru yakni dalam hal ukuran, bentuk, perlengkapan fisiologis dan pola
perilakunya. Pada proses perkembangan manusia melalui berbagai tahap yang dimulai dari
gametogenesis pada masing-masing induk, dimana induk jantan mengalami spermatogenesis
(proses pembentukan sperma), dan induk betina mengalami oogenesis (proses pembentukan
ovum). Setelah terjadi vertilisasi (proses peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu
dengan sifat genetik yang berasal dari kedua induknya) maka akan terbentuk zigot. Zigot
akan mulai membentuk suatu organisme yang multiseluler yang dilakukan dengan proses-
proses pembelahan. Pembelahan awal yang terjadi disebut sebagai blastulasi, dimana sel
yang merupakan hasil fertilisasi antara dua induk mengalami pembelahan menjadi 2, 4, 8, 16,
32, 64, 128, 256, dsb.
Setelah beberapa kali mengalami pembelahan sinkron, embrio kemudian membentuk
suatu bola yang disebut morulla. Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan
pembentukan blastula, embrio akan masuk kedalam suatu tahapan yang paling kritis selama
masa perkembangannya, yaitu stadium grastula. Grastulasi (proses pembentukan grastula)
ditandai dengan perubahan susunan yang sangat besar dan sangat rapi dari sel-sel embrio.
Grastulasi akan menghasilkan suatu embrio yang mempunyai tiga lapisan lembaga yaitu
lapisan endoderm disebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ektoderm disebelah luar.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga lapisan lembaga akan membentuk jaringan-jaringan
khusus dan organ-organ tubuh, dimana proses ini disebut organogenesis. Organ pertama yang
terbentuk adalah jantung. Perkebangan embrio manusia sangatlah kompleks dimana pada
awalnya hanya satu sel kemudian berkembang menjadi individu yang terdiri dari miliaran sel.
Oleh karena itu, perlu suatu pembelajaran khusus mengenai perkembangan manusia.
Fertilisasi
Sel telur mamalia di kelilingi oleh lapisan ekstra seluler tebal yang disebut zona
pelusida. Langkah pertama fertilisasi adalah perlekatan sperma secara longgar di permukaan
zona pelusida. Peristiwa itu diikuti oleh pengikatan sperma dengan zona pelusida. Ikatan
yang terbentuk sangat spesifik dan erat. Reseptor pengikatan sperma ada di zona pelusida
sedang protein spesifik pengikatan sel telur terdapat dalam membran plasma sperma. Ribuan
sperma dapat melekat kesatu sel telur yang sama. Sperma yang melekat lalu menyelesaikan
reaksi akrosom yang merupakan proses persiapan penyatuan sperma dan sel telur. Membran
terluar dari struktur dua lapis akrosomal melekat dan berfusi dengan membran plasma
sperma di tempat-tempat sepanjang bagian tepi kepala sperma. Reaksi akrosomal melepaskan
enzim-enzim hidrolitik (akrosin) yang memungkinkan sperma bergerak melalui zona
pelusida ke sel telur. Terowongan yang sangat sempit dihasilkan oleh sperma selama
perjalanannya menembus zona tersebut.
Setelah berhasil melewati zona pelusida sperma tiba di terowongan perivitelin yang
memisahkan sel telur dengan zona pelusida. Satu sperma menjalani fusi dengan sel telur
melalui penyatuan membran akrosomal posterior sperma dengan membran plasma sel telur.
Halangan yang terbentuk secara cepat dapat mencegah polispermi (fertilisasi satu sel telur
oleh lebih dari satu sperma) kemuungkinan terjadi akibat perubahan-perubahan potensial
listrik pada membran sel telur setelah masuknya sperma. Masuknya sperma mengaktifasi sel
telur dan nukleusnya. Pronukleus sperma menyatu dengan pronukleus sel telur. Granula
kortikal di bagian tepi sitoplasma sel telur berfusi dengan membran plasma, dan berbagai
enzim dilepaskan ke dalam rongga perivitelin. Enzim-enzim itulah yang menyebabkan zona
pelusida menjadi kaku dan hilang kemampuannya untuk mengikat sperma. Sehingga dengan
adanya zona pelusida yang menjadi kaku ini dapat mencegah polispermi. Fertilisasi mamalia
berlangsung dalam oviduk.
2. Stadium Morula
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan
berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang
membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara
melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima.
Stadium morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer.
Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel. Pada
akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel utama
(blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass
cells), fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap,
yang meliputi trophoblast, periblast, dan auxilliary cells. Fungsinya melindungi dan
menghubungi antara embrio dengan induk atau lingkungan luar.
Tropoblast melekat pada dinding uterus. Sel-selnya memperbanyak diri dengan
cepat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal implantasi. Setelah 9 hari, seluruh
blastokista tertahan dalam dinding uterus. Sewaktu ini berlangsung, sel-sel yang berada
disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu lapisan yang disebut
endoderm primer, yang akan membentuk saluran pencernaan makanan. Sel-sel sisa dari
masa sel dalam memipih membentuk suatu keping yaitu, keping embrio. Antara keping
embrio dan tropoblast yang menutupi timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi
carian. Dinding rongga yaitu amnion, menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi
bantalan yaitu cairan amnion.
3. Stadium Blastula
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel
blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir
blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal,
mesodermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. Dicirikan
dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoel dan blastodisk
berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. Pada blastula
sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel
saluran pencernaan, notochorda, syaraf, epiderm, ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pada manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola padat (morulla). Lapisan
luar dari blastula ini membentuk lapisan yang mengelilingi embrio sebenarnya,
sedangkan embrio dibentuk dari bagian morulla (inner cells mass atau masa sel
dalam)./lapisan luar (tropoblast) pada satu sisi masa sel dalam melepaskan diri,
membentuk suatu bentuk yang mirip suatu blastula dan struktur ini disebut sebagai
blastokista. Embrio akan menempel dan menetap pada dinding uterus untuk periode
waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan mendapatkan makanan sampai dilahirkan.
4. Stadium Gastrula
Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan tahap blastula, embrio akan
masuk kedalam tahapan yang paling kritis selama tahap perkembangannya, yaitu stadium
grastula. Grastulasi ditandai dengan terjadinya perubahan susunan yang sangat besar serta
sangat rapi dari sel-sel didalam embrio. Salah satu perubahan utama dalam yang terjadi
selama masa grastulasi adalah bahwa sel-sel memperoleh dan mencapai suatu
kemampuan untuk melakukan gerakan morfogentik, sehingga terjadi reorganisasi seluruh
atau sebagian didaerah kecil didialam embrio. Gastrulasi adalah proses perkembangan
embrio, di mana sel bakal organ yang telah terbentuk pada stadium blastula mengalami
perkembangan lebih lanjut. Proses perkembangan sel bakal organ ada dua, yaitu epiboli
dan emboli. Epiboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah depan,
belakang, dan ke samping dari sumbu embrio dan akan membentuk epidermal, sedangkan
emboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah dalam terutama di ujung
sumbu embrio. Stadium gastrula ini merupakan proses pembentukan ketiga daun
kecambah yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula ini terjadi
perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm, dan notochord menuju tempat yang
definitif. Pada periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan susunan syaraf.
Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel. Beberapa
jaringan mesoderm yang berada di sepanjang kedua sisi notochord disusun menjadi
segmen segmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio.
Grastulasi pada manusia terjadi pada blastokista yang terdiri atas tropoblast dan
masa sel dalam yang merupakan bakal tumbuh embrio. Pemisahan pertama dari sel-sel
pada masa sel dalam adalah untuk pembentukan hipoblast, yang membatasi rongga
blastula dan yang akan mejadi endoderm kantung yolk. Sisa dari masa sel dalam yang
terletak diatas hipoblast terbentu suatu keping, yang disebut keping embrio. Epiblast
memisahkan diri, dengan membentuk suatu rongga yang disebut amnion, dari epiblast
yang mengandung semua bahan untuk pembentukan tubuhnya, jadi identik dengan
epiblast pada burung.Sambil epiblast mengalami grastulasi. Sel-sel ekstra embrio mulai
membentuk jaringan khusus agar embrio dapat hidup dalam uterus induk. Sel-sel
tropoblast membentuk suatu populasi sel dan membentuk sinsistropoblast. Sinsitropoblast
memasuki permukaan uterus sehingg uterus tertanam dalam uterus. Uterus sebaliknya
membentuk banyak pembuluh darah yang berhubungan dengan sinsitropoblast. Tidak
lama sesudah ini, mesoderm meluas keluar embrio. Pembuluh ini merupakan pembuluh
darah dari tali puasat dan berda pada tangkai penyokong. Jaringan tropoblast dengan
mesoderm yang mengandung pembuluh darah dari tali pusat berada pada tangki
penyokong. Jaringan tropoblast dengan mesoderm yang mengandung pembuluh darah
disebut korion dengan dinding uterus membetuk plasenta. Korion dapat berlekatan sekali
dengan jaringan maternal, tetapi masih dapat berdekatan sekali atau dapat berdekatan
sangat erat sehingga kedua jaringan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak jaringan induk
manpun fetus.
5. Stadium Organogenesis
Organogenesis merupakan stadium terakhir dari proses perkembangan embrio.
Stadium ini merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang
sedang berkembang. Sistem organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun kecambah,
yaitu ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Pada ektodermal akan membentuk
organ-organ susunan (sistem) saraf dan epidermis kulit. Endodermal akan membentuk
saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernafasan, dan
mesodermal akan membentuk rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat eksresi, alat-
alat reproduksi, dan korium (chorium) kulit. Jika proses organogenesis ini telah sempurna
maka akan dilanjutkan dengan proses penetasan telur. Organ-organ tersebut merupakan
perkembangan lebih lanjut dari ketiga lapisan embrionik yang terbentuk saat gastrulasi.
Ektoderm mengalami diferensiasi menjadi kulit, rambut, sistem saraf, dan alat-alat
indra.
Mesoderm mengalami diferensiasi menjadi otot, rangka, alat reproduksi (seperti
testis dan ovarium), alat peredaran darah, dan alat ekskresi seperti ginjal.
Endoderm mengalami diferensiasi menjadi alat pencernaan, dan alat-alat
pernapasan seperti paru-paru.
Proses Pembentukan Plasenta dan Air Ketuban (Cairan Amnion)
A. Plasenta
Plasenta adalah bagian kehamilan yang penting. Dimana plasenta memiliki peran
berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan,
serta sebagai barier. Melihat pentingya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun gangguan pada proses persalinan.
Plasenta berasal dari penggabungan vili korionik dan endometrium uterus. Plasenta
berbentuk bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya
rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan lebih kyrang 16
minggu.letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak keatas kearah
fundus uteri.
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran zat
antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilankurang dari 16 minggu dengan
ruang amnion telah mengisi seluruh Cavum uteri.
Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus
uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga
lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Plasenta berasal dari sebagian besar dari
bagian janin, yaitu villi koriales atau jonjot chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang
berasal dari desiduabasalis.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal.
Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan
licin. Hal ini disebabkan karena permukaan fetal tertutup oleh amnion, di bawah nampak
pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding
rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah
celah pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.
Penampang plasenta terbagi menjadi dua bagian yang terbentuk oleh
jaringan anak dan jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut membrana
chorii, yang dibentuk oleh amnion,pembuluh darah janin, korion dan villi. Bagian dari
jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri
dari desidua compacta dan desidua spongiosa.
PEMBENTUKAN PLASENTA
Saat sinsitiotrofoblas menembus desidua, sinsitiotrofoblas menghasilkan human
chorionic gonadotropin-hCG yang berfungsi agar corpus luteum tetap memproduksi estrogen
dan progesteron untuk mempertahankan kehamilan. Pada beberapa bagian desidua, sinsitium
mengadakan invasi pada dinding arteri spiralis yang berada diantara desidua sehingga
menjadi arteri berdinding tebal yang memungkinkan bertambahnya aliran darah.
Pembuluh darah tersebut rapuh dan mudah pecah sehingga membentuk lakuna yang
berisi darah. Pada kehamilan normal, proses diatas berlangsung lengkap pada kehamilan 20 –
22 minggu.
Bila proses ini tidak berlangsung secara normal, kemungkinan akan terjadi penyakit
hipertensi dalam kehamilan pada perjalanan kehamilan selanjutnya. Dengan proliferasi lebih
lanjut, tonjolan trofoblas bentuknya menjadi bentukan seperti telapak tangan dan pembuluh
darah terbentuk dalam inti mesodermal (villi chorialis). Villi terdapat diseluruh permukaan
blastosis. Dengan semakin membesarnya blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis )
akan tertekan dan kehamilan semakin mengembang kearah dalam cavum uteri.
Pada hari ke 19, seluruh hasil konsepsi sudah terbungkus dengan villi chorialis,
sebagian villi chorialis menempel pada desidua (anchoring villi) dan sebagian besar
mengapung bebas dalam lakuna darah. Pada stadium ini, penetrasi kedalam desidua berhenti
akibat pengaruh imunologis atau mekanisme kimiawi. Terjadi pembentukan lapisan kolagen
dimana arteri dan vena spiralis akan melakukan penembusan. Oleh karena pasokan darah
terutama dibagian permukaan konseptus, maka dibagian tersebut villi chorialis akan tumbuh
lebih cepat membentuk cabang-cabang dan disebut sebagai chorion frondusum. Villi
chorialis dibagian lain akan mengalami degenerasi dan membentuk chorion leave. Chorion
frondusum akan membentuk plasenta dan pembentukan plasenta lengkap pada hari ke 70
pasca fertilisasi.