Anda di halaman 1dari 5

Perhitungan Keandalan Bangunan Sebelum Kebakaran Menggunakan

Distribusi Normal

1. Data Hasil Pengujian Lapangan


a. Pengujian Palu Beton (Schmidt Hammer Test)
Pengujian palu beton (Schmidt Hammer Test) dilakukan pada 163 kolom
terkhususkan untuk lantai 1 yang dimana pada Blok 1 terdapat 58 buah kolom,
Blok 2 terdapat 31 buah kolom, Blok 4 terdapat 35 buah kolom, dan Blok 5
terdapat 39 buah kolom. Schmidt Hammer Test ini mengacu pada SNI 03-4430-
1997, Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton dengan Alat Palu
Beton Type N dan NR seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengujian Schmidt Hammer Test Pada Elemen Kolom


Dari hasil evaluasi Schmidt Hammer Test diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengujian Hammer Test

Titik F’c max F’c min Deviasi


No.
Pengujian (MPa) (MPa) Standar (MPa)
1 Blok 1 32,044 < 10 6,4
2 Blok 2 < 10 < 10 2,04
3 Blok 4 19,978 < 10 5,26
4 Blok 5 15,988 < 10 5,75
b. Pengujian Beton Inti (Core Drill Test)
Pengujian kuat tekan beton inti hasil pemboran adalah pengujian yang
bersifat semi destructive dengan maksud untuk memperkirakan nilai kuat tekan
pada komponen struktur terpasang. Hasil pengujian berdasarkan metode
pengujian yang mengacu pada SNI 03-3403-1994 Metode Pengujian Beton Inti
Pemboran dan SNI 03-2492-1991 Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti
seperti pada gambar 4.9 berikut :

Gambar 2. Pengujian Kuat Tekan Beton Sampel Core Drill


Pemeriksaan beton inti dilakukan pada pelat dengan melihat kondisi
fisikdari tiap blok ruko dengan mengelompokkannya menjadi tiga kondisi,
yaitu padakondisi baik (A), kondisi sedang (B), dan kondisi buruk (C). Dari 32
total jumlahsampel yang diambil pada tiap kondisi dilapangan, yaitu 14 sampel
pada kondisibaik (A), 15 sampel pada kondisi sedang (B), dan 3 sampel pada
kondisi buruk(C), yang diantaranya terdapat 10 sampel yang dilakukan
pemeriksaan uji kuattekan di laboratorium. Hal ini disebabkan karena adanya
sampel yang tidakmemenuhi syarat pengujian.
Dari pengujian kuat tekan beton pada sampel core drill, maka dapat
diperoleh data kuat tekan beton sisa sebelum koreksi (f’c), dan kuat tekan beton
sisa setelah koreksi (F’cc), seperti pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Core Drill
Beban
No. Diameter Panjang F’c F’cc
Maks. C0 C1 C2
Sampel (mm) (mm) (N/mm2) (N/mm2)
(kN)
Sampel 1 108 130 83,352 9,10 0,92 0,9411 1,7416 13,73
Sampel 2 108 135 58,704 6,41 0,92 0,9522 1,7181 9,65
Sampel 3 108 117 117 12,06 0,92 0,9122 1,4916 15,09
Sampel 4 108 120 83.38 9,22 0,92 0,9189 1,5694 12,23
Sampel 5 108 130 86,48 9,44 0,92 0,9411 1,5685 12,83
Sampel 6 108 140 79,4 8,67 0,92 0,9633 1,4819 11,39
Sampel 7 108 108 136,6 14,92 0,92 0,8922 1,8708 22,91
Sampel 8 108 134 72,1 7,87 0,92 0,9500 1,5547 10,70
Sampel 9 108 115 151,7 16,57 0,92 0,9078 1,6678 23,08
Sampel
108 133 133 12,47 0,92 0,9478 1,9528 21,24
10
Rata – rata = 15,285 MPa
Standar Deviasi = 5,165 MPa

c. Pengujian Kuat Tarik Tulangan Baja


Pengujian kuat tarik baja tulangan dimaksudkan untuk mendapatkan
nilai kuat tarik dari baja tulangan terpasang baik pada saat kondisi leleh
maupun putus. Metode pengujian mengacu pada SNI 07-2052-1990
Spesifikasi dan Cara Uji Baja Tulangan Beton.
Pengujian tarik pada umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin
“Universal Testing Machine”, dimana batang uji ditarik sampai putus. Pada
saat dilakukan pengujian, maka data-data seperti: batas proporsional, batas
elastis, batas ulur, batas maksimum dan titik patah terdeteksi pada layar
monitor dan diagram gaya-perpanjangan bahan.

Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan diameter 14,4 mm
Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan diameter 7,7 mm
Dari data sampel yang ada maka didapatkan hasil bahwa :
Rata – rata = 355 MPa
Standar Deviasi = 7,071068 MPa

2. Perhitungan Keandalan Struktur Pasca Kebakaran

Dari data yang diperoleh maka :

ketahanan (R) dan beban (S) merupakan fungsi dari variabel-variabel dasar :

R = fungsi dari kuat tarik baja dan kuat tekan beton

S = fungsi dari beban hidup dan beban mati

a. Analisis Ketahanan (Resistance, R)


R = (400 x 400)C + (6 x ¼ (3,14) x (19^2))B
= (160000.C + 1700,31C) N
= (160.C + 1,7.B) kN ----(fungsi linear dari B dan C)
μR = 160(15,285) + 1,7(355)
= 3049,1 kN
σR = √(160𝑥5,16)2 + (1,7𝑥7,07)2
= 825,68 kN
b. Analisis Beban (S)
S=D+L
μs = 1500 + 500
= 2000 kN
σs = √(300)2 + (200)2
= 360,6 kN
c. Analisa Tingkat Keandalan

μz = μR – μS
= 3049 – 2000
= 1049 kN
σz = √(825,68)2 + (360,6 )2
= 900,98 kN
μz
β = σz
1049
= 900,98

= 1,164 kN
Pf = Ф (-1,164) = 0,12227144 (dari hasil interpolasi 1,15 dan 1,2)
Keandalan Kolom Setelah Kebakaran :
R0 = (1- 0,12227144) x 100% = 87,77 %
Karena menurut, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41/Kpts/1998
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung :
95% ≤ Ro ≤ 100 % , bangunan andal (reliable)
85% ≤ Ro ≤ 94 % , bangunan kurang andal (poor reliable)
Ro ≤ 84 % , bangunan tidak andal (unreliable)

Sehingga, kolom bangunan tersebut kurang andal (poor reliable). Maka perlu
diperlakukan perkuatan pada kolom yang ditinjau, yaitu dengan cara concrete
jacketing.

Anda mungkin juga menyukai