Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang calon matematikawan, mungkin kita sering mendengar
beberapa pertanyaan seperti apakah matematika itu? Dan apakah karakteristik dari
matematika? Dan apakah tujuan kita sebenarnya sebagai salah satu objek yang terlibat
dalam prosess pembelajaran matematika? Segelintir pertanyaan-pertanyaan itu sudah
tak asing lagi bagi kita. Lantas apakah jawaban yang tepat dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut? Segelintir pakar yang mendeskripsikan hal tersebut,
namun sampai saat ini tak kunjung mendapatkan ‘puncak’ kesepakatan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai jawaban sempurna dalam
menjawab pertanyaan tersebut. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang
berbeda dikemukakan oleh para ahli, mungkin disebabkan oleh ilmu matematika itu
sendiri, dimana matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian
sangat luas sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang
matematika berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan pengalaman
masing-masing. Oleh sebab itu matematika tidak akan pernah selesai untuk
didiskusikan, dibahas, maupun diperdebatkan. Penjelasan mengenai apa dan
bagaimana sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan zaman. Dan
berdasrkan hal-hal yang dikemukakan diatas, maka kami menyusun makalah tentang
“HAKEKAT MATEMATIKA”

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat matematika itu?
2. Apakah karakteristik matematika?
3. Apakah tujuan pembelajaran matematika?

C. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Hakikat matematika

1
2. Karakteristik matematika
3. Tujuan dari pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKEKAT MATEMATIKA

Apakah matematika itu? Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu. Untuk mendeskripsikan
definisi kata matematika para matematikawan belum pernah mencapai satu titik
“puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi
yang berbeda dikemukakan oleh para ahli, -mungkin- disebabkan oleh ilmu matematika
itu sendiri, di mana matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian
sangat luas sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang
matematika berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan pengalamannya
masing-masing. Oleh sebab itu matematika tidak akan pernah selesai (baca: tuntas) untuk
didiskusikan, dibahas maupun diperdebatkan. Penjelasan mengenai apa dan bagaimana
sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan seiring dengan
pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan zaman.

Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat


memperhatikan pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan
para ahli berikut: Di antaranya, Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang
matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana
administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika
merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua
dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang
terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu?
bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan
matematika? Selain itu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur
logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik
kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (Jackson,
1992:750).

Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi


tiga premis sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic
language, conventions and rules, and language is a social constructions; ii)
3
Interpersonal social processes are required to turn an individual’s subjective
mathematical knowledge, after publication, into accepted objective mathematical
knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social. (Ernest, 1991:42).
Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang memandang matematika sebagai suatu
konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu
seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu
seni. (Ruseffendi, 1988:160).

Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan


penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum
absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat
diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A. 1992: 752).

Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan


matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas
komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan,
2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan
(questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang
digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan
secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.

Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa


pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang
berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu
dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.

Pengertian yang lebih plural tentang matematika dikemukakan oleh Freudental


(1991:1). Dia mengatakan bahwa “mathematics look like a plural as it still is in French
Les Mathematiques .Indeed, long ago it meant a plural: four arts (liberal ones worth
being pursued by free men). Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic,
geometry astronomy and music, held in higher esteem than the (more trivial) trivium:

4
grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am familiar with languages, Ducth is the
only one in which the term for mathematics is neither derived from nor resembles the
internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was virtually coined by Simon
(1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker, sure and certain, is
that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge, theory. . Dari sisi
abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; 1) matematika
disajikan dalam pola yang lebih ketat, 2) matematika berkembang dan digunakan lebih
luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan 3) matematika lebih terkonsentrasi pada konsep.
(Jackson, 1992:755).

Selanjutnya, pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di antaranya telah
muncul sejak kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan tokoh-tokoh utamanya
Plato (427–347 SM) dan seorang muridnya Aristoteles (348–322 SM). Mereka
mempunyai pendapat yang berlainan. Plato berpendapat, bahwa matematika adalah
identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika
harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi
terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori bilangan) dan
logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif
karena memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada objek-objek yang
ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna. Plato
dapat disebut sebagai seorang rasionalis. Aristoteles mempunyai pendapat yang lain. Ia
memandang matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika
didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
eksperimen, observasi, dan abstraksi. Aristoteles dikenal sebagai seorang
eksperimentalis. (Moeharti Hadiwidjojo dalam F. Susilo, S.J. & St. Susento, 1996:20).

Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution (1982:12)


yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani,
mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang
erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan,
atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde

5
yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada
matematika).

Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti
ilmu berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung.
Sebagian orang Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan
“matimatian”, karena sulitnya mempelajari matematika. (Abdusysyakir, 2007:5). Pada
umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang
disebut aritmetika atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai
ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan
bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst, melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan
bagi.

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,


perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian
bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan
aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.(www.wikipedia.org)
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)

Berpijak pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara umum


definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:

1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.


Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu
bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa
komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan
dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
2. Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya
suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila
telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena
beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih
(valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang
sistematis.
5. Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika
adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan
pada suatu konteks.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang
kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.

Ada yang berpendapat lain tentang matematika yakni pengetahuan mengenai


kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis,
teratur, dan eksak. Matematika adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan
bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak
berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu
mengenai logika dan problem-problem numerik. Matematika membahas faka-fakta dan
hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan waktu. Matematika adalah
queen of science (ratunya ilmu). (Sutrisman dan G. Tambunan, 1987:2-4)

Meskipun diberikan pengertian matematika dengan panjang lebar secara tertulis atau
lisan penjelasannya, belum memberikan jawaban secara utuh yang dapat dipahami secara
menyeluruh tentang apa matematika itu. Menurut Courant dan Robbin bahwa untuk
dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari sendiri
ilmu matematika tersebut. Matematika dapat kita pelajari dengan baik bila disertai
dengan mengerjakannya. Dalam proses bekerja tersebut diperlukan keterlibatan berpikir
yang kita sebut dengan berpikir kritis. Karena matematika dapat ditinjau dari semua

7
sudut, dan memasuki seluruh segi kehidupan manusia baik dari yang sederhana sampai
yang kompleks.

B. KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Karakteristik- karakteristik matematika dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1. Memiliki Kajian Objek Abstrak.
Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga
disebut sebagai objek mental. Di mana objek-objek tersebut merupakan objek pikiran
yang meliputi fakta, konsep, operasi ataupun relasi, dan prinsip. Dari objek-objek
dasar tersebut disusun suatu pola struktur matematika. Adapun objek-objek tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu.
Contoh simbol bilangan “3” sudah di pahami sebagai bilangan “tiga”. Jika di
sajikan angka “3” maka sudah dipahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga”, dan
sebalikya. Fakta lain dapat terdiri dari rangkaian simbol misalnya “3+4” sudah di
pahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga di tambah empat”.
b. Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan
suatu konsep atau bukan. ”segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak, “Bilangan
asli” adalah nama suatu konsep yang lebih komplek, konsep lain dalam
matematika yang sifatnya lebih kompleks misalnya “matriks”, “vektor”, “group”
dan ruang metrik”. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah
ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi ini orang dapat
membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.
Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.
c. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”,
“gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya
operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi
adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.
d. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri
atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun

8
operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan
antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”,
“teorema”, “sifat” dan sebagainya.
2. Bertumpu Pada Kesepakatan.
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma
diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan
konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian.
Aksioma juga disebut sebagai postulat (sekarang) ataupun pernyataan pangkal (yang
sering dinyatakan tidak perlu dibuktikan). Beberapa aksioma dapat membentuk suatu
sistem aksioma, yang selanjutnya dapat menurunkan berbagai teorema. Dalam
aksioma tentu terdapat konsep primitif tertentu. Dari satu atau lebih konsep primitif
dapat dibentuk konsep baru melalui pendefinisian
3. Berpola pikir Deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir
deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Pola pikir
deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana tetapi juga dapat
terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.
Contoh:
Banyak teorema dalam matematika yang “ditemukan” melalui pengamatan-
pengamatan khusus, misalnya Teorema Phytagoras. Bila hasil pengamatan tersebut
dimasukkan dalam suatu struktur matematika tertentu, maka teorema yang ditemukan
itu harus dibuktikan secara deduktif antara lain dengan menggunakan teorema dan
definisi terdahulu yang telah diterima dengan benar.
Dari contoh prinsip diatas, bahwa urutan konsep yang lebih rendah perlu
dihadirkan sebelum abstraksi selanjutnya secara langsung. Supaya hal ini bisa
bermanfaat, bagaimanapun, sebelum kita mencoba mengkomunikasikan konsep yang
baru, kita harus menemukan apakontribusi konsepnya; dan begitu seterusnya, hingga
kita mendapat konsep primer yang lain.
4. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti. Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk
model matematika.

9
Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik
berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika
dapat membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat berupa
persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri tertentu, dsb. Huruf-huruf yang
digunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau
berarti bilangan, demikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tamba untuk dua
bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf dan tanda dalam
model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada yang akan memanfaatkan
model itu. Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki medan garapan
dari ilmu bahasa (linguistik).
5. Memperhatikan Semesta Pembicaraan. Konsekuensi dari simbol yang kosong dari
arti adalah diperlukannya kejelasan dalam lingkup model yang dipakai.
Sehubungan dengan penjelasan tentang kosongnya arti dari simbol-simbol dan
tanda-tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam
memggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu
dipakai. Bila lingkup pembicaraanya adalah bilangan, maka simbol-simbol diartikan
bilangan. Bila lingkup pembicaraanya transformasi, maka simbol-simbol itu
diartikan suatu transformasi. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan
semesta pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu
model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya.
Contoh:
Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x = 5. Adakah
penyelesaiannya? Kalau diselesaikan seperti biasa, tanpa menghiraukan semestanya
akan diperoleh hasil x = 2,5. Tetapi kalu suda ditentukan bahwa semestanya
bilangan bulat maka jawab x = 2,5 adalah salah atau bukan jawaban yang
dikehendaki. Jadi jawaban yang sesuai dengan semestanya adalah “tidak ada
jawabannya” atau penyelesaiannya tidak ada. Sering dikatakan bahwa himpunan
penyelesaiannya adalah “himpunan kosong”.

6. Konsisten Dalam Sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada yang
saling terkait dan ada yang saling lepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada
kontradiksi. Tetapi antar sistem ada kemungkinan timbul kontradiksi.

10
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan
satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain.
Misal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem
geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi dalam sistem aljabar
sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait satu sama lain.
Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat beberapa sistem yang “kecil” yang
berkaitan satu sama lain. Suatu teorema ataupun suatu definisi harus menggunakan
istilah atau konsedp yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam
makna maupun dalam hal nilai kebenarannya. Kalau telah ditetapkan atau disepakati
bahwa a + b = x dan x + y = p, maka a + b + y haruslah sama dengan p

C. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah


Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
Contoh ilustrasi hasil belajar lingkup pemahaman konsep sebagai berikut.
Ketika siswa belajar KD 2.3 Kelas VII Semester 1 yaitu ‘Menyelesaikan
persamaan linear satu variabel’, maka ia harus terampil menyelesaikan persamaan
linear satu variable (PLSV). Agar memiliki kemampuan seperti itu maka siswa
harus paham konsep PLSV dan algoritma menyelesaikan PLSV atau memahami
prinsip (dalil) kesetaraan. Bila itu terwujud maka ia dikatakan mampu
menyelesaikan PLSV. Kemampuan itu lingkupnya adalah pemahaman konsep.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika


dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
Contoh hasil penalaran:
a. Jika besar dua sudut dalam segitiga 60° dan 100° maka besar sudut yang ketiga
adalah 20°.
b. Jika (x − 1)(x + 10) = 0 maka x = 1 atau x = −10
c. Sekarang Ani berumur 15 tahun. Umur Dina 2 tahun lebih tua dari Ani. Jadi,
sekarang umur Dina 17 tahun.
11
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
Contoh soal pemecahan masalah
Tentukan dua bilangan yang belum diketahui pada pola bilangan berikut ini.
1. 1, 8, 27, 64, ..., ...
2. 9, 61, 52, 63, ..., ...
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
Contoh:
a. Notasi 30 × 3 antara lain menyatakan:
b. Luas permukaan kolam dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 3 meter.
c. Banyak roda pada 30 becak/bemo.
d. Banyaknya pensil dalam 30 kotak yang masing-masing kotak berisi 3 pensil.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada hakikatnya matematika itu adalah sebuah simbul, dan bersifat deduktif (dari
umum ke khusus) dan merupakan ilmu yang logis dan sistematis . Dalam ilmu
matematika terdapat istilah-istilah diantaranya :
1. Aksioma : suatu pernyataan yang dijadikan dalil atau dasar pemula yang
kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi.
2. Definisi : Suatu pernyataan yang di jadikan pembatas suatu konsep
3. Teorema : Pernyataan yang diturunkan dari aksioma yang kebenaranya masi
perlu di buktikan.
4. Himpunan : Sekumpulan suatu himpunan yang mana dalam matematika terdapat
beberapa himpunan.
Dari uraian diatas dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa matematika
merupakan ilmu yang pasti dan bersifat sistematis. Dan tujuan mempelajari matematika
adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.
Karakteristik matematika :
1. Memiliki Kajian Objek Abstrak.
2. Bertumpu Pada Kesepakatan.
3. Berpola pikir Deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
4. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk model matematika.
5. Memperhatikan Semesta Pembicaraan. Konsekuensi dari simbol yang kosong dari
arti adalah diperlukannya kejelasan dalam lingkup model yang dipakai.
6. Konsisten Dalam Sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada yang
saling terkait dan ada yang saling lepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada
kontradiksi. Tetapi antar sistem ada kemungkinan timbul kontradiksi.

13
Tujuan pembelajaran matematika telah tercantum pada PERMENDIKNAS No. 22
Tahun 2006 yaitu :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah

B. Saran
Sebagai calon seorang guru matematika, hendaknya pembaca lebih mempelajari
dan memahami mengenai hakikat, karakteristik serta tujuan dari pembelajaran
matematika. Hal ini dikarenakan pentingnya memahami apa matematika itu sendiri
sebelum mengajarkan kepada peserta didik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi,Hartikadwi.2013.Makalah Hakekat
Matematika.https://hartikadwipratiwi.wordpress.com/2013/11/15/makalah-
hakekat-matematika/ diakses pada tanggal 1September 2016
Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini
dan Harapan Masa Depan. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Wirah, Gusti Ngurah.2012. Hakekat Matematika.
http://sainsmatika.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses
pada tanggal 1September 2016

Yahya, A HalimFathani. 2009. Melihat Kembali Definisi dan Deskripsi Matematika.


http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan-deskripsi-
matematika/ diakses pada tanggal 1September 2016
Lejeng, Iis.2013. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah.
http://matematikalujeng.blogspot.co.id/2013/02/tujuan-pembelajaran-matematika-
sekolah.html diakses pada tanggal 2 Septrmber 2016

15

Anda mungkin juga menyukai