AVULSI GIGI
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas avulse gigi yang mungkin
tersebut . Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi
A.KESIMPULAN
B.SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Traumatik injuri pada rongga mulut dan sekitarnya merupakan kasus yang
banyak terjadi di kalangan anak dan remaja, sehingga mernbutuhkan perhatian baik
dan teliti mengenai perawatan dari dokter gigi.Cedera traumatik pada anak
dikatakan hampir 30 persen anak pernah mengalami trauma pada gigi dan wajah
pada saat bermain, berolah raga atau aktivitas lainnya. Trauma yang melibatkan
gigi depan tetap atas sering terjadi pada usia 8 sampai 12 tahun. Penyebab trauma
pada gigi permanen antara lain jatuh dari sepeda, berkelahi, kecelakaan lalu lintas
dan olahraga.
periodontal dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa.Periksa pula
beberapa bagian, yang salah satu diantaranya adalah lepasnya seluruh bagian gigi
dari soket atau yang biasa kita sebut dengan avulsi.Untuk menanganinya, dokter
gigi perlu melakukan suatu tindakan untuk mengembalikan gigi ke dalam soketnya
PEMBAHASAN
1. Definisi
dalam 9 klasifikasi. Kelas 1 sampai 8 merupakan bentuk trauma untuk gigi depan
sebagai keluarnya seluruh gigi dari soket akibat trauma. Secara klinik dan foto
pada saat gigi secara total keluar dari soketnya (Jacobsen, 2003). Tercabutnya gigi
negatif. Selain mengalami gangguan fungsi dan estetis, psikologis juga dapat
terganggu karena akan merasa tidak percaya diri akibat hilangnya gigi
(Dalimunte,2003).
Avulsi pada gigi permanen biasanya terjadi pada anak lelaki usia 7-10
dan hubungan akar dengan tulang alveolar masih lemah, serta tulang alveolar
relatif lunak. Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki akar yang sudah matur,
jaringan periodontal yang kuat, serta tulang alveolar yang kuat sehingga lebih
(1) Kecelakaan lalu lintas; (2) Perkelahian; (3) Jatuh; (4) Kecelakaan olahraga; (5)
Kerusakan jaringan periodontal; dan (6) Penyakit sistemik, seperti diabetes melitus
Perawatan yang disarankan untuk gigi avulsi menurut Weine (2004) dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu perawatan darurat pada daerah yang terkena trauma,
endodontic.
periodontal, sementara gigi lepas dari rongga mulut.Gigi yang mengalami avulsi
harus cepat dikembalikan pada soketnya atau yang sering disebut dengan istilah
penting untuk mencegah agar gigi yang avulsi tidak kering. Kondisi gigi yang
sel-sel ligamentum periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh lebih dari 15-20 menit.Apabila
dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan pada soketnya, maka
gigi harus cepat disimpan dalam media yang sesuai sampai pasien bisa ke klinik
Perawatan gawat darurat pada daerah yang terkena trauma ada beberapa hal yang
1. Hasil yang bagus diperoleh bila gigi di replantasi segera setelah terjadi
soketnya atau yang sering disebut dengan istilah replantasi. Faktor yang
untuk mencegah agar gigi yang avulsi tidak kering. Kondisi gigi yang
diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh lebih dari
Orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang bertanggungjawab sebaiknya
sehingga kotoran hilang, tetapi tidak boleh ada jaringan gigi yang hilang
mahkotanya saja. Dokter gigi harus segera dihubungi dan pasien harus
datang ke tempat praktek dokter gigi secepat mungkin. Handuk kecil atau
sesuatu yang lembut bisa diletakkan pada bagian oklusal atau incisal gigi
yang telah di replantasi dan ditahan supaya gigi tetap pada soketnya selama
diletakkan pada suatu media untuk menyimpan gigi atau transport medium
dan di bawa ke tempat praktek dokter gigi. Media yang bisa digunakan
adalah Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS), Via span, saliva, susu, dan
air.
kerap berkontak dengan gigi dan bagian dari rongga mulut. Gigi yang
avulse dapat diletakan di dalam rongga mulut atau di dasar lidah. Tetapi
teknik ini sebaiknya digunakan pada orang dewasa atau remaja, sebab
tertelan.
4. Susu terdiri dari berbagai macam antigen yang dapat melawan reaksi
negatif ..
5. Air adalah media yang dapat digunakan kapan pun dan di mana pun.
Emergency visit
periodontal dalam jangka waktu yang lama. Selain itu dapat juga
tempat praktek dokter gigi. Pada tahap ini hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
yang berisi larutan saline (sedikit garam dimasukkan pada air akan
kesehatan psien, periksa area gigi dan lakukan rontgen gigi secepat
dengan soft arch wire dan dengan etsa asam. Pasien diberi
meningkatkan resorpsi.
kembali secara cepat gigi yang avulsi. Seringkali gigi tidak ditemukan
kecelakaan yang terjadi berada jauh dari tempat praktek gigi terdekat.Bila
akan lebih baik. Jaringan pulpa mungkin akan hilang dan hal ini dapat
tahap ke-3, yaitu dengan menyimpan gigi yang avulsi pada suatu media.
dari 2 jam
2. Gigi dengan apeks terbuka dan telah berada di luat mulut selama lebih
dari 2 jam
3. Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar
Obturasi dengan gutta percha dan sealer setelah 7-14 hari medikasi
4. Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar
Beberapa hal yg harus anda pahami adalah keberadaan gigi dalam rongga
mulut merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup kita.Bagaimana jika
gigi kita tidak lengkap karena trauma/kecelakaan? Pastinya tidak nyaman kan?
Untuk makan, minum, makan keripik singkong, bahkan dalam hal penampilan
Ingat, gigi kita memiliki 2 fase saja, pertama adalah fase gigi susu/sulung
yang berlangsung hingga kira-kira 12-15 tahun, lalu akan digantikan dengan gigi
permanen yang akan kita gunakan hingga kita meninggal. Jadi, menjaga
keberadaan gigi itu sangatlah penting. Kalaupun gigi yang lepas tersebut tidak bisa
dipertahankan, ada opsi lain seperti menggunakan gigi palsu, bahkan sampai
implan gigi. Namun ingat, biaya untuk pembuatan kedua benda tersebut tidaklah
dari kondisi kita, sepintar & sehebat apapun skill dari dokter gigi yang merawat
Nah, sekarang apa yang harus dilakukan setelah usaha untuk menyelamatkan sang
Jika anda menghadapi kondisi seperti ini, jangan panik, segera ambil gigi
yang terlepas, cuci dengan air mengalir (TANPA DISIKAT, agar tidak merusak
struktur yang masih melekat pada gigi, cukup bersihkan dengan air mengalir), lalu
2. Masukkan gigi ke dalam mulut kembali (dikulum), kandungan saliva/air liur dan
suhu tubuh dapat membantu mempertahankan kondisi gigi yang terlepas supaya
Dari kedua langkah di atas, segera datang untuk melakukan perawatan pada
dokter gigi.Kondisi dimana gigi yang terlepas dapat dikembalikan pada soketnya
untuk gigi yang terlepas agar dapat dikembalikan pada soketnya hanya berkisar 20-
30 menit (menurut jurnal marino et al. pada tahun 2000 yang berjudul
sedangkan menurut pendapat dari beberapa dokter di fakultas saya, golden period
bisa mencapai 2 jam pasca trauma terjadi. Semakin cepat dibawa ke dokter, ada
A. TRAUMA ANAK
karena gigi yang ditanam kembali kondisinya sudah mati, sehingga harus
jaringan sekitarnya. Setelah dilakukan perawatan saluran akar, akan ada tindak
lanjut yang bertahap dari dokter gigi anda, pemeriksaan berkala (3/6/12 bulan
sekali) untuk melihat adakah kelainan jaringan sekitar gigi yang ditanam
kembali, hal ini bisa dilakukan hingga 2-5 tahun setelah perawatan.
C. Pemeriksaan Trauma
Perawatan diberikan kepada pasien berdasarkan kepadan keakuratan
dan kelengkapan jalan terjadinya suatu penyakit atau jejas, yang dapat
diperoleh melalui proses anamnesis dan pemeriksaan secara klinis. Anamsenis
dan pemeriksaan klinik yang baik dapat mendukung dalam keberanan
penegakan diagnosis suatu penyakit sehingga dengan adanya diagnosis yang
tepat dapat melakukan perawatan yang tepat untuk menangani pasien. Hal-hal
penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan perawatan adala kondisi
sistemik, kondisi pasien secara klinis , pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang biasa digunakan untuk melihat keparahan dan pola fraktur
adalah pemeriksaan radiografi. Kondisi umum pasien haruslah diperhatikan
sebelum melakukan perawatan trauma dental pada pasien. Hal-hal penting
yang harus diketahui dari kondisi sistemik pasien adalah ada atau tidaknya
anomali pada jantung, hepatitis B, dan lesi trauma yang spesifik. Riwayat
pernah melakukan tindakan profilaksis untuk tetanuspun penting untuk
diketahui. Selain riwayat umum, riwayat dental, sosial dan riwayat
keluargapun harus diketahui, hal ini untuk menjadi penunjuk bagi operator
untuk mengetahui kemampuan pasien untuk bersikap kooperatif dengan
operator. Riwayat keluarga dan sosial, biasanya dapat menggambarkan suatu
informasi mengenai kebiasaan pasien dan perawatan kedepannya.
Riwayat terjadinya trauma harus diketahui secara jelas dan pasti
mengenai kapan waktu terjadinya trauma, dimana pada saat terjadinya trauma,
bagaimana trauma itu bisa terjadi, dan sudah dilakukan perawatan untuk
trauma tersebut atau belum. Waktu terjadinya trauma penting untuk diketahui
terutama bagi fraktur dental yang melibatkan kerusakan pada daerah pulpa.
Interval waktu yang panjang dapat menyebabkan trauma permanen pada
jaringan pulpa. Lokasi terjadinya trauma menjadi hal penting untuk
pertibangan diperlukannya tindakan profilaksis untuk tetanus atau tidak.
Pemeriksaan objektif dapat dilakukan dengan cara memeriksa
daerah intraoral dan daerah ektraoral. pemeriksaan ekstraoral adalah untuk
mengetahui luka, lesi abrasif maupun pembengkakan pada daerah ekstraoral.
Kerusakan tulang maksila dan mendibulapun dapat teraba jika dilakukan
palpasi pada daerah ekstraoral. Pemeriksaan intraoal adalah pemeriksaan pada
seluruh jaringan yang ada dirongga mulut, seperti jaringan lunak dilihat dan
diamati adanya kemerahan, abrasi atau robek . selain jaringan lunak, tahap
perkembangan dan kelainan oklusipun harus diperhatikan terutama yang
berhubungan dengan trauma. Tes-tes khusus yang perlu dilakukan pada
pasien yang mengalami trauma dental adalah :
5. tes vitalitas pulpa
dapat dilakukan dengan menggunakan CE dan di aplikasikan pada
permukaan gigi selama beberapa detik. Tes vitalitas pulpa dengan
menggunakan CE merupakan tes yang paling mudah untuk digunakan
6. pemeriksaan radiografi
pemeriksaan radiografi dapat dilihat dengan menggunakan
radiografi OPG. Gambaran pada radiografi OPG dapat memperlihatkan
secara jelas daerah yang mengalami frakur dan juga untuk mengetahui
seberapa luas trauma fraktur mencederai rongga mulut. Selain itu juga
dapat menggunakan radiografi intraoral seperti radiografi periapikal,
gambaran pada radiografi periapikal menunjukan kerusakan struktur
dental yang lebih detail. Distorsi yang minimal pada radiografi periapikal
dapat membantu penegakan diagnosis yang tepat.
Klasifikasi Trauma Dental
1. Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota gigi merupakan fraktur yang sering terjadi dengan
insdensi yang mencapai 75% dan secara umum prognosis dari perawatan
yang diberikan untuk fraktur mahkota relatif baik. Farktur mahkota
biasanya melibatkan kondisi-kondisi tertentu seperti :
1. frkatur yang hanya melibatkan email
2. fraktur email – dentin
3. fraktur email , dentin , dan sementum
4. fraktur email , dentin, sementum, dan pulpa.
Fraktur enamel secara umum hanya melibatkan suatu kerusakan
jaringan yang ringan sampai kehilangan seluruh struktur email. Perawtan
yang diberiakan biasanya dnegan cara menghilangkan bagian yang rusak
dan menghaluskan permukaan enamel. Apabila kerusakan email yang
terjadi melibatkan area yang luas, perawatan yang diberikan dapat dengan
cara melakukan penambalan dengan menggunakan bahan resin komposit
yang bertujuan untuk memepertahankan estetika dan mencegah hilngnya
ruang.
Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa melibatkan
pulpa memiliki persentase insidensi sekitar 17% .apabila trauma dentin
tidak segera dilindungi dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada
jaringan pulpa , selain itu dapat mempermudah bakteri untuk berpenetrasi
kedalam tubuli dentinalis. Efek yang lebih lanjutnya dapat menyebabkan
pulpa menjadi nekrosis.Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengatakan
bahwa pada daerah yang mengalami fraktur email-dentin yang tidak
terawat dapat memudahkan untuk retensi bakteri yang secara klinis terlihat
adanya pertumbungan plak yang sangat cepat pada daerah yang
mengalami trauma. Perawatan yang biasanya dilakukan pada fraktur
mahkota yang melibatkan email dan dentin memiliki tujuan untuk :
1. melindungi pulpa dengan aplikasi bahan kalsium hidroksia setelah itu
dilakukan penumpatan dengan menggunakan resin komposit .
2. melindungi rasa sakit pada pulpa akibat stimulus yang ada pada rongga
mulut.
3. Untuk mencegah gigi menjadi tilting
4. Untuk memperbaiki tampilan dan fungsi dari gigi yang mengalami
trauma.
Fraktur yang melibatkan email, dentin , dan pulpa hanya memiliki
persentase insidensi 5% dari keseluruhan kasus trauma dental.
Keberhasilan perawatan tergantung pada manajemen pembersihan bakteri
pada daerah fraktur. Pulpa yang terbuka akibat trauma biasanya diikuti
dengan terjadinya perdarahan. Kolonisasi bakteri akan terbentuk pada
daerah superfisial jaringan pulpa yang terbuka. Pulpa yang terbuka sangat
jarang sembuh dengan sendirinya, jika terlambat dilakukan perawatan
dapat mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis dan terinfeksi. Fase akut
yang dialami jaringan pulpa setelah terjadi trauma biasanya diikuti dengan
adanya pembentukan lapisan fibrin dan jendalan darah pada jaringan pulpa
dapat memudahkan terjadinya kolonisasi bakteri disekitar jaringan pulpa
yang mengalami jejas.
Perawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan kondisi fraktur
yang melibatkan pulpa adalah pulpa kaping direk, partial pulpotomy,
cervical pulpotomy, dan pulpectomi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan pada
jaringan pulpa adalah ukuran besarnya daerah yang mengalami trauma,
waktu setelah kejadian, kontaminasi bakteri, ada atau tidaknya jendalan
darah, fase inflamasi, teknik operatif, banyaknya jaringan pulpa yang
dipotong, dan pemilihan medikamen yang tepat untuk perawatan jejas.
2. Trauma Luksasi Gigi
Trauma yang melibatkan luksasi gigi biasanya terjadi sekira 16 –
60% insidensi terutama pada gigi permanen. Ada enam tipe trauma luksasi
yaitu :
1. concussion yaitu keadaan tidak ada kelainan atau perubahan namun
ditandain dengan reaksi positif pada saat tes perkusi
2. Subluxation yaitu kondisi terdapat suatu keadaan kegoyahan yang
abnormal namun tidak terdapat keadaan abnormal pada gambaran
radiografi
3. Lateral Luxation yaitu kegoyahan gigi terjadi pada arah lateral
4. Intrusive Luxation yaitu perubahan pada daerah apikal gigi kedalam
tulang alveolar
5. Extrusive luxation yaitu perubahan pada bagian koronal gigi sebagian
keluar dari soket
6. Total luxation seluruh bagian gigi lepas dari soketnya
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Avulsi pada gigi permanen biasanya terjadi pada anak lelaki usia 7-10
skateboard dan olahraga-olahraga lain. Pada usia 7-10 tahun, akar pada gigi
dan hubungan akar dengan tulang alveolar masih lemah, serta tulang alveolar
relatif lunak. Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki akar yang sudah matur,
jaringan periodontal yang kuat, serta tulang alveolar yang kuat sehingga lebih
B.SARAN
Semoga makalah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua dalam
ini jauh dari kata kesempurnaan,oleh karena itu sya sebagai penulis membutuhkan