Makassar
Thanatologi merupakan ilmu yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan
kematian. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Kegunaan thanatologi antara
lain
Dalam thanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, antara lain mati seluler dan mati
somatis.
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan system pernafasan, yang menetap (irreversible).
Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung
tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi. Sel
yang merupakan bagian terkecil dari kehidupan manusia belum mati pada saat terjadi mati
somatis.
Definisi Kematian
Hidup ditandai : Adanya tanda tanda vital (vital signs) :Bernapas, Jantung berdetak/berdenyut
dan otak berfungsi sehat =bicara berfikir.yang ditandai adanya kebutuhan akan oksigen.
Mati = Stop / berhentinya tanda tanda vital yang permanen dan tidak ada lagi kebutuhan oksigen
Permanent Stop function of vital organ (lung, heart and brain) do not need Oxygen anymore
Adanya alat Respirator (breathing apparatus) kriteria ini jadi tdk cocok lagi
Diambil dari bagian otak yang paling akhir hidup (batang otak) yang lain sdh lewat
3. Refleks kornea: tidak dijumpai kedipan mata dengan mengoles mata dengan ujung kapas.
4. Respon motorik dari nervi kranialis: tidak ada seringai yang tampak jika diberikan stimulis nyeri
dengan melakukan penekanan pada saraf supraorbita, tekanan dalam pada kedua kondilus
persendian temporo-mandibula atau pada kuku (nail bed).
5. Refleks vestibulo-okular (tes kalori): pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan jika ada perforasi
membrana timpani. Tes ini dikerjakan pada posisi kepala terangkat 30˚ dengan melakukan irigasi
membrana timpani pada satu sisi dengan 10 cc air es. Lakukan irigasi selama 1 menit pada tiap
telinga dan jarak pemeriksaan antara 2 telinga sebaiknya berkisar 5 menit. Deviasi tonik pada mata
secara langsung terhadap stimulus kalori dingin tidak dijumpai pada MO.
6. Refleks oro-faringeal: tidak dijumpai refleks muntah dengan stimulasi pada faring posterior.
8. Tes apnea:
a. Prasyarat: penderita harus dalam keadaan kardiovaskuler dan respirasi yang stabil
b. Sesuaikan setting ventilator untuk memelihara PaCO2 berkisar 40 mmHg
c. Pra-oksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit
d. Diskoneksi dari ventilator
e. Berikan 100% O2 melalui kateter trakea dengan aliran 6 l/m
f. Monitoring O2 saturasi dengan pulse oxymetri
g. Ukur PaCO2 setelah 5 menit lalu setelah 8 menit jika PaCO2 tidak melebihi 60 mmHg
h. Hubungkan kembali penderita dengan ventilator
i. Pemutusan hubungan dengan ventilator tidak boleh melebihi 10 menit pada satu kali
pemeriksaan
j. Tes apnea positif: jika tidak ada usaha bernafas dengan PaCO2 ≥ 60 mmHg
1. Auskultasi (no breath and heart beat) need time + place on larynx and chest
2. Winslow test: Gelas air diletakkan diatas perut (bila goyang airnya = hidup)
4. Feather Test : moving of Chicken feather or cotton on nostril –due to respiration alive
• Wajah
• Otot relaksasi
• Mata
• Suhu tubuh
• Rigor Mortis
Kulit wajah
Face = Wajah Pucat karena tdk ada darah yang mengalir lagi.
Kecuali pada kasus keracunan CO = merah sperti buah cherry disebut Cherry Red
Relaksasi otot
• Relaksasi otot dan penurunan tonus otot, shg rahang menjadi turun, mulut terbuka
(perlu di ikat).
• Relaksasi otot – otot wajah a younger looking than his real age.
• Relaksasi otot-otot mulai dari :jantung, otot leher, wajah ektremitas sup dan bagian
lain dari badan weak toneless
• teraba dingin
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat
terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian
tubuh yang lebih rendah di sepanjang penghentian sirkulasi. Lebam mayat terbentuk bila
terjadi kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang
menyebabkan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh-pembuluh darah kecil
afferen dan efferen salung berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami
stagnansi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi
gravitasi dan mengalir ke bawah, ketempat-tempat terendah yang dapat dicapai. Mula-
mula darah mengumpul di vena-vena besar dan kemudian pada cabang-cabangnya
sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan. Lebam mayat
berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak warna
keunguan dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-
bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam
beberapa jam kemudian yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap.
Kadang-kadang cabang darah vena pecah sehingga terlihat bintik-bintik perdarahan yang
disebut tardieu spot. Lebam mayat mulai terbentuk 30 menit sampai 1 jam setelah
kematian somatis dan intensitas maksimal setelah 8-12 jam postmortem. Sebelum waktu
ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah jika posisi mayat diubah. Setelah 8-12
jam postmortem lebam mayaat tidak akan menghilang dan dalam waktu 3-4 hari lebam
masih dapat berubah. Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah
letak dari warna lebam itu sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini
terlalu besar variasinya untuk digunakan sebagai indikator penentu saat kematian.
sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan apakah sudah terjadi manipulasi
pada posisi mayat.
Kaku Mayat = Rigor Mortis =Postmortem Rigidity
Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot yang
irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan otot dapat terjadi selama masih terdapat ATP
yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot
habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.
Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai
maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian berangsur-angsur akan menghilang sesuai dengan
kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) rigor mortis
menghilang.
Decay = Putrefaction = Decomposition Pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja
bakteri. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan oleh sel-sel
yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah nucleoprotein yang terdapat pada kromatin dan
sesudah itu sitoplasmanya. Seterusnya dinding sel akan mengalami kehancuran dan akibatnya
jaringan akan menjadi lunak atau mencair. Banyak variasi dari laju dan onset pembusukan.
Media mayat memiliki peranan penting dalam kecepatan pembusukan mayat. Menurut Casper
mayat yang dikubur ditanah umunya membusuk 8x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di
udara terbuka. Hal ini disebabkan suhu didalam tanah yang lebih rendah terutama dikubur
ditempat yang lebih dalam, terlindung dari binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen
menghambat berkembang biaknya organisme aerobic.
• Autolysis=Mikrobacteria
• Coecum region
• Gas putrefection
Putrefaction
• Muka membengkak
• Kulit Melepuh
Mumifikasi
Mumifikasi terjadi pada lingkungan yang panas dan kering dimana tubuh mengalami
dehidrasi dan proliferasi bakteri yang terjadi minimal.Kulit berubah menjadi gelap,
kering dan keras. Mumifikasi dapat terjadi partial di mana bagian tubuh lain sudah
mengalami dekomposisi, adiposera ataupun skeletonisasi.
Saponification = Penyabunan
o Fat or fatty acid (asam lemak). Dari unsaturated fatty acid saturated fatty
acid (asam)
o Reaction with alkaline /alkali dari tanah forms Salt
o (asam)+ alkali (base) Garam
(Salt not dissolve in water)
o Occurred in part of the body contains fat (check, omentum)
o White in color, Smell sting /tengik like decay of Coconut oil = minyak kelapa
o FAT + alkali SALT (Soap)