Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ILEUS OBSTRUKTIF
Disusun Oleh :
Pembimbing :
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruksi merupakan salah satu kegawatdaruratan dalam bagian bedah. Pasien datang
kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi saluran cerna masih
sekitar 20%, dan 80% terjadi pada usus halus.1. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus
dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan
oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan
obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi. istilah obstruksi digunakan untuk suatu kemacetan mekanik yang timbul akibat
suatu kelainan struktural yang menyebabkan suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus.
Istilah ileus dimaksudkan untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi fungsional.2 Obstruksi
pada intestinal juga dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti peritonitis dan
terganggunya keseimbangan cairan dan elektrolit. Kondisi tersebut merupakan kondisi serius
sehingga memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortilitas akibat ileus obstruksi.3 Tujuan utama penatalaksanaan adalah
dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Ileus obstruktif merupakan suatu keadaan yang menyebabkan isi usus tidak bisa
melewati lumen usus sebagai akibat adanya sumbatan atau hambata.1,2 Hambatan
saluran cerna adalah berhentinya atau tertahannya isi saluran cerna. Obstruksi saluran
cerna dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komplit dan inkomplit dan dapat disebabkan
oleh faktor mekanis dan faktor fungsional. Obstruksi mekanik adalah istilah yang
digunakan ketika terdapat sumbatan fisik pada lumen saluran cerna, misalnya jaringan
ikat adhesi, hernia strangulata dan penekanan dari tumor pelvis.3 Hambatan pada jalan
isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi
usus.
II. ETIOLOGI
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
3
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
disertai strangulasi.
2. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
3. Askariasis
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang
mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang
4
penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
4. Volvunus
5. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
6. Batu Empedu
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
5
kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada
III. ANATOMI
1. Duodenum
Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yang berbentuk
seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan jejunum. Duodenum
melengkung di sekitar caput pancreas. Duodenum merupakan bagian
terminal/muara dari system apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas.
Selain itu duodenum juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana
saluran cerna dipisahka menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh adanya
ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang terletak pada flexura
duodenojejunales yang merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Di dalam
lumen duodenum terdapat lekukan-lekukan kecil yg disebut dengan plica
sircularis. Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio epigastrium dan
umbilikalis. Duodenum memiliki penggantung yg disebut dengan
mesoduodenum. Duodenum terdiri atas beberapa bagian yaitu:
a) Duodenum pars Superior
b) Duodenum pars Descendens
c) Duodenum pars Horizontal
d) Duodenum pars Ascendens.
Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus/usus penyerapan
Jejunum dan ileum ini merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum
6
ke dinding posterior abdomen dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian
akhir dari ileum akan terdapat sebuah katup yang disebut dengan valvulla ileocaecal
(valvulla bauhini) yang merupakan suatu batas yang memisahkan antara intestinum
tenue dengan intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum crassum kembali
ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur pengeluara zat sisa penyerapan
3. Kolon
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio iliaca dextra. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra
sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa,
kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul.
dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan
Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,
7
IV. FISIOLOGI
Pada duodenum pars superior secara histologis terdapat adanya sel liberkeuhn yang
berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa. Basa ini berfungsi untuk menaikkan pH
dari chymus yang masuk ke duodenum dari gaster, sehingga permukaan duodenum
tidak teriritasi dengan adanya chymus yang asam tadi).Selain itu, pada duodenum
pancreas diproduksi enzyme maltase, lactase dan sukrase. Dimana enzyme maltase
akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula maltose menjadi 2 gugus gula glukosa.
Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus gula laktosa menjadi 1 gugus glukosa dan 1
gugus galaktosa. Sementara itu, enzyme sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa
menjadi 1 gugus fruktosa dan 1 gugus glukosa. Sementara itu,di dalam duodenum juga
terjadi pencernaan lipid secara enzymatic. Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol
akan teremulsi oleh adanya getah empedu yang dialirkan melalui ductus choledocus
dari vesica fellea dan hepar. Setelah itu, emulsi lemak tersebut akan diubah oleh enzyme
lipase pancreas menjadi asam lemak dan 2 diasilgliserol. Dilihat secara histologik,
jejunum dan ileum memiliki vili vhorialis. Dimana vili chorialis ini berfungsi utk
menyerap zat2 gizi hasil akhir dr proses pencernaan spt glukosa, fruktosa, galaktosa,
V. PATOGENESIS
8
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan
dan elektrolit dapat lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik,
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian
oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan
timbul gejala muntah yang banyak, yangjarang menjadi muntah fekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda vital normal pada
tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomendapat dapat
minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan
9
di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal timbul refluks dari
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda- tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkanadanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi
atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering
terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidakterjadi bila
katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong
ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan
terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat
dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
10
menunjukkan adanya strangulasi.
VII. DIAGNOSIS
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan
muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang
usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan
setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan
meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan
atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan
kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak
pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga
terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi
terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah
membesar. Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising
usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada
tinggi, atau tidak terdengar sama sekali. Nilai laboratorium pada awalnya normal,
11
kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada
menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan
air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan
letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untukmelakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium inloop) untuk mencari
penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia. Pada saat sekarang ini radiologi
ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika
sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya
gangguan elektrolit. Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa
ileus obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi
datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas
udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah
kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak. Gambaran radiologi dari ileus
berupa distensi usus dengan multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal,
absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat
sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran
12
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen. Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik
spesifik Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan
foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini
antara lain :
d. Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
a. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen.
13
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi
ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada
tanda dan gejala daripenyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut,
Gambar 1. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance
14
X. KOMPLIKASI
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan perforasi
XI. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya
tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah
2. Operasi Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
15
Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan peritonitis umum.
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam Mortalitas ileus obstruktif ini
dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika
umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun
Pada obstruksi kolon mortalitasnya Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana
isi lumen saluran cerna tidak bias disalurkan ke distal atau anus karena ada
sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatusegmen usus yang
menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut. Obstruksi usus halus dapat disebabkan
jinak, impaksi fekal.Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Bisingusus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
16
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
No.RM : 00.09.78.91
Nama : Tn. BG
Usia : 51 tahun
Agama : Islam
Alamat : Cikarang
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Bakti Husada dengan keluhan Perut kembung sejak 3
bulan sebelum rumah sakit. Pasien merasa sulit makan dan minum karena kembung
tersebut. Pasien merasakan nyeri pada ulu hati sejak 3 bulan SMRS namun semakin
berat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB terakhir tadi pagi, buang angina 1 jam
17
SMRS. Mual (+), muntah (-). Hipertensi (-)DM (-). Pasien dirujuk dengan alasan butuh
Spesilais Bedah Digestif.
18
PEMERIKSAAN FISIS (28 Desember 2018, IGD RS UKI Pukul 20.30)
Tanda vital Laju nadi: 97 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Suhu: 37.3 °C
Status BB: 70 kg
Kepala Normocpehali
Mata Konjungtiva tampak pucat, sklera ikterik, palpebra cekung, pupil bulat
isokor, 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung baik, gerak
bola mata baik, kontak visual ada.
Jantung Bunyi jantung I/II normal, bising (-), irama derap (-)
Paru Suara napas vesikuler, ronki (-), mengi (-), lendir (-)
Abdomen Perut tampak buncit, defense muscular (+), hati dan limpa sulit teraba,
turgor cukup, bising usus sulit didengar, pekak, pekak sisi (+), nyeri
tekan (+) pada seluruh region abdomen.
19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Golongan Darah B
Rhesus Positif
H2TL
Hematokrit 17%
Leukosit 16.300/UL
Trombosit 151.000/UL
20
28/12/2018 RS UKI Pukul 20.30 WIB
Elektrolit Homeostatsis
Gula Darah
21
Konsul Departemen Ilmu Anestesi ( 28 Desember 2018 , IGD RS UKI 22.00)
Penurunan kesadaran
DIAGNOSIS KERJA
TATA LAKSANA
NGT Dialirkan
Medikamentosa
Rotgen thorax AP
22
Minggu, 29 Desember 2018 01.00)
01.00 Pasien Tiba di ICU dengan terpasang infus Ringg Ass 4500ml dan dilakukan intubasi
01.10 Frekuensi Nadi 37x/menit, Tekanan Darah 73/41mmhg N-Epimefrin 1 ampul
01.15 Dokter Spesialis Bedah Digestiv melakukan DPL (Diagnostic Periotoneal Lavage) dan
ditemukan isi abdomen adalah darah kurang lebih sebanyak 3 liter.
01.30 Pasien Bradikardi (Nadi 32x/menit), Tekanan Darah tidak terukur
O2 dinaikan menjadi 4L, Kompresi 30:2 1 siklus
Respons (-) E1M1V1, Denyut Nadi1 22xmenit. Nadi lemah, tidak kuat angkat, Tekanan
Darah tidak terukur Frekuensi Nafas 9x/menit
Respons (-) E1M1V1, Denyut Nadi1 20xmenit. Nadi lemah, tidak kuat angkat, Tekanan
Darah tidak terukur Frekuensi Nafas 8x/menit
Kompresi 30:2 1 siklus respons (-) Keluarga mengatakan tidak perlu dilanjutkan
komopresi
Pasien Apneu, Frekuensi Nafas tidak tampak pergerakan dinding dada, Denyut Nadi teraba
denyut nadi carotis/perifer
Frekuensi Nafas tidak tampak pergerakan dinding dada, Denyut Nadi teraba denyut nadi
carotis/perifer respons (-)
23
Pupil dilatasi maksimal, napas (-), denyut jantung (-), EKG Asistol
Pasien dinyatakan meninggal dunia di hadapan dokter, perawat dan keluarga.
24
BAB IV
1. Berdasarkan tanda dan gejala syok hemoragik menurut ATLS 2018 pasien termasuk
hemodynamic terhapat kehilangan caira akut yang berbeda tiap masing- masing
a. Usia Pasien
sakit merupakan faktor fator yang memperberat respon hemodinamik terharap terapi
yang diberikan.
injuries dan prosedur ABCDEs. Observasi dasar sangat penting untuk mengetahui
Membangun jalan nafas paten dengan ventilasi dan oksigenasi yang memadai
oksigen lebih dari 95%. Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara
• Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
• Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral dan
yang hilang.
4. Infus terus-menerus dalam jumlah besar cairan dan darah dalam upaya mencapai
tekanan darah normal bukanlah pengganti kontrol perdarahan maka perlu diperhatikan
respon dari setiap pasien yang dilakukan pemberian terapi. Pada langkah awal terapi
27
diapakai usual dose 1 liter untuk orang dewasa dan 20mL/kg utnuk anak anak atau
pasien dengan berat badang kurang dari 40kg dan pada pasien tersebut pasien masuk
delam kategore Minimal or No Response karena tanda tanda vital yang tidak membaik
5. Tujuan dari resusitasi adalah mengembalikan perfusi organ dan oksigenasi jaringan,
yang dicapai dengan pemberian larutan kristaloid dan produk darah untuk
Dan pada pasien ini dilakukan prodesur DPL ( Diagnostic Peritoneal Lavage) dimana
cedera visceral.
6. Blood Repalcement atau biasa disebut darah pengganti memiliki kritesia untuk
a. ABC score (Assesment Blood Consumtion) lebih dari dua atau lebih.
28
c. Perdarahan aktif
Dan pada pasien ini, hemodikanim tidak stabil dan perdarahan aktif merupakan
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi2. Jakarta :
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
3. Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku
4. Indrayani MN. Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruksi [Internet]. e-Jurnal Medika
5. Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi II. Penerbit
6. m/article/view/5113/3903.
7. Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian 1. Jakarta: EGC; 1995: 551- 9
8. El-Mowafi DM, Diamon MP. Gynecology surgery and subsequent bowel obstruction.
Diunduh
dari://www.gfmer.ch/International_activies_En/El_Mowafi/Bowel_Obstruction.html
30
31