Anda di halaman 1dari 9

PERLINDUNGAN ASN

TUJUAN PROGRAM JKK DAN JKM


HAK PEGAWAI ASN Cakupan : CPNS, PNS & PPPK
PNS (Pasal 21 UU ASN) PPPK (Pasal 22 UU ASN) Tujuan:
Memberikan perlindungan bagi Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan
a. Gaji, tunjangan, dan a. Gaji dan tunjangan;
tugas dan fungsinya menyelenggarakan pemerintahan umum dan
fasilitas; b. Cuti; pelayanan publik
b. Cuti; c. Perlindungan; dan
Prinsip :
c. Jaminan pensiun dan JHT; d. Pengembangan
1. Memberikan jaminan kepastian akan hak Peserta
d. Perlindungan; dan kompetensi.
2. Memberikan jaminan kepastian atas manfaat yang akan diterima
e. Pengembangan
3. Memberikan jaminan kepastian atas keberlangsungan program
kompetensi.
Sasaran :
PERLINDUNGAN [PASAL 92 (4) UU ASN] • Meningkatkan pelayanan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa : • Meningkatkan kesejahteraan
1. jaminan kesehatan;
Mencakup jaminan sosial
2. jaminan kecelakaan kerja; yang diberikan dalam Peserta JKK dan JKM
3. jaminan kematian; dan program jaminan sosial CPNS
4. bantuan hukum. nasional
PNS
PPPK
LATAR BELAKANG +
PP NO. 70 Tahun 2015 tentang JKK dan JKM bagi Pegawai Aparatur Sipil
PEJABAT NEGARA
Negara : (UU 12 TAHUN 1980)
1. Jaminan Perlindungan yang berupa JKK &JKM diberikan sebagai
bentuk tanggungjawab negara yang menganut paham negara
Pasal 8
kesejahteraan (Welfare State) dalam mensejahterakan rakyatnya.
Kepada Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara yang
2. Sebagai tindak lanjut amanat Pasal 92 ayat (4) dan Pasal 107 UU NO. mengalami kecelakaan dan atau menderita sakit karena dinas
5 Tahun 2014 tentang ASN diberikan pengobatan, perawatan,dan atau rehabilitasi menurut
3. PP 12 Tahun 1981 tentang Perawatan, tunjangan cacat dan uang peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri
duka PNS , sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebijakan. Sipil.
Iuran Perbedaan JKK dengan JKM
JKK : adalah perlindungan atas resiko kecelakaan kerja atau penyakit
JENIS PROGRAM BESARAN IURAN akibat kerja berupa perawatan, santunan, dan tunjangan cacat
(Pasal 1 angka 4 PP 70 Tahun 2015)
Program Jaminan Kecelakaan Kerja 0,24 % x Gaji
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi:
Program Jaminan Kematian 0,30 % x Gaji • Dalam menjalankan tugas kewajiban;
• Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas
• Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
• Iuran JKK dan JKM bagi peserta yang gajinya dibayar melalui
• Dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya;
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dibebankan kepada
dan atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
• Yang menyebabkan penyakit akibat kerja.
• Iuran JKK dan JKM bagi peserta yang gajinya dibayar melalui
(Pasal 18 PP 70 Tahun 2015)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah JKM : Perlindungan atas risiko kematian bukan akibat kecelakaan
kerja berupa santunan kematian.
Jenis Jaminan perlindungan dan Pengelola Program (Pasal 1 angka 5 PP 70 Tahun 2015)

MANFAAT JKK (Pasal 9 PP 70 Tahun 2015)


 PERAWATAN
* Perawatan diberikan sampai dengan Peserta sembuh.
(Pasal 10 ayat 2)
 pemeriksaan dasar dan penunjang
 perawatan tingkat pertama dan lanjutan
 rawat inap kelas I rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta
yang setara
 perawatan intensif
 penunjang diagnostik
 pengobatan
 pelayanan khusus
 alat kesehatan dan implant
 jasa dokter/medis;
 operasi
 transfusi darah tabel x 80 bulan
 rehabilitasi medik. gaji
c. santunan cacat total untuk selama-lamanya
dibayarkan secara sekaligus
HAK PEGAWAI DALAM HAL MENDERITA PENYAKIT AKIBAT KERJA
c.1. santunan sekaligus sebesar; 70% x 80 bulan
(Pasal 12 ayat (1) dan (2) // PP 70 Tahun 2015) gaji
 Pegawai ASN yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja c.2. santunan berkala sebesar Rp 250.000,- per
berdasarkan surat keterangan dokter, meskipun telah bulan selama 24
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, bulan.
ybs berhak atas manfaat JKK.
IV Biaya rehabilitasi harga berupa penggantian Diberikan satu kali
 Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud diberikan apabila
pembelian alat bantu (orthose) dan/atau alat untuk setiap kasus
Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka waktu paling lama 5 dengan patokan
pengganti (prothese)
tahun terhitung sejak tanggal diberhentikan. harga yang
ditetapkan oleh
Pusat Rehabilitasi
 SANTUNAN
Rumah Sakit Umum
Pemerintah dan
A Jenis Santunan dalam JKK Besaran ditambah 40% dari
I Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat harga tersebut serta
kejadian kecelakaan ke rumah sakit diberikan biaya biaya rehabilitasi
penggantian sebagai berikut: medik maksimum
1. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan sebesar
darat / sungai / danau maksimum sebesar Rp 1.300.000,- Rp 2.600.000,- (dua
2. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan laut juta rupiah).
maksimal sebesar V Penggantian Gigi tiruan maksimal
3. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan Rp 1.950.000,- Rp 3.900.000,-
udara maksimal sebesar VI Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus
Apabila menggunakan lebih dari satu angkutan, Rp 3.250.000,- (lumpsum)
maka berhak atas biaya paling besar dari masing- a. Santunan Kematian Kerja 60% x 80 bulan
masing angkutan yang digunakan Gaji
II Santunan sementara akibat kecelakaan kerja 100% x Gaji b. Uang Duka Tewas UDT : 6 x Gaji
sebulan c. Biaya pemakaman Rp10.000.000,-
III Santunan Cacat d. Beasiswa Sekaligus (dibayarkan 1 x untuk 1
a. santunan cacat sebagian anatomis dibayarkan % sesuai tabel x 80 orang anak sesuai jenjang pendidikan saat
sekaligus bulan gaji. kejadian tewas)
b. santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan % berkurangnya - SD Rp 45.000.000,-
secara sekaligus (lumpsum) fungsi x % sesuai - SLTP Rp 35.000.000,-
- SLTA Rp 25.000.000,-
- Mahasiswa Rp 15.000.000,- • Cacat Total Tetap :
B Penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Besarnya biaya Cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk
pengobatan / melakukan pekerjaan
biaya perawatan
dan Santunan BESARAN TUNJANGAN CACAT
sama dengan 1. Kehilangan Fungsi 70 % dari Gaji
huruf A . a. Penglihatan pada kedua belah mata, atau
b. Pendengaran pada kedua belah telingga, atau
 TUNJANGAN CACAT
c. Kedua belah kaki dari pangkal paha atau dari
Tunjangan cacat diberikan kepada Peserta dengan ketentuan:
lutut ke bawah
a. mengalami Cacat; dan
b. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau diputus hubungan 2. Kehilangan Fungsi 50 % dari Gaji
kerja sebagai PPPK karena cacat; a. Lengan dari sendi bahu kebawah; atau
Besaran Tunjangan cacat diberikan berdasarkan persentase tertentu dari b. Kedua belah kaki dari mata kaki kebawah
gaji atas berkurangnya atau hilangnya fungsi organ tubuh.

Tunjangan Cacat diberikan sejak keputusan pemberhentian dengan 3. Kehilangan Fungsi 40 % dari Gaji
hormat sebagai PNS atau diputus hubungan kerja sebagai PPPK karena a. Lengan dari atau dari atas siku ke bawah, atau
cacat sampai dengan peserta meninggal dunia. b. Sebelah kaki dari pangkal paha
(Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) PP 70 Tahun 2015)
4. Kehilangan Fungsi 30 % dari Gaji
Cacat : adalah kelainan fisik dan/atau mental sebagai akibat Kecelakaan a. Penglihatan dari sebelah mata, atau
Kerja yang dapat mengganggu atau menjadi rintangan bagi b. Pendengaran dari sebelah telingga, atau
Peserta dalam melakukan pekerjaan. c. Tangan dari atau dari atas pergelangan
• Cacat Sebagian Anatomis : kebawah, atau
Keadaan berkurang atau hilangnya sebagian anggota badan yang d. Sebelah kaki dari mata kaki kebawah.
secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau
hilangnya kemampuan bekerja untuk menjalankan pekerjaannya
5. 30 % (tiga puluh persen) sampai 70% (tujuh puluh 30% - 70%
• Cacat Penurunan Fungsi :
persen) dari Gaji menurut tingkat keadaaan yang atas dari Gaji
Keadaan berkurang atau hilangnya sebagian fungsi anggota badan
pertimbangan Tim Penguji Kesehatan dapat
yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang
dipersamakan dengan sebagaimana dimaksud pada
atau hilangnya kemampuan bekerja untuk menjalankan
angka 1 sampai dengan angka 4 untuk kehilangan fungsi
pekerjanaannya
atas sebagian atau seluruh badan atau ingatan yang
tidak termasuk pada angka 1 sampai dengan angka 4
Dalam hal terjadi beberapa cacat, maka besarnya tunjangan Cacat
Cacat hilangnya cuping hidung 33
ditetapkan dengan menjumlahkan persentasi dari tiap cacat dengan
ketentuan paling tinggi 100% (seratus persen) dari Gaji sebulan Perforasi sekat rongga hidung 16.5
Kehilangan daya penciuman 11
Tabel Persentase Santunan Cacat, Tetap Sebagian dan Cacat lainnya
Hilangnya kemampuan kerja fisik
MACAM CACAT TETAP SEBAGIAN - 50% - 70% 44
% x Gaji
- 25% - 50% 22
Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah 44 - 10% - 25% 5.5
Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah 38.5 Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 77
Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah 38.5 Kehilangan sebagian fungsi penglihatan. 7.7
Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah - Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan 10%.
33
- Apabila efisiensi penglihatan kanan dan kiri berbeda,
Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan ke bawah 35 maka efisiensi penglihatan binokuler dengan rumus
Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke bawah 30.8 kehilangan efisiensi penglihatan: (3 x % efisiensi
Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah penglihatan terbaik) + % efisiensi penglihatan terburuk
77
Setiap kehilangan efisiensi tajam penglihatan10% 7.7
Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah 38.5
Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah Kehilangan penglihatan warna 10
55
Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah Setiap kehilangan lapangan pandang 10% 7.7
27.5
Kedua belah mata Salah satu jari lain tangan kanan 4.4
77
Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat Salah satu jari lain tangan 3.3
38.5
Pendengaran pada kedua belh telinga Ruas pertama telunjuk kanan 4.95
44
Pendengaran pada sebelah telinga 22 Ruas pertama telunjuk kiri 3.85
Ibu jari tangan kanan 16.5 Ruas pertama jari lain tangan kanan 2.2
Ibu jari tangan kiri 13.2 Ruas pertama jari lain tangan kiri 1.65
Telunjuk tangan kanan 9.9 Salah satu ibu jari kaki 5.5
Telunjuk tangan kiri 7.9 Salah satu jari telunjuk kaki 3.3
Salah satu jari kaki lain 2.2
MANFAAT JKM (Pasal 23 PP 70 Tahun 2015)

Terkelupasnya kulit kepala 11-33  Santunan Sekaligus


Impotensi 33  Uang Duka Wafat
Kaki memendek sebelah:  Biaya Pemakaman
- kurang dari 5 cm 11  Bantuan Beasiswa
- 5 cm sampai kurang dari 7,5 cm 22
- 7,5 cm atau lebih 33 Simulasi
Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 6.6 Peserta meninggal (wafat), meninggalkan seorang istri dan seorang anak
desibel yang masih sekolah/kuliah
Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10 desibel 3.3 Gaji terakhir : Rp 5.620.300
Kehilangan daun telinga sebelah 5.5 Berapa nilai santunan kematian yang diperoleh ?
Kehilangan kedua belah daun telinga 11
*Untuk peserta dengan kondisi kidal, berlaku sebaliknya - Santunan sekaligus = Rp15.000.000
- Uang Duka wafat = 3 x gaji terakhir
Simulasi : Santunan Peserta Tewas = 3 x Rp 5.620.300
= Rp 16.860.900
Peserta tewas akibat kecelakaan kerja
- Biaya pemakaman = Rp 7.500.000
Gaji terakhir peserta Rp 5.620.300
- Bantuan Beasiswa = Rp 15.000.000 (Kepesertaan >3 Tahun)
Berapa santunan yang akan diterima ahli waris?
Total santunan yang diperoleh :
= Rp15.000.000 + Rp16.860.900+ Rp7.500.000 + Rp15.000.000
1. Santunan Kematian Kerja = 60% x 80 x gaji terakhir
= Rp 54.360.900
= 60% x 80 x Rp 5.620.300
= Rp 269.774.400

2. Uang Duka Tewas = 6 x gaji terakhir Kebijakan Teknis Pelaksanaan PP 70 Tahun 2015
= 6 x Rp 5.620.300 Kebijakan ini mulai berlaku sejak 1 Juli 2015, dan untuk pelaksanaan lebih
lanjut dimandatkan kepada 4 (empat) Institusi untuk menbentuk
= Rp 33.721.800
peraturan teknis, yaitu:
3. Biaya pemakaman = Rp10.000.000 1. Kementerian Keuangan, mengatur petunjuk teknis mengenai
4. Beasiswa = Rp45.000.000 penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban Iuran JKK dan JKM
(diambil beasiswa SD yang terbesar) yang berasal dari APBN. (Pasal 33 ayat (1) PP No 70 Tahun 2015).
Total santunan yang diperoleh = Rp 269.774.400 + Rp 33.721.800 2. Kementerian Dalam Negeri, mengatur petunjuk teknis mengenai
+ Rp 10.000.000 + Rp 45.000.000 penyediaan, pencairan, dan pertanggungjawaban Iuran JKK dan JKM
= Rp 358.496.200 yang berasal dari APBD. (Pasal 33 ayat (2) PP No 70 Tahun 2015).
3. Badan Kepegawaian Negara, mengatur mengenai kriteria penetapan Kriteria Kecelakaan Kerja
tewas (Pasal 18 ayat (3) PP No 70 Tahun 2015). 1. Kecelakaan Kerja dalam menjalankan tugas jabatan danlatau tugas
4. PT. TASPEN (Persero) selaku Pengelola Program setelah berkoordinasi kedinasan lainnya di lingkungan kerja pada waktu dan tempat yang
dengan instansi terkait, mengatur mengenai tata cara pengajuan dibenarkan
permohonan pembayaran klaim manfaat dan pembayaran manfaat. 2. Kecelakaan Kerja dalam menjalankan tugas jabatan dan/atau tugas
(Pasal 34 ayat (3) PP No 70 Tahun 2015). kedinasan lainnya di luar lingkungan kerja
* kebiijakan teknis termaksud harus mampu menyelesaian permasalahan 3. Kecelakaan Kerja dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
yang timbul pada masa transisi dinas, sehingga kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang
terjadi dalam menjalankan tugas kewajibannya
KRITERIA KECELAKAAN KERJA DAN TEWAS DALAM PROGRAM JKK 4. Kecelakaan Kerja Karena Perbuatan Anasir Yang Tidak Bertanggung
(Perka BKN Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pedoman Kriteria Penetapan jawab atau Sebagai Akibat Tindakan Terhadap Anasir Itu dalam
Kecelakaan Kerja, Cacat, Dan Penyakit Akibat Kerja Serta Kriteria Menjalankan Tugas Kewajibannya.
Penetapan Tewas Bagi Pegawai ASN) 5. Kecelakaan Kerja dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja
atau sebaliknya
Tujuan:
6. Kecelakaan Kerja yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja
Sebagai pedoman bagi PPK atau Pejabat yang memiliki kewenangan dalam
menetapkan status tewas Aparatur Sipil Negara
Prosedur penetapan Kecelakaan Kerja, Cacat, dan Penyakit Akibat Kerja
Cakupan Perka BKN:
1. Kewenangan Penetapan Tewas
2. Kriteria tewas
3. Persyaratan administratif
4. Prosedur Penetapan Tewas.

Kewenangan Penetapan Tewas (Psl 18 PP 70 Th 2015)

Berdasarkan
Kewenangan Pejabat
kriteria yang
Penetapan Pembina
ditetapkan
'Tewas' Kepegawaian
oleh BKN

Catatan :
Perlu pengaturan /penegasan masa transisi
(Mis, berkas pengajuan yang sudah terlanjur masuk
atau yang tewas sebelum 1 Juli 2015, penetapannya
oleh BKN
Kriteria Tewas 2. MENINGGAL DUNIA DALAM KEADAAN LAIN YANG ADA
“Tewas” adalah : HUBUNGANNYA DENGAN DINASNYA SEHINGGA KEMATIANNYA ITU
(Berdasarkan Pasal 18 ayat (1) PP No. 70 Tahun 2015) DISAMAKAN DENGAN MENINGGAL DUNIA DALAM MENJALANKAN
1. Meninggal dunia dalam menjalankan tugas kewajibannya KEWAJIBANYA.
2. Meninggal dunia dalam keadaan yang ada hubungannya dengan dinas, Kriteria:
sehingga kematiannya itu disamakan dengan meninggal dunia dalam Meninggal dunia langsung atau tidak langsung akibat dari kecelakaan
menjalankan tugas kewajibannya pada perjalanan berangkat atau pulang menuju tempat tugas;
3. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggungjawab atau sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu 3. MENINGGAL DUNIA KARENA PERBUATAN ANASIR-ANASIR YANG TIDAK
dalam menjalankan tugas kewajibannya. BERTANGGUNG JAWAB ATAUPUN SEBAGAI AKIBAT DARI TINDAKAN
TERHADAP ANASIR-ANASIR ITU.
1. MENINGGAL DUNIA DALAM MENJALANKAN TUGAS KEWAJIBANNYA. Kriteria:
Kriteria: a. Meninggal dunia langsung atau tidak langsung karena perbuatan
a. Meninggal dunia langsung atau tidak langsung dalam anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai
menjalankan tugas jabatan dan/atau tugas kedinasan lainnya di akibat dari tindakan terhadap anasir-anasir itu, seperti:
lingkungan kerja, dengan ketentuan :  akibat penculikan; atau
1) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan  akibat penganiayaan
kewenangan yang diberikan dan/atau melaksanakan b. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka
tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan secara tertulis maupun cacad rohani atau jasmani yang didapat dalam
oleh pimpinan; dan menjalankan tugas kewajibannya atau dalam keadaan lain :
2) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan  Yang didapat akibat pekerjaan (resiko jabatan/pekerjaan),
perundangan yang berlaku; seperti:
b. Meninggal dunia langsung atau tidak langsung dalam a. Keracunan secara mendadak akibat menghirup /
menjalankan tugas jabatan dan/atau tugas kedinasan lainnya di memakan / memegang sebagai akibat dari pekerjaan yang
luar kantor/lingkungan kerja, dengan ketentuan : dilakukan;
1) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan b. Penularan penyakit yang didapat akibat bersentuhan atau
kewenangan yang diberikan; berhubungan dengan orang sebagai akibat dari pekerjaan
2) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang yang dilakukan
diperintahkan secara tertulis oleh pimpinan; c. Penganiayaan atau penyerangan dari pihak yang langsung
3) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang- / tidak langsung berhubungan dengan tugas dan tanggung
undangan. jawabnya sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan.
Prosedur Penetapan Tewas

Persyaratan Administrasi Penetapan Tewas


1. Surat Pengantar dari unit kerja
2. Berita Acara dari pejabat yang berwajib tentang kejadian yang
mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia.
3. Visum et Repertum dari dokter.
4. Salinan/ foto copy sah surat perintah penugasan , atau surat
keterangan yang menerangkan bahwa CPNS/PNS tersebut meninggal
dunia dalam rangka menjalan tugas kedinasan.
5. Laporan Tertulis dari pimpinan unit kerja serendah-rendahnya eselon
III kepada PPK yang bersangkutan tentang kronologis kejadian mulai
dari tugas dan kegiatan yang dilaksanakan PNS/CPNS yang
bersangkuta sampai ia mengalami musibah/kecelakaan.
6. Foto copy sah (ligalisir) SK CPNS
7. Foto copy sah (ligalisir) SK PNS
8. Foto copy sah (ligalisir) SK kenaikan pangkat terakhir

Anda mungkin juga menyukai