Anda di halaman 1dari 7

APRESIASI PROSA PENERAPAN TEORI HEGEMONI

PADA CERPEN BOKO


Karya Putu Wijaya

Disusun oleh :

Shaila Rahma Anggraini


17020074098
Mata Kuliah :

Apresiasi Prosa

Dosen :

Dr. Ririe Rengganis, M.Hum.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


Abstrak

Cerita pendek atau yang biasa disebut cerpen adalah sebuah karangan berbentuk
prosa fiksi yang habis dibaca sekali duduk. Karya sastra cerpen bisa dianalisis
dengan berbagai pendekatan dalam karya sastra. Dalam cerpen “BOKO” karya
Putu Wijaya tersebut akan dianalisis berdasarkan teori Hegemoni dengan
pendekatan pragmatik. Yang mana pengertian hegemoni merupakan kesetaraan
hak derajat untuk perempuan yang melakukan perlawanan demi menyetarakan
haknya dengan laki-laki. Menurut Teori Gramsci Hegemoni terbentuk dari 6
konsep utama yaitu kebudayaan, Ideologi, Kepercayaan populer, Kaum
intelektual, Negara, dan Hegemoni. Keenam unsur ini berpengaruh besar
terhadap terbentuknya suatu hegemoni.

Kata kunci: Hegemoni

Pendahuluan

Eksistensi sastra juga tidak hanya dipandang sebagai lembaga sosial yang
relatif otonom, namun mempunyai kemungkinan relatif formatif terhadap
masyarakat (Faruk, 2010:130). Gramsci menyebutnya dengan Hegemoni,
Hegemoni menurut Gramsci adalah kepemimpinan moral dan intelektual (Faruk,
2010:141). Termasuk didalam hegemoni adalah kemampuan mengatur dan
menguasai kelompok – kelompok lawannya.
Menurut Faruk (1999:65), setidaknya ada enam konsep kunci dalam
pemikiran Gramsci, yaitu kebudayaan, hegemoni, ideology, kepercayaan popular,
kaum intelektual dan Negara. Ke enam kata kunci ini menunjukkan bahwa yang
menjadi pemikiran inti Gramsci dalam menentukan kepemimpinan adalah moral
dan intelektual. Hal ini berbeda dengan yang terdapat dalam bentuk-bentuk
analisis Marxis yang lebih ortodoks dan mengindikasikan berbagai macam cara
yang di dalamnya kepemimpinan sudah di bangun secara historis. (Faruk,
1999:63).
Gramsci menyadari bahwa kebudayaan merupakan kekuatan material yang
mempunyai dampak praktis dan “berbahaya” bagi masyarakat (Faruk, 1999:65).
Oleh karena itu kebudayaan bukan sekedar pengetahuan tanpa makna tetapi
kebudayaan dapat berarti kekuatan politik. Gramsci menganggap kebudayaan
sebagai organisasi, disiplin diri batiniah seseorang merupakan suatu pencapaian
suatu kesadaran yang lebih tinggi, yang dengan sokongan seseorang berhasil
dalam memahami nilai historis diri dan fungsinya di dalm kehidupan, hak-hak dan
kewajibannya (Faruk, 1999:66)
Dalam makalah ini akan disampaikan penerapan teori hegemoni Gramsci
dalam sebuah cerpen karya Putu Wijaya berjudul Boko, dalam cerpen ini
menyangkut beberapa 6 unsur hegemoni sesuai dengan teori Gramsci. Hegemoni
yang terjadi secara tersirat menggambarkan keadaan individu yang telah
dipengaruhi oleh aparat-aparat negara dengan pihak-pihak yang lain seperti yang
sering terjadi di indonesia saat ini.

Sinopsis

Boko adalah seorang mantan Bromocorah 20 tahun yang lalu. Dia telah
diinsyafkan oleh rumah pemasyarakatan. Ketika keluar dari penjara, ia banting
setir total. Tidak lagi memeras, merampok atau membunuh, tetapi menjadi tukang
ketoprak. Awal dari perubahan hidupnya memang tidaklah mudah. Tiga bulan
sudah dia menjual ketoprak tapi jarang ada orang yang membeli. Masyarakat
belum bisa menerima Boko yang baik, mereka menilai bahwa boko adalah
seorang bromocorah yang sadis. Meskipun sekarang Boko tidak berbuat jahat lagi
tapi dia berjualan ketoprak menggunakan pisau untuk memotong bahan-bahan
dari ketoprak.
Istri Boko adalah sosok yang memotivasi Boko untuk bersabar
menghadapi kehidupannya yang sekarang. Istri Boko merasa iba melihat
kelakukan Boko yang berusaha mengubah dirinya untuk kembali ditempatkan di
masyarakat. Boko tetap menjalani kehidupannya yang sekarang dengan sabar.
Pada suatu ketika ada seseorang yang menghampiri Boko. Pria itu bertanya
kenapa gerobak ketoprak boko tidak ada isinya tetapi dia masih berjualan. Boko
hanya diam dan menjawab seadanya bahwa ketopraknya telah habis. Ternyata pria
itu adalah teman Boko semasa menjadi penjahat dulu. Dia memberitahu bahwa
bosnya akan membayar 1M jika dia berhasil membunuh seseorang yang telah
menjadi incaran bosnya tersebut. Boko hanya diam melihat seamplop uang dan
foto seseorang yang akan dibunuh. Kemudian dia mengembalikan amplop itu dan
berkata bahwa dia bukanlah Boko.

Pembahasan

 Ideologi

“Sabar, Pak.” Paragraf 7 (Putu Wijaya 2018: 24)

“Legawa saja, Pak” Paragraf 9 (Putu Wijaya 2018: 24)

Dalam kutipan di atas menjelaskan tentang tokoh Istri Boko yang


mengingatkan kepada suaminya agar tetap sabar menerima konsekuensi yang
diberikan untuk Boko yang dulunya penjahat dan sekarang berubah menjadi
seorang yang baik dan berjualan ketoprak. Suami Boko pun menyetujui nasihat
yang diberikan oleh istrinya karena dia menganggap bahwa apa yang
dilakukannya sekarang merupakan perbuatan yang baik yang dilakukan

“Memang harus begitu. Kebebasan tidak langsung memberikan


pembebasan. Inilah waktunya aku belajar, apakah aku mengerti pada
kebebasan yang kembali diberikan kepadaku ini setelah 20 tahun di dalam
bui” Paragraf 10 (Putu Wijaya 2018: 24)

Kutipan di atas menjadi bukti pendukung bahwa tokoh Suami Boko


menyetujui nasihat yang diberikan oleh istrinya tanpa melakukan perlawanan dan
paksaan. Boko menyadari bahwa itu adalah timbal balik dari perbuatannya semasa
dahulu
 Kaum Intelektual dan Negara

“Boko, mantan bromocorah diinsyafkan oleh rumah pemasyarakatan.


Ketika keluar dari penjara, ia banting setir total. Tidak lagi memeras,
merampok atau membunuh, tetapi menjadi tukang ketoprak” Paragraf 1
(Putu Wijaya 2018: 24)

“Tapi itu berarti tanganku yang sudah dicuci selama 20 tahun ini akan
kotor lagi. Setelah itu, beberapa tahun lagi, aku akan masuk penjara lagi.
Dan kalau itu terjadi tidak akan ada harapan keluar. Jadi, biarkan aku
terima nasib ini. Ini percobaan” Paragraf 10 (Putu Wijaya 2018: 24)

Dalam kutipan di atas menjelaskan tentang tokoh Boko yang bisa merubah
sikapnya karena telah mengalami beberapa pengalaman dalam hidupya 20 tahun
belakang. Adanya hegemoni Gramsci tanpa paksaan yang telah dibuktikan dengan
kutipan di atas. Hegemoni Gramsci sesuai kutipan diatas mengandung unsur
kaum intelektual dan negara. Peran kaum intelektual disini adalah beberapa aparat
yang telah melatih kepribadian buruk tokoh Boko menjadi baik. Sedangkan
negara adalah tempat berlangsungnya praktik perubahan kepribadian tersebut. Hal
ini menunjukkan keseimbangan antara dua unsur tersebut untuk mempengaruhi
kepribadian Boko.

“Aku takut kalau sudah bosan aku akan jadi iseng. Waktu iseng itulah
pikiran waras bisa hilang. Aku tak mau lagi menjadi bromocorah”
Paragraf 25 (Putu Wijaya 2018: 24)

Kutipan di atas menjadi bukti pendukung bahwa tokoh Boko tidak mau
untuk menjadi penjahat lagi tanpa adanya unsur paksaan. Perubahan dirinya
terjadi karena kehendaknya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa unsur kaum
intelektual dan negara berpengaruh terhadap kebiasaan Boko sekarang.
Kesimpulan

Jadi dalam analisis cerpen berjudul Boko karya Putu Wijaya dengan
pendekatan pragmatik ini mengandung tiga unsur yang membentuk hegemoni itu
terjadi. Yang pertama yaitu ideologi. Tokoh istri Boko menghegemoni tokoh
Suami Boko agar selalu bersabar dalam perubahan hidupnya yang sekarang. Yang
mana riwayat masa lalu tokoh Boko kelam, sekarang berusaha untuk diterima di
masyarakat memang tidaklah mudah. Tokoh Suami Boko pun terhegemoni oleh
Tokoh Istri. Yang mana dia menerima keadaannya yang sekarang. Dia tidak ingin
mencadi bromocorah dan masuk penjara lagi. Dia ingin merubah dirinya dengan
berjualan ketoprak keliling. Halini menunjukkan bahwa tokoh suami terhegemoni
oleh tokoh istri tanpa adanya paksaan. Selain unsur ideologi, dalam analisis
cerpen ini mengandung unsur kaum intelektual dan negara. Kaum intelektual
disini berperan sebagai aparat-aparat yang telah merubah Tokoh Boko menjadi
lebih baik lagi yang dibuktikan selama 20 tahun pengalam Boko dipenjara karena
perbuatannya di masa lalu. Sedangkan negara adalah tempat berlangsungnya
praktik perubahan kepribadian Tokoh Boko. Hal ini menunjukkan keseimbangan
antara tiga unsur tersebut untuk mempengaruhi dan menghemoni kepribadian
tokoh Boko.
Daftar Pustaka

Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wjaya,Putu. 2018. Boko. Jakarta : Kompas

Anda mungkin juga menyukai