Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Energi Dan Daya Listrik

Energi dan Daya Listrik merupakan dua istilah yang berbeda. Namun keduanya memiliki
kaitan satu sama lain. Menurut teorinya, energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan
listrik (statis) sehingga mengakibatkan gerakan muatan listrik (dinamis). Sedangkan Daya listrik
termasuk energi juga, namun didefinisikan sebagai energi listrik yang digunakan dalam satu satuan
waktu.

 Energi Listrik

Energi didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda/alat untuk melakukan kerja atau usaha.
Sedangkan energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan listrik (statis) sehingga
mengakibatkan gerakan muatan listrik (dinamis). Dalam teorinya dicontohkan yaitu beda potensial
(tegangan) menimbulkan (membutuhkan) energi untuk menggerakkan muatan elektron dari titik
potensial rendah menuju titik potensial tinggi.

Apabila dalam sebuah rangkaian diberi potensial V sehingga menyebabkan aliran muatan listrik Q
dan arus sebesar I, maka energi listrik yang diperlukan adalah :

dengan

maka rumus energi listrik dapat pula ditulis :

dimana :

W= Energi listrik dengan satuan Joule (J)

Q= Muatan listrik dengan satuan Coulomb (C)

V= Muatan listrik dengan satuan Coulomb (C)

I= Kuat arus dengan satuan Ampere (A)

T= waktu dengan satuan Second (s)

 Daya Listrik

Daya listrik dapat didefinisikan sebagai energi listrik yang digunakan dalam satu satuan waktu.
Daya listrik dinotasikan dengan huruf kapital P. Maka persamaan rumus daya listrik dapat dituliskan
sebagai berikut :

maka rumus daya listrik dapat pula dituliskan


dimana :

P = Daya listrik dengan satuan Watt (W)

V = Beda potensial dengan satuan volt (V)

I = Kuat arus dengan satuan Ampere (A)

t = Waktu dengan satuan Second (s)

Daya listrik merupakan bagian yang menggambarkan besarnya arus, hambatan, dan tegangan
listrik dalam satu satuan waktu. Satuan untuk Daya listrik adalah Joule/secon atau Watt.

 Pengertian AC Dan DC

AC adalah kependekan dari Alternating Current yang artinya arus bolak-balik sedangkan DC
adalah kependekan dari Direct Current yang artinya arus searah. Kedua istilah itu perlu diketahui dan
dipahami sebelum lebih jauh memperdalam pengetahuan di bidang elektronika dan listrik. AC dan
DC adalah jenis tegangan atau arus listrik dengan karakteristik, sifat, dan bentuk gelombang yang
berbeda, namun satuan dan besaran-besarannya sama yaitu: Volt (V) untuk satuan tegangan, Ampere
(A) untuk satuan arus, dan Watt (W) untuk satuan daya. Jika suatu alat menggunakan sumber
tegangan AC, maka arus yang mengalir pada perangkat tersebut adalah arus AC, demikian juga jika
suatu alat menggunakan sumber listrik DC, maka arus yang mengalir adalah arus DC. Untuk melihat
perbedaan bentuk gelombang antara tegangan AC dan DC dapat digunakan alat ukur Oscilloscope.

Oscilloscope yang dilengkapi dengan tabung sinar katoda berfungsi untuk memproyeksikan sinyal
listrik ke layar tabung katoda menjadi bentuk gelombang yang dapat dilihat, diamati, dan dipelajari.
Seiring kemajuan teknologi, kini Oscilloscope sudah dalam bentuk perangkat digital dengan fitur
yang lebih lengkap dan lebih sempurna. Dengan bantuan oscilloscope, hal-hal berikut ini dapat kita
lakukan:

1. Melihat dan mengamati bentuk gelombang listrik


2. Mengukur tegangan peak to peak (puncak ke puncak)
3. Dapat melihat suatu distorsi gelombang listrik
4. Dapat melihat lebar fulsa, periode, dan waktu dari dua sinyal
5. Mengukur frekwensi gelombang listrik

Tegangan dan Arus DC (Searah)

Tegangan DC memiliki polaritas yang tetap yakni positif (+), nol (0), dan negatif (-
). Tegangan DC tidak memiliki phase dan arus yang mengalir pun selalu dari polaritas yang lebih
tinggi ke polaritas yang lebih rendah yakni dari positif ke negatif, dari positif ke nol, atau dari nol ke
negatif karena polaritas nol lebih tinggi dari polaritas negatif. Dalam prakteknya, polaritas negatif
umunya menggunakan warna kabel merah sedangkan negatif menggunakan kabel berwarna hitam.

Contoh Sumber Tegangan DC (Searah):


1. Battery (Accu/Accumulator/Aki) cair yang mengandung asam H2So4
2. Battery Kering
3. Solar Cell
4. Power Supply atau Adaptor

Contoh peralatan yang menggunakan sumber tegangan DC (Searah):

1. Kamera Digital
2. Telpon Seluler
3. Handycam
4. MP3/ MP4 Player
5. Lampu Senter
6. Lampu Emergency
7. Kalkulator
8. Remote Control
9. Mainan Anak
10. Pointer (untuk presentasi)

Tegangan dan Arus AC (Bolak-balik)

Berbeda dengan tegangan DC, tegangan AC memiliki dua polaritas yang berubah-ubah dari
polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah dalam satuan waktu. Dengan demikian
tegangan AC memiliki phase dan frekuensi misalnya 60 Hz (60 cycle per detik) dan 50 Hz (50 Cycle
per detik). Polaritas tersebut diukur dari titik Netral (N) atau Ground (GND).

Berdasarkan penggunaan jumlah phase-nya tegangan AC terdiri dari satu phase yaitu Phase, Neutral,
dan Ground, kedua adalah tegangan AC tiga phase yang terdiri dari Phase R, Phase S, Phase T,
Neutral, dan Ground. Dalam perkabelan listrik, polaritas tegangan AC dibedakan dengan warna kabel.
Biru utuk Phase, Hitam untuk Netral, dan Kuning atau Kuning Hijau untuk Ground.

Contoh Sumber Tegangan AC

1. PLN dengan bermacam pembangkit listrik misalnya PLTA dan PLTU. Besarnya tegangan
AC dari PLN di Indonesia adalah sekitar 220Volt – 240 Volt dengan frekuensi 60 Hz.
2. Output Transformator Step Down pada rangkaian power supply
3. Output dari motor generator.

Contoh peralatan yang menggunakan sumber tegangan AC:

1. Motor Listrik yang digunakan di industri-industri untuk menggerakan mesin


2. Motor Listrik pada Mesin Cuci
3. Televisi
4. Kulkas (Lemari Pendingin)
5. Pompa Air
6. Bor Listrik
7. UPS (Uninterupable Power Supply)
Dalam listrik bolak-balik terdapat tiga jenis daya yaitu :

1. Daya Aktif (P)

Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya aktif adalah W (Watt)
dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik Wattmeter.

Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak mengandung induktor grafik
gelombangtegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya sebagai perkalian tegangan dan arus
menghasilkan dua gelombang yang keduanya bernilai positif. besarnya daya aktif adalah P. Sisa
puncak dibagi menjadi dua untuk mengisi celah-celah kosong sehingga kedua rongga terisi oleh dua
puncak yang mengisinya.

Gambar gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi


Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

Keterangan :
P = Daya Aktif (W)
P m = Daya maksimum (W)
Im = Arus listrik maksimum (A)
Vm = Tegangan maksimum (V)
V = Tegangan listrik (V)
I = Arus listrik (A)

Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian disebabkan oleh beban
yang bersifat resistansi (R) dan induktansi (L). Maka gelombang mendahului gelombang arus sebesar
φ. Perkalian gelombang tegangan dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar
dan dua puncak negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung seberapa besar nilai dari
komponen induktor nya.
Gambar gelombang daya aktif dengan beban impedansi
(Gelombang tegangan mendahului arus sebesar φ = 60 o )
Persamaan daya aktif (P) pada beban yang bersifat impedansi :

Kerangan :
P = Daya aktif (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
cos φ = Faktor daya

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet atau daya yang
ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah VAR (Volt.Amper Reaktif).
Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang
memiliki beban bersifat induktif. Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang mengunakan
motor banyak menggunakan beban berupa motor-motor listrik.
Persamaan daya reaktif :

Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
sin φ = Faktor reaktif

3. Daya Semu (S)

Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik. Daya nyata
merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya nyata
adalah VA (Volt.Ampere).
Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R), contoh : lampu pijar, setrika
listrik, kompor listrik dan lain sebagainya. Peralatan listrik atau beban pada rangkaian listrik yang
bersifatresistansi tidak dapat dihemat karena tegangan dan arus listrik se fasa perbedaan sudut fasa
adalah 0 o dan memiliki nilai faktor daya adalah 1. Berikut ini persamaan daya semu :
Keterangan :
S = Daya semu (VA), V= Tegangan (A), I=Arus Listrik (A)

Selain daya arus bolak balik juga memiliki beban yaitu:

Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Beban resistif (R)
2. Beban induktif (L)
3. Beban kapasitif (C)

1. Beban Resistif (R)


Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance),
seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya mengkonsumsi
beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan
daya sebagai berikut :

Dengan :

P = daya aktif yang diserap beban (watt)


V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

Gambar 1 Rangkaian Resistif Gelombang AC

Gambar 2 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif

2. Beban Induktif (L)


Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada suatu
inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase
shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Arus lagging yang biasa disebut dengan PF lagging (Power
Factor) ini adalah sudut fase arus relatif terhadap tegangan yaitu arus tertinggal dari tegangan. Hal ini
disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus
bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :

𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 cos 𝜑
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)

V = tegangan yang mencatu beban (volt)


I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan

Gambar 3 Rangkaian Induktif Gelombang AC

Gambar 4 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif

Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL ), dapat digunakan rumus :

Dengan :

XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan
untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit.
Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Arus leading yang biasa disebut
dengan PF leading (Power Factor) ini adalah sudut fase arus relatif terhadap tegangan yaitu arus
mendahului dari tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :

𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 cos 𝜑
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)

V= tegangan yang mencatu beban (volt)


I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan

Gambar 5 Rangkaian Kapasitif Gelombang AC

Gambar 6 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif

Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus :

Dengan:

XL = reaktansi kapasitif, f = Frekuensi, C = Kapasitansi (Farad)


 Pengertian Listrik 1 Fasa Dan 3 Fasa

Listrik 1 Fasa

Listrik 1 fasa adalah instalasi listrik yang menggunakan dua kawat pengantar yaitu 1 kawat
fasa dan 1 kawat 0 (netral). Pengertian sederhananya adalah listrik 1 fasa terdiri dari dua kabel yaitu 1
kabel bertegangan dan 1 netral. Umumnya listrik satu fasa bertegangan 220 volt yang digunakan
banyak orang. Biasanya listrik 1 fasa digunakan untuk listrik perumahan, namun listrik PLN di
jalanan itu memiliki 3 fasa , tetapi yang masuk ke perumahan hanya 1 fasa saja karena di dalam
perumahan tidak memerlukan daya besar.

Listrik 3 Fasa

Listrik 3 fasa adalah instalasi listrik yang menggunakan tiga kawat phasa dan satu kawat 0
(netral) atau kawat ground. Menurut istilah Listrik 3 fasa terdiri dari 3 kabel bertegangan listrik dan 1
kabel Netral. Umumnya listrik 3 fasa bertegangan 380 V yang banyak digunakan Industri atau pabrik.

Listrik 3 fasa adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3 penghantar yang
mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase sebesar 120 degree.

Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar, yaitu :

1. Hubungan bintang (“Y” atau star).


2. Hubungan delta.

Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3 fasa ini, yaitu:

1. Tegangan antar phase (Vpp : voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan istilah
Voltage line to line)
2. Tegangan phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to netral).
Tugas
Teknologi Energi Listrik

Di susun oleh:

Komang Deliana Putra

13.11.133 (C)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

MALANG

20016

Anda mungkin juga menyukai