Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Transformator Daya

1. Pengertian

Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian


magnetik dan belitan yang terdiri dari 2 atau lebih belitan,
secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya
(arus dan tegangan) sistem AC ke sistem arus dan tegangan
lain pada frekuensi yang sama (IEC 60076 -1 tahun 2011).
Trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum
hukum ampere dan induksi faraday, dimana perubahan
arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan
magnet dan perubahan medan magnet / fluks medan
magnet dapat membangkitkan tegangan induksi. Prinsip
Hukum Elektro Magnetic dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Prinsip hukum elektromagnetik

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Arus AC yang mengalir pada belitan primer


membangkitkan flux magnet yang mengalir melalui inti

5
6

besi yang terdapat diantara dua belitan, flux magnet


tersebut menginduksi belitan sekunder sehingga pada
ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial /
tegangan induksi . Bentuk Elektro Magnetic pada trafo
dapat dilihat pada gambar Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Elektromagnetik pada trafo

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

2. Bagian – Bagian Trafo dan Fungsinya

a. Electromagnetic Circuit (Inti besi)

Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux


yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada kumparan
yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi
kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan
– lempengan besi tipis berisolasi dengan maksud untuk
mengurangi eddy current yang merupakan arus sirkulasi
pada inti besi hasil induksi medan magnet, dimana arus
tersebut akan mengakibatkan rugi - rugi (losses). Bentuk
dari Inti Besi dapat dilihat pada gambar Gambar 2.3.
7

Gambar 2.3 Inti besi

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

b. Current Carrying Circuit (Winding)

Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang


mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak balik
mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan
terinduksi dan menimbulkan flux magnetik. Bentuk belitan
transformator dapat dilihat pada gambar Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Belitan trafo

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

c. Bushing
8

Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan


dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body
main tank trafo. Bentuk Bushing dapat dilihat pada gambar
Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bushing

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat


bagian utama yaitu:

1. Isolasi
2. Konduktor
3. Klem koneksi
4. Asesosris

d. Pendingin

Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan


dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi pada
9

trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang


tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo.
Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.

Minyak isolasi trafo selain merupakan media isolasi juga


berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi,
panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak
sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip –
sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu
oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan
efisiensi pendinginan. Bentuk Radiator dapat dilihat pada
Gambar 2.6 .

Gambar 2.6 Radiator

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

e. Oil Preservation & Expansion (Konservator)

Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada trafo,


minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya
bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu
operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak
akan turun. Konservator digunakan untuk menampung
minyak pada saat trafo mengalami kenaikan suhu. Bentuk
Konservator dapat dilihat pada Gambar 2.7 .
10

Gambar 2.7 Konservator

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Seiring dengan naik turunnya volume minyak di


konservator akibat pemuaian dan penyusutan minyak,
volume udara di dalam konservator pun akan bertambah dan
berkurang. Penambahan atau pembuangan udara di dalam
konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar
minyak isolasi trafo tidak terkontaminasi oleh kelembaban
dan oksigen dari luar (untuk tipe konservator tanpa rubber
bag), maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan
difilter melalui silicagel sehingga kandungan uap air dapat
diminimalkan. Bentuk dari Silica Gel dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
11

Gambar 2.8 Silica gel

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan


langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator
dirancang dengan menggunakan breather bag/ rubber bag,
yaitu sejenis balon karet yang dipasang di dalam tangki
konservator. Bentuk konstruksi Konservator dapat dilihat
pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Konstruksi konservator dengan rubber


bag

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Silicagel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk


menyerap kandungan uap air sehingga pada periode
tertentu silicagel tersebut harus dipanaskan bahkan perlu
dilakukan penggantian. Dehydrating Breather merupakan
12

teknologi yang berfungsi untuk mempermudah


pemeliharaan silicagel, dimana terdapat pemanasan
otomatis ketika silicagel mencapai kejenuhan tertentu.
Bentuk Dehydrating Bretater dapat dilihat pada Gambar
2.10.

Gambar 2.10 Dehydrating Breater

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

f. Dielectric (Minyak Isolasi Trafo& Isolasi Kertas)


1. Minyak Isolasi trafo

Minyak isolasi pada trafo berfungsi sebagai


media isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari
oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan minyak
mineral yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara
ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh
dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik
maupun kimia yang berbeda. Bentuk dari Minyak
Transofrmator dapat dilihat pada Gambar 2.11.
13

Gambar 2.11 Minyak Isolasi Trafo

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

2. Kertas isolasi trafo

Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi


jarak, dan memiliki kemampuan mekanis. Bentuk
dari tembaga yang dilapisi Isolasi Kertas dapat
dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Tembaga yang dilapisi kertas isolasi

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

g. Tap Changer

Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan


salah satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Trafo
14

dituntut memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan


besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan
mengubah banyaknya belitan sehingga dapat merubah ratio
antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian
tegangan output/ sekunder pun dapat disesuaikan dengan
kebutuhan sistem berapapun tegangan input/ primernya.
Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer.

Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada


saat trafo sedang berbeban (On load tap changer) atau saat
trafo tidak berbeban (Off Circuit tap changer/ De Energize
Tap Charger).

h. Proteksi trafo

1. Rele Bucholz

Pada saat trafo mengalami gangguan internal yang


berdampak kepada suhu yang sangat tinggi dan
pergerakan mekanis di dalam trafo, maka akan timbul
tekanan aliran minyak yang besar dan pembentukan
gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau
gelembung gas tersebut akan naik ke konservator
melalui pipa penghubung dan rele bucholz. Tekanan
minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh
rele bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan
internal. Bentuk dari Rele Bucholz dapat dilihat pada
Gambar 2.13.
15

Gambar 2.13 Rele bucholz

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

2. Rele Jansen

Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan


tekanan minyak dan gas yang terbentuk sebagai indikasi
adanya ketidaknormalan/ gangguan, hanya saja rele ini
digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele
ini juga dipasang pada pipa saluran yang menghubungkan
kompartemen OLTC dengan konservator. Bentuk dari Rele
Jansen dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Rele Jansen

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

3. Sudden Pressure

Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik


terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat
gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka
tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak
16

akan merusak bagian lainnya pada maintank. Bentuk dari


Rele Pressure dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Rele Sudden Pressure

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

4. Rele Thermal

Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan


dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi
pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu
operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya
isolasi kertas pada trafo. Bentuk dari Rele Thermal
dapat dilihat pada Gambar 2.16 .

Gambar 2.16 rele thermal

(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)


17

3. Minyak Transformator

Bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi terdiri dari


bahan isolasi padat, gas, dan cair, dimana bahan-bahan isolasi
ini memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kekuatan dielektrik udara. Minyak
isolasi merupakan salah satu bahan dielektrik yang
mempunyai peranan penting dalam sistem kelistrikan bidang
peralatan tegangan tinggi khususnya sebagai bahan isolasi.
Bentuk dari Minyak Transformator dapat dilihat pada
Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Minyak Transformator


(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

Minyak isolator yang digunakan dalam taranformator


daya mempunyai beberapa tugas utama, yaitu:

 Media isolator
 Media pendingin
 Media/alat untuk memadamkan busur api
 Perlindungan terhadap korosi dan oksidasi
18

Isolasi minyak terdiri dari beberapa jenis, baik dari


segi pembuatannya maupun jenis bahannya. Isolasi minyak
yang sering digunakan adalah:

a) Minyak Mineral

Minyak mineral adalah minyak yang berbahan


dasar dari pengolahan minyak bumi yaitu antara fraksi
minyak diesel dan turbin yang mempunyai struktur
kimia yang sangat kompleks. Isolasi minyak hasil
distilasi ini masih harus dimodifikasi agar tahanan
isolasinya tinggi, stabilitas panasnya baik, serta
memenuhi syarat-syarat teknis lainnya. Selain pada
transformator daya isolasi minyak bahan mineral ini
banyak digunakan pada pemutus tenaga (CB), dan
kapasitor, dimana selain selain berfungsi sebagai
bahan dielektrik dan sebagai pendingin (penyerap
panas).

b) Minyak Sintesis

Minyak jenis ini mempunyai sifat lebih


menguntungkan antara lain tidak mudah terbakar dan
tidak mudah teroksidasi. Namun beracun dan dapat
melukai kulit.

Penggunaan minyak isolasi mineral masih


mengalami keterbatasan, karena sifatnya yang mudah
beroksidasi dengan udara, mengalami pemburukan
yang cepat dan sifat kimia dapat berubah akibat
kenaikan temperatur yang terjadi akibat

pemadaman busur api atau saat peralatan beroperasi.


19

Minyak sintesis adalah isolasi minyak yang


diolah dengan proses kimia yang tepat untuk
mendapatkan karakteristik yang bila dibandingkan
dengan isolasi minyak bahan mineral.

Sifat isolasi minyak sintesis bila dibandingkan


dengan isolasi minyak bahan mineral adalah:

1) Kekuatan dielektriknya di atas 40 kV.


2) Harganya lebih murah.
3) Berat jenisnya 1,56 dan jika bercampur dengan air,
minyak isolasi sintesis berada dibawah
permukaan air sehingga mempermudah dalam
proses pemisahan dan pemurnian kadar air dalam
minyak.
4) Untuk kondisi pemakaian yang sama dengan
minyak mineral, uap lembab akan menyebabkan
oksidasi yang lebih pada isolasi minyak sintesis
dan penurunan dielektrik yang lebih cepat
dibandingkan dengan isolasi minyak isolasi
mineral tetapi karena umurnya panjang dan sifat
pendinginnya lebih baik maka pada beberapa
pemakaian isolasi minyak sintesis banyak
digunakan.

Berikut adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh


minyak transformator agar dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, antara lain:

 Kekuatan isolasi tinggi


 Massa jenis (density) yang rendah
 Viskositas kinematik rendah
20

 Titik nyala (falsh Point) tinggi


 Titik ruang (pour point) serendah mungkin
 Angka kenetralan yang baik
 Stabilitas oksidasi tinggi
 Kandungan air yang rendah
 Tegangan tembus (breakdown voltage) tinggi
 Faktor kebocoran dielektrik (DDF) yang baik

Tahanan jenis (resistivity) tinggi

B. Pengujian Minyak Transformator


1. Pengujian BDV (Breakdown Voltage)

Pengujian BDV atau pengujian tegangan tembus


dilakukan untuk mengetahui kemampuan isolasi
minyak dalam menahan stres tegangan. Dengan kata
lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan
kontaminan seperti kadar air dan partikel. Rendahnya
nilai BDV dapat mengindikasikan keberadaan salah satu
kontaminan tersebut dan tingginya BDV belum tentu
juga mengindikasikan bebasnya minyak dari semua jenis
kontaminan.

Alat pengujian yang digunakan untuk


mengetahui BDV pada isolasi minyak transformator .
Kapasitas maksimal 80 kV, jenis elektroda mushroom dan
jarak sela elektroda 2.50 mm. Bentuk dari Alat Pengujian
BDV dapat dilihat pada Gambar 2.18.
21

Gambar 2.18 Alat Pengujian BDV


(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

a) Teori Kegagalan Isolasi Cair

Karakteristik pada isolasi cair akan berubah jika


terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan
mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain
adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas. Teori
kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat
jenis sebagai berikut:

1) Teori Kegagalan Zat Murni atau Elektronik


Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan
dalam gas, artinya proses kegagalan yang terjadi
dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi
dalam gas. Oleh karena itu supaya terjadi kegagalan
diperlukan elektron awal yang dimasukkan ke
dalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan
memulai proses kegagalan.
22

2) Teori Kegagalan Gelembung Gas


Kegagalan gelembung atau kavitasi
merupakan bentuk kegagalan yang disebabkan oleh
adanya gelembung-gelembung gas didalam isolasi
cair. Gelembung-gelembung udara yang ada dalam
cairan tersebut akan memanjang searah dengan
medan. Hal ini disebabkan karena gelembung-
gelembung tersebut berusaha membuat energi
potensialnya minimum. Gelembung gelembung
yang memanjang tersebut kemudian akan saling
sambung-menyambung dan membentuk jembatan
yang akhirnya akan mengawali proses kegagalan.

3) Teori Kegagalan Bola Cair


Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola
cair dari jenis cairan lain, maka dapat terjadi
kegagalan akibat ketidakstabilan bola cair tersebut
dalam medan listrik. Medan listrik akan
menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan di
dalam minyak yang memanjang searah medan dan
pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak
stabil. Setelah menjadi tidak stabil bola air akan
memanjang, dan bila panjangnya telah mencapai
dua pertiga celah elektroda maka saluran-saluran
lucutan akan timbul sehingga kemudian kegagalan
total akan terjadi.

4) Teori Kegagalan Tak Murnian Padat


Kegagalan tak murnian padat adalah jenis
kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran zat
padat (partikel) di dalam isolasi cair yang akan
memulai terjadi kegagalan.
23

b) Standar Pengujian BDV

Dalam menganalisa nilai tegangan tembus


(BDV) terhadap isolasi minyak transformator yang
digunakan adalah standar IEC 156.

Tabel 2.1 Standar IEC 156 Pengujian BDV Isolasi Minyak

Tegangan Jarak Gap( mm Nilai Minimum


Operasi
( kV )
( kV )

Un ≤ 36 2,5 30

36 ˂ Un ≤ 70 2,5 35

70 ˂ Un ≤ 170 2,5 40

Un ˃ 170 2,5 50

c) Diagram Alir Pengujian BDV

Berikut merupakan gambar diagram alir


pengujian Breakdown Voltage (BDV). Diagram alir dapat
dilihat pada Gambar 2.19.
24

Gambar 2.19 Diagram Alir Pengujian BDV

(Sumber : www.scribd.com , 2018)

2. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)

Trafo sebagai peralatan tegangan tinggi tidak


lepas dari kemungkinan mengalami kondisi abnormal,
dimana pemicunya dapat berasal dari internal maupun
external trafo. Ketidaknormalan ini akan menimbulkan
dampak terhadap kinerja trafo. Secara umum, dampak/
25

akibat ini dapat berupa overheat, corona dan arcing. Salah


satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya
ketidaknormalan pada trafo adalah dengan mengetahui
dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri.

Untuk mengetahui dampak ketidaknormalan


pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas
analysis). Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo,
minyak isolasi sebagai rantai hidrocarbon akan terurai
akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan
membentuk gas - gas hidrokarbon yang larut dalam
minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah
proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas
hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari
komposisi kadar / nilai gas - gas itulah dapat diprediksi
dampak – dampak ketidaknormalan apa yang ada di
dalam trafo, apakah overheat, arcing atau corona.

Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA


adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2
(Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2
(Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2
(Acetylene).

Alat yang digunakan pengujian DGA salah


satunya adalah TRANSPORT X. TRANSPORT X
menggunakan teknik photo-acoustic spectroscopy (PAS)
untuk melakukan analisis DGA dengan kualitas sangat
tinggi, memberikan pengukuran semua gas gangguan plus
moisture. Bentuk dari Alat Pengujian DGA dapat dilihat
pada Gambar 2.20.
26

Gambar 2.20 Alat DGA

(sumber : www.academia.edu ,2018 )

 Keuntungan pengujian DGA : Deteksi dini akan adanya


fenomena kegagalan yang ada pada transformator yang di
ujikan.

 Kelemahan pengujian DGA : Diperlukan tingkat


kemurnian yang tinggi dari sampel minyak yang di ujikan.

a) Gas Terlarut Pada Minyak Transformator

Minyak transformator merupakan sebuah


campuran kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon,
dalam bentuk linear atau siklis, yang mengandung
kelompok molekul CH3, CH2 dan CH yang terikat.
Pemecahan beberapa ikatan antara unsur C-H dan C-C
sebagai hasil dari kegagalan termal ataupun elektris akan
menghasilkan fragmen-fragmen ion seperti H*, CH3*,
CH2*, CH* atau C*, yang nantinya akan berekombinasi
dan menghasilkan molekul-molekul gas seperti hidrogen
(H-H), metana (CH3-H), etana (CH3-CH3), etilen
27

(CH2=CH2) ataupun asetilen (CH≡CH). Gas-gas ini


dikenal dengan istilah fault gas.

b) Jenis Kegagalan Pengujian DGA

Berbagai kasus kegagalan (fault) yang terjadi pada


transformator dan di deteksi melalui uji DGA, maka
kegagalan pada transformator dapat digolongkan menjadi
beberapa kelas, yaitu:

1) Partial Discharge (PD)


Pelepasan muatan (discharge) dari plasma
dingin (corona) pada gelembung gas ataupun tipe
percikan.
2) Discharge of Low Energy (D1)
PD tipe percikan/spark (menyebabkan
karbonisasi pada isolasi kertas dalam skala yang lebih
besar). Arcing pada energi rendah memacu perforasi
karbon pada permukaan isolasi kertas sehingga
muncul banyak partikel karbon pada minyak.
3) Discharge of High Energy (D2)
Discharge yang mengakibatkan kerusakan
karbonisasi yang meluas pada kertas minyak.
4) Thermal Fault, T < 300 ̊C (T1) dan Thermal Fault, 300 < T
< 700 ̊C (T 2)
Isolasi kertas berubah warna menjadi coklat
pada temperatur > 200 ̊C (T1) dan pada temperatur >
300 ̊C terjadi karbonisasi kertas munculnya formasi
partikel karbon pada minyak (T2).
5) Thermal Fault, T > 700 ̊C (T3)
28

Munculnya formasi partikel karbon pada minyak


secara meluas, pewarnaan pada metal (200 ̊C) ataupun
penggabungan metal (> 1000 ̊C).

c) Batasan dan Penyebab Gangguan


Batasan dan penyebab gangguan yang terjadi di
dalam transformator berdasarkan standar IEEE C57.104-
2008 adalah sebagai berikut:

Hydrogen < 100 : Terjadi karena ada corona/partial


(H2) discharge.

Oksigen = 0.2– : Selalu nampak.


(O2) 3.5%

Nitrogen = 1- 1 : Selalu nampak.


(N2) 0%

Carbon < 350 : Pernah atau sedang overheat


monoxide cukup lama.
(CO)

Carbon < 2.500 : Pernah atau sedang overheat


dioxide cukup lama.
(CO2)

Methane < 120 : Ada sparking.


(CH4)

Ethylene < 50 : Pernah atau sedang overheat


(C2H4) cukup lama.
29

Ethane < 65 : Ada lokal overheating.


(C2H6)

Acetylene = 1 : Pernah atau sedang ada


(C2H2) “burning” kebakaran isolasi.

Hydrogen < 100 : Terjadi karena ada corona/partial


(H2) discharge.

d) Langkah pengujian DGA

1) Pengambilan Sampel

Prosedur sampling yang dilakukan dengan


standar internasional IEC 567 untuk analisis gas terlarut.
Sampling isolasi minyak dengan benar penting untuk
memastikan bahwa sampel yang diperoleh akan
memberikan hasil yang akurat dari keseluruhan kondisi
minyak dalam alat. Metode yang direkomendasikan
disini untuk memastikan bahwa sampel sampling yang
didapat aman dan siap untuk di injeksi ke alat DGA
tanpa resiko kontaminasi, post atau sampling ulang.
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel
minyak DGA adalah Syringe ,adalah suntikan dengan
wadah berbahan kaca untuk pengambilan sampel
minyak DGA.

2) Metode Ekstraksi Gas


a. Gas Chromatograph

Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah


senyawa gabungan berdasarkan tingkat penguapannya
30

(volatility). Ilustrasi Gas chromatograph dapat dilihat


pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Metode Gas Chromatograph


(sumber : www.academia.edu ,2018 )

b. Photo Acoustic Spectroscopy

Dengan radiasi gelombang elektromagnetik


dalam menentukan konsentrasi gas terlarut. Ilustrasi
metode Photo Acoustic Spectroscopy dapat dilihat pada
Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Metode Photo Acoustic Spectroscopy


(sumber : www.academia.edu ,2018 )
31

3) Metode Interpretasi Data Pengujian DGA

Terdapat beberapa metode untuk melakukan


interpretasi data dan analisis seperti yang tercantum
pada IEEE std.C57 – 104.2008 yaitu:

a. Standar IEEE (TDCG)

Analisa jumlah total gas terlarut yang mudah


terbakar / TDGC (Total Dissolved Gas Analysis) akan
menunjukkan keadaan transformator. Batas konsentrasi
Gas Terlarut berdasarkan IEEE std.C57-104.2008 dapat
dilihat pada Gambar 2.23

Gambar 2.23 Batas konsentrasi Gas Terlarut


berdasarkan IEEE std.C57-104.2008
(sumber : www.academia.edu ,2018 )

Tabel 2.2 Kondisi Keterangan Transformator

TDCG pada kondisi ini


Kondisi 1 mengindikasikan bahwa operasi
transformator normal
32

TDCG pada kondisi ini


menandakan komposisi gas sudah
Kondisi 2 melebihi batas normal. Bila salah
satu gas sudah melebihi batas level,
harus diinvestigasi secara cepat.
TDCG pada level ini
mengindikasikan pemburukan
tingkat tinggi. Bila salah satu gas
Kondisi 3 melebihi batas level, harus
diivestigasi dengan cepat. Lakukan
tindakan untuk mendapatkan trend
gangguan.
TDCG pada level ini
mengindiksikan pemburukan yang
Kondisi 4 sangat tinggi. Melanjutkan operasi
transformator akan mengarah pada
kerusakan transformator.

b. Metode Key Gas

Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 –


104.2008 sebagai gas-gas yang tebentuk pada
transformator pendingin minyak yang secara kualitatif
dapat digunakan untuk menentukan jenis kegagalan
yang terjadi, berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih
dominan terbentuk pada berbagai temperatur. Metode
Key Gas berdasarkan IEEE std.C57-104.2008 dapat dilihat
pada Gambar 2.24.
33

Gambar 2.24 Metode Key Gas berdasarkan IEEE


std.C57-104.2008
(sumber : www.academia.edu ,2018 )
34

c. Metode Roger’s Ratio

Magnitude rasio lima jenis fault gas digunakan


untuk menciptakan tiga digit kode. Kode-kode tersebut
akan menunjukkan indikasi dari penyebab munculnya
fault gas. Metode Roger’s Ratio berdasarkan IEEE std.C57-
104.2008 dapat dilihat pada Gambar 2.25 .

Gambar 2.25 Metode Roger’s Ratio berdasarkan IEEE


std.C57-104.2008
(sumber : www.academia.edu ,2018 )

d. Metode Segitiga Duval

Duval memaparkan analisis tentang konsentrasi


gas yang terkandung di dalam minyak dan jenis
gangguan yang terjadi pada isolasi minyak. Metode
Segitiga Duval berdasarkan IEEE std.C57-104.2008 dapat
dilihat pada Gambar 2.26.

Kode gangguan yang dapat dideteksi dengan


Dissolved Gas Analysis (DGA) menggunakan metode
segitiga ini:

• PD = Discharge sebagian
• D1 = Discharge energi rendah
35

• D2 = Discharge energi tinggi


• T1 = Thermal faults pada temperatur < 300 ̊C
• T2 = Thermal Faults pada temperatur 300 ̊C< T <700 ̊C
• T3 = Thermal Faults pada temperatur > 700 ̊C
• Zona DT = campuran termal dan electrical fault.

Gambar 2.26 Metode Segitiga Duval berdasarkan IEEE


std.C57-104.2008
(sumber : www.academia.edu ,2018 )

4) Diagram Alir Pengujian DGA

Berikut merupakan gambar diagram alir


pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat dilihat pada
Gambar 2.27.
36

Gambar 2.27 Diagram Alir Pengujian DGA


(sumber : www.academia.edu ,2018 )

3. Pengujian Tangent Delta (Tan δ)

Salah satu karakteristik penting dalam material


isolasi adalah faktor rugi-rugi dielektrik (tan δ). Nilainya
dapat digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan
sebenarnya dari kualitas dielektrik tersebut. Bentuk dari
Rangkaian ekivalen paralel dari material dielektrik dan
diagram fasor Ir dan Ic dapat dilihat pada Gambar 2.28.
37

Gambar 2.28 Rangkaian ekivalen paralel dari material


dielektrik dan diagram fasor Ir dan Ic

(sumber : www.academia.edu ,2018 )

Berdasarkan vektor pada gambar 3.25 maka tan δ


dapat ditentukan berdasarkan nilai Ic dan Ir sebagai berikut:
𝐼𝑟
tan 𝛿 = (1)
𝐼𝑐

Jika Ir = Vr/R dan IC = VC/XC maka (2)


𝑉𝑟 /𝑅
tan 𝛿 = dimana XC = 1/jωC (3)
𝑉𝑐 /𝑋𝑐

Karena rangkaian ekivalen suatu dielektrik


merupakan rangkaian paralel maka nilai Vr = VC. Dengan
demikian maka persamaan tan δ menjadi:
1
𝑋𝐶 𝑗𝜔𝐶
tan 𝛿 = → tan 𝛿 = (4)
𝑅 𝑅

1
tan 𝛿 = (5)
𝑅𝑗𝜔𝐶

Dari persamaan di atas jelas terlihat bahwa besarnya tan δ


dipengaruhi oleh nilai hambatan (R) dan nilai kapasitansi
(C). Alat Pengujian yang digunakan untuk mengetahui
kualitas dielektrik isolasi minyak transformator adalah
38

Doble Test Assistant (DTA) M4100 dan software M4000 .


bentuk dari Peralatan DTA dapat dilihat pada Gambar 2.29.

Gambar 2.29 Peralatan DTA


(sumber : www.academia.edu ,2018 )
a) Standar pengujian Tan δ

Dalam menganalisa nilai kualitas isolasi minyak


transformator (uji tan δ) dapat dilihat pada IEEE std.C57 –
106.2006.

1. Batas Isolasi Minyak Baru

Tabel 2.3 Standar C57 – 106.2006 Pengujian Tan δ


Isolasi Minyak Baru

Pengujian dan Tingkat Tegangan


Metode ≥ 230 kV - < 345
> 345 kV
ASTM D924 kV
25 ̊C, % maksimum 0.05 0.05

100 ̊C, % maksimum 0.30 0.30

2. Batas Isolasi Minyak Pemakaian


39

Tabel 2.4 Standar C57 – 106.2006 Pengujian Tan δ


Isolasi Minyak Pemakaian

Pengujian dan Tingkat Tegangan


Metode ≥ 69 kV - < 230
≥ 69 kV > 230 kV
ASTM D924 kV
25 ̊C, % maksimum 0.5 0.5 0.5
100 ̊C, % 5.0
5.0 5.0
maksimum

b) Diagram Alir Pengujian Tan

Berikut merupakan gambar diagram alir pengujian


Tangent Delta (Tan δ) dapat dilihat pada Gambar 2.30.

Gambar 2.30 Diagram Alir Pengujian Tan δ


(sumber : www.academia.edu ,2018 )
40

C. Pemeliharaan Transformator
1. Pengertian

Pemeliharaan Transformator adalah merupakan


tindakan korektif yang dilakukan berdasarkan hasil in
service inspection, in service measurement, shutdown
measurement dan shutdown function check.

Tujuan pemeliharaan Transformator adalah untuk


menjamin kontinyunitas penyaluran tenaga listrik dan
menjamin keandalan, antara lain :

a) Untuk meningkatkan reability, availability, dan


efficiency.
b) Untuk memperpanjang umur Transformator.
c) Untuk mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan Transformator.
d) Meningkatkan safety Transformator.
e) Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

2. Jenis – jenis Pemeliharaan Transformator


a) Purifikasi

Tujuan utama purifikasi adalah mengurangi


moisture didalam isolasi kertas pada transformator
(Standar ASTM 1533 < 50 ppm). Dengan mengurangi
moisture didalam isolasi akan berdampak menurunkan
moisture didalam minyak juga. sehingga tegangan tembus
minyak akan naik. Disamping tujuan utama mengurangi
moisture didalam isolasi kertas, juga mengurangi gas-gas
yang terdapat dalam minyak dan benda-benda (kotoran
yang terapung) dalam minyak. Proses purifikasi ini tidak
dapat menghilangkan gas-gas (DGA), karena gas-gas
41

(DGA) itu terjadi karena adanya gangguan didalam


transformator tersebut. jadi selama gangguan tidak
diselesaikan atau diatasi maka gas-gas (DGA) tersebut
akan muncul dan terus muncul. Purifikasi juga tidak bisa
memperbaiki warna, acid, IFT dan lain-lain yang terjadi
pada minyak. Bentuk alat purifikasi dapat dilihat pada
Gambar 2.31.

Gambar 2.31 Alat Sirkulasi (purifikasi) Minyak


Transformator

(sumber : www.academia.edu, 2018)

Adapun secara sederhana, prinsip kerja Purifikasi


ini yaitu mensirkulasikan minyak transformator yang
akan di treatment. Minyak trafo akan disedot masuk
kedalam alat purifikasi/ treatment untuk dimurnikan,
kemudian dipompa kembali dimasukkan ke dalam
transformator. Proses purifikasi dapat dilihat pada
diagram alir pada Gambar 2.32.
42

Gambar 2.32 Diagram Alir Treatment Minyak


Transformator
(sumber : Elektroundip.ac.id,2018)

b) Reklamasi
Hampir sama dengan proses purification/ filter,
proses reklamasi dilengkapi dengan melewatkan minyak
pada fuller earth yang berfungsi untuk menyerap asam
dan produkproduk oksidasi pada minyak. Reklamasi
dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak
diketahui bahwa pengujian kadar asam berada pada
kondisi buruk.

c) Ganti Minyak

Penggantian minyak dilakukan berdasarkan


rekomendasi hasil pengujian kualitas minyak dan
diperhitungkan secara ekonomis.
43

d) Cleaning

Merupakan pekerjaan untuk membersihkan


bagian peralatan/ komponen yang kotor. Kotornya
permukaan peralatan listrik khususnya pada instalasi
tegangan tinggi dapat mengakibatkan terjadinya flash
over pada saat operasi atau mengganggu konektivitas
pada saat pengukuran. Adapun alat kerja yang dipakai
adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen hijau,
vacuum cleaner, minyak isolasi trafo. Proses Cleaning
dapat dilihat pada Gambar 2.33.

Gambar 2.33 Proses Cleaning (Pemberihan) NGR.


(Sumber : PT. PLN (PERSERO), 2010)

e) Tightening

Vibrasi yang muncul pada trafo dapat


mengakibatkan baut - baut pengikat kendor.
Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap
baut - baut pengikat. Peralatan kerja yang diperlukan
dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci - kunci.
Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus
44

dilakukan dengan menggunakan kunci momen dengan


nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan.

f) Replacing Parts

Merupakan tindakan korektif yang dilakukan


untuk mengganti komponen transformer akibat
kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi
pabrikan.

g) Greasing

Akibat proses gesekan dan suhu, grease - grease


yang berada pada peralatan dapat kehilangan
fungsinya. Untuk mengembalikan fungsinya
dilakukan penggantian grease / greasing. Penggantian
grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang
direkomendasikan pabrikan. Adapaun jenis jenis
grease berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut:

 Ceramic/ glass cleaner grease →grease yang


digunakan untuk membersihkan isolator yang
berbahan dasar keramik atau kaca.
 Roller bearing grease (Spray type) → grease yang
digunakan pada kipas trafo dan sambungan tuas
penggerak OLTC
 Electrical jointing compound / contact grease →
grease yang digunakan pada terminal
grounding dan bushing
 Minyak pelumas SAE 40 → pelumas
yangdigunakan pada gardan penggerak OLTC

Anda mungkin juga menyukai