SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Soal-Soal
= Selamat Ujian =
Dosen Penanggungjawab
a. Hardship, apabila pelaksanaan kontrak menjadi lebih berat bagi salah satu pihak, pihak
tersebut bagaimanapun juga terikat untuk melaksanakan perikatannya dengan tunduk pada
ketentuan tentang kesulitan (hardship). Prinsip mengikatnya kontrak bukan sesuatu yang
absolut, apabila terjadi keadaan yang menyebabkan perubahan yang sangat fundamental
atas keseimbangan dari kontrak tersebut, keadaan tersebut menjadi situasi yang
dikecualikan.
b. Forcemajure, Wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dapat dimaafkan apabila
pihak tersebut dapat membuktikan bahwa wanprestasinya disebabkan oleh suatu rintangan di
luar pengawasannya, dan hal tersebut secara wajar tidak diharapkan akan terjadi. Apabila
rintangan bersifat sementara, maka pemberian maaf akan berakibat hukum atas jangka
waktu dengan memperhatikan akibat dari tintangan pelaksanaan kontrak tersebut.
Pihak yang gagal melaksanakan kontrak tersebut harus menyampaikan pemberitahuan
kepada pihak lain tentang rintangan dan akibat terhafap kemampuannya untuk
melaksanakan kontrak. Jika pemberitahuan itu tidak diterima oleh pihak lain dalam
jangka waktu yang wajar, ia bertanggungjawab atas kerugian akibat tidak diterimanya
pemberitahuan tersebut.
c. Contra Properentem, Pihak yang menggunakan syarat baku yang dipersiapkan terlebih dahulu
bertanggungjawab atas risiko ketidakjelasan rumusan yang dibuatnya. Jika syarat kontrak
yang diajukan oleh salah satu pihak tidak jelas, maka diberikan preferensi penafsiran yang
berlawanan dengan pihak pembuat syarat baku tersebut.
d. Wanprestasi, Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak
menurut selayaknya (M. Yahya Harahap). Wanprestasi terjadi apabila salah satu pihak
dalam perjanjian tidak melaksanakan atau lalai melaksanakan prestasi (kewajiban)
yang menjadi objek perikatan antara mereka (Subekti)
e. Pacta sunservanda, hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata,
yang berbunyi: "Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang."
4. Hukum indonesia membolehkan hal tersebut terjadi , hal tersebut dapat ditemukan pada
Ketentuan pencantuman klausula baku ditentukan dlm Pasal 18 UUPK. Ketentuan yang membatasi
kewenangan pembuatan perjanjian baku baru ditemukan dalam UUPK, tetapi memang dpt ditunjuk
salah satu pasal dlm KUHPerdata yaitu Pasal 1337 KUHPerdata.
hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam kontrak baku (standard contract) tersebut agar
tidak melanggar hukum !
1. Sebagai pengusaha kita dilarang untuk menyatakan pengalihan tanggung jawab kepada
konsumen. Pengusaha tidak bisa menyatakan bahwa segala kerusakan atau kehilangan
ditanggung oleh konsumen. Pengusaha tetap harus bertanggungjawab terhadap barang dan
jasa yang dijual.
2. Pengusaha juga dilarang untuk menolak kembali penyerahan barang dari konsumen. Jika
barang yang baru dibeli oleh konsumen ternyata cacat atau rusak pengusaha harus
PROGRAM STUDI MAGISTER MENEJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
3. Pengusaha dilarang menyatakan bahwa mereka yang menolak pemberian uang kembali atas
barang yang dibayarkan konsumen. Jika terbukti barang yang dijual berkualitas rendah,
pengusaha harus mau mengembalikan uang yang dibayarkan konsumen.
4. Dilarang membuat klausul yang menyatakan penyerahan kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha untuk melakukan tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran.
5. Dilarang membuat klausul yang mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen. Jika terjadi kehilangan atau
kerusakan maka penjual tidak boleh lepas tangan.
6. Dilarang membuat klausul yang memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.
8. Sebuah klausul baku perjanjian dilarang memuat poin yang menyatakan bahwa konsumen
memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau
hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Tidak boleh ada
ketentuan dalam jual beli angsuran bahwa barang yang belum lunas dijadikan jaminan
terhadap utang pengusaha.
9. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat
atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
10. Setiap klausul baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian
yang tidak sesuai ketentuan undang-undang akan batal demi hukum.
Ketentuan pencantuman klausula baku ditentukan dlm Pasal 18 UUPK yang menegaskan :