Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 memperkirakan bahwa


penyakit tidak menular menyebabkan kenaikan angka mortalitas sebesar 60% dan
morbiditas sebesar 43% pada masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat dari
agraris ke industri, perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi merupakan hal yang
melatarbelakangi meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, sehingga angka
kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular yaitu
hipertensi (Depkes RI, 2003).
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah tekanan
darah sistolik yang melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik yang lebih
dari 90 mmHg (Chobanian dkk, 2004). Dari tahun ketahun didapatkan peningkatan
prevalensi penderita hipertensi seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup,
jumlah populasi obesitas dan kesadaran masyarakat akan penyakit ini. Hipertensi
disebut sebagai the silent killer, karena dapat membunuh penderitanya secara
mendadak bila tidak dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Hipertensi
juga merupakan faktor risiko dari penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke
dan diabetes mellitus (Mohani, 2014).
Menurut WHO (2015), hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian
dini diseluruh dunia. Di tahun 2020 diperkirakan sekitar 1,56 miliar orang dewasa
akan hidup dengan hipertensi. Menurut American Heart Association (AHA) tahun
2010, penduduk Amerika yang menderita hipertensi berusia diatas 20 tahun telah
mencapai angka 74,5 juta jiwa dan sekitar 90-95% kasus, tidak diketahui
penyebabnya. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di
negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus tahun 2000
meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).
Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti
merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Depkes RI, 2007). Di Indonesia
masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015) hasil analisis data Riskesdas tahun
2007/2008 dengan unit Analisis Rumah Tangga, menunjukkan gambaran bahwa
hanya 82,5% Rumah Tangga yang bebas hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia
ada sekitar 63.031.114 Rumah Tangga dengan 4 ART, maka terdapat 52.000.689 RT
yang bebas hipertensi dan masih terdapat 11.030.425 RT yang dibayang-bayangi
penyakit hipertensi anggota keluarganya. Data RISKESDAS tahun 2013
menyebutkan bahwa hipertensi di Indonesia merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat
(29,4%), Gorontalo (29,4%) dan di provinsi Sumatera Selatan sendiri sebesar 26,1 %
dari seluruh penduduk Indonesia.
Selain dari RISKESDAS dan SKRT, hasil survei Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular yang
menduduki peringkat pertama kasus terbanyak adalah hipertensi dengan jumlah kasus
47.090 kasus. Angka mordibitas dan mortalitas yang diakibatkan oleh hipertensi
semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga tujuan dari pengobatan hipertensi yakni
untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi.
Jenis pengobatan untuk penyakit hipertensi ada dua macam yaitu pengobatan secara
farmakologis dan nonfarmakologis (Ganiswarna dkk, 2005).
Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis yaitu dengan
obat-obatan anti hipertensi atau dengan cara non farmakologi yaitu dengan
memodifikasi gaya hidup atau bisa juga kombinasi keduanya. Pada saat obat anti-
hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologi dapat digunakan sebagai
pelengkap untuk mendapatakan efek pengobatan yang lebih baik (Dalimartha, 2008).
Pengobatan farmakologis pada penderita hipertensi tahap awal dimulai dengan jenis
obat antihipertensi diuretik, β- bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium dan α-
bloker serta mengkonsumsi obat monoterapi antihipertensi (Ganiswarna dkk, 2005).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan non-farmakologi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi
(Smeltzer & Bare, 2002). Pendekatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada
penderita hipertensi yaitu meliputi: teknik-teknik mengurangi stres, penurunan berat
badan, pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau, olahraga atau latihan yang
berefek meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi, dan relaksasi yang merupakan
intervensi wajib yang dapat dilakukan pada setiap terapi hipertensi (Muttaqin, 2009).
Penatalaksanaan non-farmakologi salah satunya adalah dengan pijat refleksi
kaki. Menurut Wijayakusuma (2006), pijat refleksi kaki sama halnya dengan kita
berjalan kaki telanjang dihamparan batu kecil berbentuk bulat lonjong. Teknik
pemijatan di titik tertentu pada kaki dapat menghilangkan sumbatan dalam darah
sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Pada kasus hipertensi
terapi pijat refleksi ini memperkuat kembali energi tubuh dan raga yang lemah. Terapi
ini bekerja berdasarkan teori meridian yaitu Qi (energi vital) dan darah yang
bersirkulasi dalam tubuh melalui sistem saluran yang disebut meridian yang
menghubungkan organ internal dan eksternal. Dengan pemijatan, titik tertentu pada
permukaan tubuh yang terletak di jalur meridian dirangsang sehingga aliran Qi dan
darah bisa diatur sehingga resiko penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat
diminimalisir (Dalimartha, 2008).
Menurut Wijayakusuma (2006), terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan
efek relaksasi yang serupa dengan ketika berjalan di atas bebatuan. Pemijatan pada
telapak kaki dan memberikan rangsangan yang mampu memperlancar aliran darah
dan cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi penyaluran nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh
menjadi lancar tanpa ada hambatan sedikitpun. Sirkulasi aliran darah yang lancar,
akan memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh. Jenuhnya
masyarakat terhadap pengobatan medis yang dapat menimbulkan efek samping
seperti merusak hati dan ginjal jika digunakan dalam jangka panjang, masyarakat kini
mulai terbuka terhadap metode pengobatan non medis/ nonfarmakologis (Gala, 2009).
Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa penanganan penyakit hipertensi
bukan hanya diobati secara farmakologis tetapi juga memakai prinsip-prinsip
fisioterapi dan pemijatan ekstremitas. Metode ini dipilih karena kecilnya efek
samping yang ditimbulkan dan lebih ekonomis. Metode pemijatan dengan
menggunakan alat bantu berupa tongkat kayu kecil berkepala bulat halus atau dengan
pemijatan pada titik hipertensi menggunakan tangan dapat menurunkan tekanan
darah. Dimana pada saat penekanan pada titik tertentu maka akan merangsang impuls
saraf pada kaki yang dimana akhirnya merangsang aliran darah menjadi lancar
menuju jantung, kemudian dipompa ke seluruh tubuh dan menuju ke otak (Closkey &
Bulechek, 2004).
Terapi pijat refleksi kaki telah terbukti efektif untuk mengatasi berbagai
penyakit, termasuk hipertensi, tidak ada obat dan pembedahan serta lebih praktis
untuk diterapkan secara mandiri di rumah. Karena itulah, metode ini dirasa lebih
aman digunakan untuk melengkapi pengobatan farmakologis penderita hipertensi.
Ditinjau dari beberapa jurnal yang telah ditelaah oleh penulis, membuktikan bahwa
dengan menggunakan p value < 0,05 terapi pijat refleksi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penderita hipertensi, baik mengurangi gejala hipertensi maupun
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penatalaksanaan non farmakologis terapi pijat refleksi
terhadap penurunan tekanan darah berdasarkan telaah jurnal penelitian.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan pemberian terapi pijat
refleksi pada penderita hipertensi
b. Mampu menelaah jurnal yang terkait dengan pemberian terapi pijat refleksi
pada penderita hipertensi
c. Mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam
jurnal terkait pemberian terapi pijat refleksi pada penderita hipertensi
d. Mampu menyimpulkan jurnal yang terkait dengan pemberian terapi pijat
refleksi pada penderita hipertensi
e. Mampu mengaplikasikan intervensi yang terdapat dalam jurnal terkait dengan
pemberian terapi pijat refleksi pada penderita hipertensi

C. Manfat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai landasan bagi pengembangan ilmu keperawatan keluarga dan
komunitas terhadap individu dan anggota keluarga yang mengalami masalah
nyeri yang biasa terjadi pada semua lapisan masyarakat terutama pada
individu dengan hipertensi.
b. Menjadi sumber informasi dan landasan untuk penelitian sejenis yang terkait
dengan keefektifan terapi pijat refleksi terhadap penurunan tekanan darah dan
pengurangan nyeri pada penderita hipertensi.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat menambah referensi Evidance Based Practice dalam penatalaksanaan
terapi nonfarmakologis dengan masalah nyeri dan peningkatan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
b. Bagi Pendidikan
Bidang keperawatan keluarga dan komunitas dapat menjadikan hasil analisa
jurnal ini sebagai landasan untuk pengembangan ilmu keperawatan yang
aplikatif dan dapat menamabah referensi mahasiswa dalam melakukan terapi
nonfarmakologis dengan masalah nyeri dan peningkatan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

D. Metode

Metode yang digunakan untuk menyusun literatue review dilakukan


menggunakan electronic data base. Metode pencarian jurnal menggunakan google
schoolar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal yaitu terapi pijat
refleksi, penderita hipertensi, penurunan tekanan darah. Tahun jurnal yang digunakan
dibatasi dari tahun 2012 – 2018. Jurnal yang digunakan diperoleh dari berbagai jurnal
diantaranya Jurnal Care, Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, International
Journal of Medicine and Public Health, International Journal of Therapies and
Rehabilitation Research, Journal of Medical Science, Jurnal Keperawatan, The
Indonesian Journal of Public Health, Jurnal Ners dan Kebidanan, Jurnal Online
Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Jurnal Kesehatan, dan Jurnal
GASTER.

Anda mungkin juga menyukai