Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instalasi Radiologi sebagai salah satu unit penunjang medis memiliki

peranan dalam terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal oleh suatu rumah

sakit. Untuk itu dibutuhkan beberapa fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang

kinerja suatu instalasi radiologi, salah satunya adalah kamar gelap. Kamar gelap

merupakan suatu ruangan khusus yang digunakan sebagai tempat untuk proses

pengolahan film, yang didalamnya terjadi proses pembangkitan secara kimiawi

(Chesney 1989).

Kamar gelap masih memegang peranan penting dalam suatu instalasi

radiologi pada sebagian besar rumah sakit yang ada di Indonesia, padahal saat ini

telah berkembang modalitas imaging seperti CR (Computer Radiography), DR

(Digital Radiography) dan beberapa modalitas imaging lainnya yang tidak lagi

memanfaatkan kamar gelap sebagai bagian dari proses penghasilan radiograf.

Tetapi hal ini tidak berlaku bagi sebagian Rumah Sakit di Indonesia mengingat

tidak semua rumah sakit memiliki modalitas imaging tersebut.

Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan di instalasi radiologi harus

memperhatikan penataan setiap ruangan baik itu ruang kontrol, ruang ekspose,

maupun kamar gelap. Konstruksi dan penataan yang baik akan menunjang efisiensi

kerja dan diharapkan mampu memberikan keamanan baik kepada petugas ruang

radiologi maupun alat dan bahan yang terdapat didalamnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan berdasarkan latar belakang

tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Apakah ruang instalasi laboratorium Radiologi di STIKes Widya Cipta Husada

Malang memenuhi standar instalasi radiologi menurut BAPETEN ?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penuliasan makalah ini ialah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ruang instalasi laboratorium Radiologi di STIKes Widya

Cipta Husada Malang memenuhi standar BAPETEN atau tidak.

1.3.2 Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini Penulis berharap dapat membuat para

pembaca mengerti lebih jauh tentang instalasi laboratorium Radiologi di STIKes

Widya Cipta Husada. Manfaatnya tidak hanya bagi Penulis, melainkan juga bagi

mahasiswa-mahasiswi STIKes Widya Cipta Husada Malang, bagi para dosen

pengajar dan instansi yang terkait, serta para pembaca.

Bagi Penulis, penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

sarana untuk meniangkat minat, bakat, dan kreativitas penulis. Makalah ini juga

dapat dijadikan sarana informasi untuk mengetahui tentang sudah atau tidaknya

instalasi laboratorium Radiologi di STIKes Widya Cipta Husada Malang dalam

memenuhi standar.

Bagi para dosen pengajar dan instansi terkait, penulisan makalah ini

diharapkan menjadi bahan referensi pengajaran, Sehingga para dosen dan instansi

2
yang terkait dapat mengusahakan langkah-langkah konkrit untuk membuat instalasi

laboratorium Radiologi di STIKes Widya Cipta Husada Malang agar dapat

memenuhi standar.

Bagi para pembaca, penulisan makalah ini diharapkan membuat para

pembaca mengerti tentang instalasi laboratorium Radiologi di STIKes Widya Cipta

Husada Malang sudah memenuhi standar atau belum.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X

2.1.1 Pengertian

Sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan rentang

gelombang yang sangat pendek, akan tetapi memiliki energi yang sangat besar.

Sinar-X juga memiliki daya tembus yang sangat tinggi. Selain itu, Sinar-X juga

memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi yang dilewatinya, selanjutnya

menjadikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik (Anonimous, 2014).

Sinar-X bersifat heterogen, dimana sinar ini memiliki rentang gelombang

berukuran mulai dari 0,01 sampai 10 nanometer dengan frekuensi mulai dari 30

petaHertz sampai 30 exaHertz dan mempunyai energy mulai dari 120 elektrovolt

hingga 120 kilo elektrovolt. Kemampuan Sinar-X sering kali dimanfaatkan dalam

bidang medis, seperti dalam ranah Radiologi Diagnostik.

2.1.2 Proses Terjadinya Sinar-X

Adapun urutan proses terjadinya Sinar-X adalah sebagai berikut:

1. Didalam tabung rontgen ada katoda dan anoda, katoda (filament) dipanaskan

lebih dari 20.000 derajat Celcius sampai menyala dengan mengantarkan listrik

dari transformator.

2. Elektron-elektron yang berada pada katoda (filament) terlepas, ini disebabkan

karena panas katoda yang dipanaskan pada suhu tinggi.

3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka elektron-elektron dipercepat

gerakannya menuju anoda (target).

4
4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk

panas (99%) dan Sinar-X (1%).

5. Sinar-X akan keluar dan diarahkan dari tabung molekul jendela yang disebut

diafragma.

6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin (Rasad, 2005).

Gambar 2.1 Tabung rontgen (Anonimous, 2014)

2.2 Proteksi Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa zat perantara. Radiasi

merupakan slah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke

lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan pengantar tertentu

(Anonimous, 2014).

Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi yang kadang dikenal juga dengan

protek radiologi ini memiliki beberapa pengertian, diantaranya yaitu:

1. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya radiasi dengan

menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti

peraturan proteksi yang sudah dibakukan.

5
2. Menurut BAPETEN, proteksi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah

ilmu yang mempelajari teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi

dirinya, orang sekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi (Anominous,

2013).

Macam-macam Proteksi Radiasi yang dapat dibagi dalam beberapa

macam yaitu:

1. Proteksi radiasi kerja merupakan perlindungan kerja.

2. Proteksi radiasi medis merupakan perlindungan pasien dan radiographer.

3. Proteksi radiasi masyarakat merupakan perlindungan individu, anggota

masyarakat dan penduduk secara keseluruhan.

Jenis-jenis eksposur serta peraturan pemerintah dan batas paparan hukum

yang berbeda untuk masing-masing kelompok, sehingga masing-masing harus

mempertimbangkan secara terpisah.

Falsafah Proteksi Radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi yang

macamnya adalah sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang berbahaya.

2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah,

yang masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan disekitarnya.

Pengalaman membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem

pembatasan dosis terhadap penyinaran tubuh, baik radiasi eksternal maupun

internal. Kemungkinan resiko bahaya radiasi dapat diabaikan petugas proteksi

radiasi dengan mengikuti peraturan proteksi radiasi dan menggunakan peralatan

6
proteksi ynag canggih dapat juga menyelamatkan pekerja dan masyarakat pada

umumnya.

Asas-asas dalam proteksi radiasi terdiri atas beberapa macam yaitu:

1. Asas legislasi atau justifikasi

Pembenaran dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar sebelumnya

tenaga nuklir dimanfaatkan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis resiko

manfaat. Apabila pemanfaatan tenaga nuklir menghasilkan manfaat yang lebih

besar dibandingkan dengan resiko akibat kerugian radiasi yang mungkin

ditimbulkannya, maka kegiatan tersebut boleh dilaksanakan. Sebaliknya, apabila

manfaatnya kecil dari resiko yang ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak boleh

dilaksanakan.

2. Asas Optimalisasi

Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar

paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan terus ditekan serendah mungkin

dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini yang dikenal

dengan istilah ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dalam kaitannya

dengan penyusunan program proteksi radiasi, asas optimalisasi sendiri

mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam program telah

dipertimbangkan secara seksama, termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau.

Suatu program proteksi dapat dikatakan memenuhi asa optimalisasi jikka semua

komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin

dengan memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ekonomi. Tujuan dari asas ini adalah untuk mendapatkan hasil optimum yang

meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu maupun kolektif,

7
minimnya resiko dan pemaparan yang tidak dikehendaki, dan biaya yang murah.

Asas ini sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan yang memerlukan tindakan

proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis optimalisasi proteksi, dimana

penekanan ini bermaksud untuk meluruskan kesalahpahaman tentang sistem

pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA (As Low As

Reasonably Achievable). Baik asas optimalisasi maupun ALARA, keduanya sangat

menekankan pada pertimbangan factor-faktor ekonomi dan sosial, seta tidak

semata-mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun

masyarakat.

3. Asas Litimasi

Penerapannya dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis

radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh

melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Batas

dosis (NBD) yang dimaksud adalah dosis radiasi yang diterima penyinaran eksterna

dan interna selama satu tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan NBD

ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medic dan yang berasal

dari radiasi alam, NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun

untuk pekerja radiasi dan 5 mSv (500 mrem) pertahun anggota masyarakat.

Sehubungan dengan rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan

menjadi 20 mSv (2000 mrem) pertahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan

pertahun tidak boleh melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan

menjadi 1 mSv (100 mrem) pertahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam

mengadopsinya. Dengan menggunakan program proteksi yang disusun secara baik,

8
segala kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi dapat ditangani sehingga

nilai batas dosis yang ditetapkan tidak terlampaui.

2.3 Instalasi Radiologi

Definisi dari instalasi radiologi adalah suatu instalasi penunjang medis di

suatu rumah sakit. Karena keberadaannya yang memiliki peranan penting dalam

membantu menegakkan diagnosa, maka perencanaan dan pengembangannya

memerlukan perhatian yang baik dan tepat. Isntalasi radiologi terbagi dalam 3

bagian yaitu ruang kontrol panel, ruang ekspose dan kamar gelap.

2.4 Standar Instalasi Radiologi

2.4.1 Ruang Operator

1. Ukuran ruang

Ukuran minimum ruangan untuk pesawat dinar X diagnostic adalah

panjang 4 meter, lebar 3 meter dan tingg 2,8 meter, tidak termasuk ruang operator

dan kabin pasien (BAPETEN 2002). Hal ini untuk menjamin keleluasaan bagi

petugas dalam melakukan pemeriksaan.

2. Dinding

Dinding terbuat dari beton yang tebalnya 20 cm atau batu bata dengan

plester yang tebalnya 25 cm, kira – kira setara dengan timbale yang tebalnya 2 mm

(BAPETEN 2002)

3. Lantai

Bila ruangan berada dibawah maka ketebalan lantai tidak begitu

diperhatikan, namun bila letaknya berada diatas maka tebalnya setara dengan 2 mm

9
timbale, begitu pula dengan langit – langit ruangan tebalnya setara 2 mm timbale

jika di atasnya dipergunakan (Batan II, 2001)

4. Pintu

Pintu dan kusen pintu harus meliputi ketebalan ekuivalen timbal untuk

dinding di sebelahnya dan timbal pelindung yang melapisi daun pintu harus

menutupi kusen pintu selebar sekurang-kurangnya 1,5 cm, demikian juga timbale

yang melapisi kusen pintu harus menutupi beton yang lebar minimumnya sama

dengantebal tembok.

5. Jendela

Memiliki ketinggian sekurang – kurangnya dua meter dari lantai luar

kamar sinar X dan sedikitnya 1,6 meter dari lantai dalam kamar sinar X dan harus

ditempatkan sedemikian sehingga radiasi hambur tidak dapat secara langsung

melalui jendela tersebut masu ke jendela lainnya yang berdekatan.

2.4.2 Ruang Penyinaran

1. Ruangan pesawat sinar-x

Penempatan pesawat sinar-x diberbagai ruangan harus diperhatikan, serta

harus dibuat beban kerja untuk tiap-tiap kamar. Penataan peralatan dirancang

sedemikian rupa sehingga memudahkan petugas bekerja. Adapun komponen dari

ruangan pesawat sinar-x:

a. Pakaian pasien

b. Kapas

c. Kain chas

d. Alkohol

e. Plester

10
f. Aguadest steril

g. Mercurochrom atau bethadine

h. Spiut loc ; 2cc; 10 cc; 20cc; berikut jarum suntik no. 21, 19

i. Kateter

j. Nier bekken (bengkok)

k. Korentang

l. Pispot

m. Lampu pemeriksaan

n. Cairan infus dengan infus set

2. Lemari obat yang berisi

a. Golongan antihistamin

b. Adrenalin

c. Corticosteroid

d. Contras media

e. Masker

3. Alat-alat lain

a. Masker

b. Tabung oksigen

c. Alat resutisasi

4. Arah Sinar-X

Berkas sinar-x tidak boleh diarahlan ke jendela atau panel kontrol dan

dinding kamar gelap. Selama dilakukan penyinaran, semua petugas harus berada

dibelakang panel kontrol dengan bahan pelindung radiasi dan mengawasi pasien

melalui jendela gelas timbale.

11
Luas serta bentuk ruang tergantung pada jenis peralatan yang dipasang

didalamnya. Disini dilakukan pekerjaan penyinaran terhadap pasien untuk

pemeriksaan diagnostik maupun pelayanan radioterapi. Dinding ruang, termasuk

pintu – pintunya harus memberikan perlindungan yang memadai terhadap radiasi,

sehingga tidak membahayakan mereka yang berada diluar ruangan.

2.4.3 Kamar Gelap

1. Definisi Kamar Gelap

Processing Room atau lebih dikenal dengan kamar gelap adalah suatu area

atau ruang khusus yang digunakan sebagai tempat pengolahan film dimana proses

pengolahan film tersebut terjadi proses pembangkitan sampai terbentuknya

radiograf secara kimiawi. (Anonimous, 2013)

2. Fungsi Kamar Gelap

Menurut Jenkins (1980) kamar gelap dalam pelayanan radiologi berfungsi

sebagai berikut:

a. Tempat untuk mengeluarkan film dari dalam kaset dan memasukkan ke dalam

kaset.

b. Tempat untuk memberikan identitas pada film

c. Tempat untuk proses film rontgen, baik secara manual maupun otomatis.

d. Tempat untuk perawatan mesin pengolahan otomatis.

e. Tempat untuk penyimpanana film yang belum tersinari.

f. Tempat perawatan lembar penguat.

g. Tempat untuk mempersiapkan larutan kimia yang digunakan dalam proses

pengolahan secara manual maupun otomatis.

12
3. Lokasi Kamar Gelap

a. Mudah diakses jika dibutuhkan.

b. Terlindungi dari sinar langsung atau sinar hambur.

c. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset

heatch.

d. Dianjurkan untuk 2 kamar pemotretan tersedia 1 kamar gelap

4. Ventilasi

Berfungsi sebagai pertukaran udara dalam kamar gelap dan menjaga

kestabilan dari cairan processing.

a. Diatur agar udara berotasi 6 – 10 kaliataujam

b. Suhu dalam ruangan 18° - 22° C

c. Kelembapan 40% - 60%

d. Ventilasi dibuat diatas loteng dengan bentuk cerobong asap atau bisa

menggunakan AC, kipas angin, dan lainnya.

e. Jika tidak pakai AC atau kipas angin, pertukaran udara diharapkan minimal 10

kali dalam 1 jam dengan cara membuka jendela atau pintu, untuk menghindari

bahaya uap cairan pencuci film.

5. Pintu

a. Kedap cahaya

b. Petugas mudah masuk tanpa mengganggu jalannya processing

c. Harus memenuhi syarat processing

d. Dapat menghasilkan processing

e. Ringan

f. Dapat dikunci dari dalam

13
Macam-macam pintu kamar gelap:

A. Sistem 1 pintu

1. Lebih ekonomis

2. Menghemat ruangan

3. Menggunakan pengunci otomatis untuk menghindari cahaya tampak masuk

kedalam kamar gelap

Gambar 2.2 Sistem 1 pintu (Anonimous, 2014)

B. Sistem dua pintu

1. Menghemat tempat

2. Kunci otomatis

3. Dapat terhindar dari cahaya masuk meskipun salah satu pintu terbuka

14
4. Memerlukan ruang yang lebih luas

Gambar 2.3 Sistem 2 pintu (Anonimous, 2014)

C. Sistem Labirin

1. Tidak memerlukan daun pintu

2. Dapat berfungsi sebagai ventilasi

3. Petugas dapat masuk dan keluar tanpa mengganggu aktivitas didalamnya

4. Sistem dinding penyekat

5. Praktis dan efisien

Gambar 2.4 Sistem Labirin (Anonimous, 2014)

15
D. Sistem Putar

1. Cahaya masuk dapat terhindar

2. Menggunakan metal yang berbentuk silinder dengan bagian terbuka pada sisi

untuk masuk

3. Hemat waktu

4. Memerlukan daun pintu yang luas dan rumit.

Gambar 2.5 Sistem putar (Anonimous, 2014)

6. Lantai

a. Tidak mudah rapuh dan kropos

b. Tahan terhadap cairan processing

c. Tidak licin

d. Mudah dibersihkan

e. Dapat menyerap cairan kimia

f. Berwarna cerah

g. Bahannya terbuat dari bitumen (turunan aspal), kearmik, porselin

h. Luas lantai minimal 3m x 2m

16
7. Sarana dan Peralatan

a. Meja kering (dry side )

Istilah dari tempat menyimpan peralatan

b. Meja basah(wet side)

Istilah tempat menyimpan cairan processing.

c. Alat pencetak Identitas

Alat yang digunakan untuk mencetak identitas pasien dengan cara fotografis

yang menggunakan cahaya lampu.

d. Casette Hatch

Alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar

pemeriksaan.

e. Film Hopper

Tempat penyimpanan film yang belum terkena ekspose

f. Cupboard

Tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila

persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench

g. Hanger film

Tempat menggantung film rontgen pada saat melakukan pencucian manual

maupun pengeringan. Pemakaian hanger ini harus disesuaikan dengan ukuran

film yang digunakan

h. Timer

i. Termometer

Pengukur suhu.

j. Tower dispencer

17
Untuk mengeringkan tangan

k. Manual processing

Sebaiknya memanjang dengan luas panjang 10m² dan tinggi 3m dengan maksud

memudahkan pengaturan bahan – bahan dalam kamar gelap

l. Automatic processing

Sebaiknya bujur sangkar dengan luas 7m² dan tinggi 3m

8. Penerangan

a. Lampu penerangan umum (dalam keadaan tidak ada kegiatan proses pencucian

film)

 Perawatan kaset dan screen

 Membersihkan lantai dan dinding

 Service peralatan

b. Lampu pengamanan (dalam keadaan dilakukannya kegiatan proses pencucian

film)

Gambar 2.6 Safe Light

Syarat Lampu Safe Light

 Tidak boleh melebihi batas aman kepekaan film, kepekaan film dipengaruhi oleh

warna, intesitas bdan waktu pencahayaan, maksimal 10 watt.

18
 Warna filter tidak memberikan efek pada film yang digunakan (blue sensitive,

green sensitive)

Gambar 2.7 Filter Transmission

Safe lighting dengan menggunakan filter: (Anonimous, 2015)

 Yellow filter

 Red filter

19
9. Sirkulasi Air

Sirkulasi air dalam kamar gelap harus selalu mengalir supaya

kebersihan air dalam kamar gelap terus terjaga kebersihannya dan pada film

tidak menimbulkan artefak. Tujuannya adalah untuk membersihkan film dari

sisa-sisa developer dan fixer, dengan demikian cairan yang terbawa air akan

mengalir serta mendukung kualitas gambar dengan baik. (Anonimous, 2010)

20
BAB III

LAPORAN PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Penulis lakukan pada:

1. Tempat Penelitian : Laboratorium Radiologi STIKes Widya

Cipta Husada, Jalan Sidotopo Kepanjen-Malang

2. Waktu Penelitian : Jumat, 19 Juni 2015

3.2 Hasil Penelitian

Dari penelitian kelompok kami di laboratorium radiologi STIkes Widya

Cipta Husada di dapatkan bahwa pada laboratorium radiologi tersebut memiliki:

A. Satu (1) Ruang Kontrol.

B. Satu (1) Ruang Ekspose.

C. Satu (1) Ruang Kamar Gelap.

Berikut merupakan denah instalasi laboratorium ruang radiologi STIkes

Widya Cipta Husada Malang:

Gambar 3.1 Denah

Instalasi lab. Radiologi

STIKes WCH

(A)Kamar Gelap

(B)Kamar Mandi

(C)Kamar Ganti

(D)Ruang Pemeriksaan

(E)Ruang Kontrol

21
3.2.1 Bagian-bagian Instalasi Lab. Radiologi STIKes Widya Cipta Husada

A. Pada ruang kontrol atau operator di dapatkan hasil sebagai berikut:

1. Letak unit ruangan letak meja kontrol mudah di jangkau dari ruang pemeriksaan.

2. Ruangan letak meja kontrol dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan

tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak

melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSvatautahun (satu milisievert per tahun).

3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan.

4. Dilengkapi dengan meja kontrol

Gambar 3.2 Foto dan Denah ruang kontrol Lab. Radiologi STIkes Widya Cipta Husada

B. Pada ruang ekspose atau ruang penyinaran di dapatkan hasil sebagai berikut:

1. Letak ruangan berada pada pusat laboratorium instalasi radiologi STIKes Widya

Cipta Husada.

2. Dilengkapi dengan :

a. Tempat tiduratautempat pemeriksaan

b. AC

22
c. Tabung Roentgen

d. Tempat evaluasi hasil pemeriksaan atauviewing box

3. Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala

pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran

(lampu peringatan tanda bahaya radiasi).

4. Ventilasi cukup

Gambar 3.3 Foto Ruang ekspose Lab. Radiologi STIkes Widya Cipta Husada

Gambar 3.4 Denah Ruang ekspose Lab. Radiologi STIkes Widya Cipta Husada

23
C. Pada ruang kamar gelap di dapatkan hasil sebagai berikut :

1. Kamar gelap cukup terlindung dari sinar- X, Sinar matahari dan cahaya dari

ruang sebelahnya.

2. Ventilasi yang cukup dalam kamar gelap.

3. Persediaaan air yang cukup dan system pembuangan air yang baik.

4. Safety Light amanatau tidak bocor.

5. Perlengkapan kamar gelap yang memadai , seperti:

a. Cairan developer yang cukup

b. Cairan fixer yang cukup

c. Transfer box

d. Ray printer

e. Hanger

f. Kaset

g. Film roentgen

6. Adanya pembedaataujarak antara daerah kerja basah dan daerah kerja kering

yang memadai.

7. Lantai kamar gelap dilapisi ubin sampai setinggi 1,5 m – 2 m.

8. Sela – sela ubin ditutupi dengan semen murni agar tidak mudah meresap.

9. Serta dinding dicat dengan warna cerah.

10. Pintu kamar gelap menggunakan kain yang tidak tembus cahaya

24
Gambar 3.5 Foto Ruang Kamar Gelap Lab. Radiologi STIkes Widya Cipta Husada

Gambar 3.6 Denah Ruang Kamar Gelap Lab. Radiologi STIkes Widya Cipta Husada

25
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini merupakan tabel pembahasan Standar ruang instalasi

laboratorium di STIKes Widya Cipta Husada Malang:

NO. Nama Ketentuan Lab. Radiologi Memenuhi


STIkes WCH Standart
1 Rasio Bangunan Luas minimal 50m2 Luas: 8,37 x 6,35 m2 YA

2 Ukuran ruang Luas : 3 x 4 m2 Luas : 2,73 m x 2,73 m TIDAK


kamar gelap Tinggi : 2,75 m Tinggi : 3,5 m
3 Lantai ruang - Bahan tidak mudah -Bahan tidak mudah YA
instalasi keropos serta tahan keropos serta tahan
lab.radiologi terhadap cairan prosessing terhadap cairan prosessin
- Tahan terhadap cairan
Tahan -Tahan terhadap cairan YA
pencuci film pencuci film
- Tidak licin dan mudah
- L dan mudah TIDAK
dibersihkan dibersihkan
- Dapat menyerap cairan
- Dapat menyerap cairan kimia TIDAK
kimia - Berwarna cerah
YA
- Berwarnah cerah

4 Dinding instalasi Syarat-syaratnya :


lab.radiologi - Harus terjamin proteksi -Tidak terjamin proteksi TIDAK
radiasi radiasi

Syarat ketebalan :
- Barium plaster 25cm
campuran Ba2SO4 dengan
semen

26
- Batu bata yang
ekuivalen dengan 2 mm -Kurang tebal TIDAK
Pb tebalnya 25cm disusun
miring
- Kombinasi antara batu
bata dengan ½ bata yang
dilapisi Barium plester
setebal 1 ½ cm

5 Langit-langit - Dicat dengan cat yang -Menggunakan cat YA


instalasi tidak mudah mengelupas minyak
lab.radiologi / cat minyak
- Tinggi kurang lebih 2,7- -Tinggi kurang lebih 3m YA
3m

6 Ventilasi instalasi -Dianjurkan pakai AC -Memakai AC YA


lab.radiologi - -Suhu ruangan diharapkan
18-20C -Suhu sudah sesuai YA
-, pertukaran udara
diharapkan minimal 10 -Pintu juga berfungsi YA
kali dalam 1 jam dengan sebagai ventilasi
cara membuka jendela
atau pintu
7 Pintu instalasi -Pintu harus di lapisi Pb -Pintu tidak di lapisi Pb TIDAK
lab.radiologi
8 Safety light -warna merah -warna merah
instalasi -tidak lebih dari 5watt -tidak lebih dari 5watt TIDAK
lab.radiologi -minimal 2 -hanya satu
9 Hanger instalasi -berada didaerah kering
lab.radiologi -menyediakan hanger -dikamar gelap YA
sesuai dengan ukuran film -tersedia
yang ada
10 Kaset instalasi -harus mempunyai setiap -mempunyai setiap YA
lab.radiologi ukuran ukuran
11 Film Rontgen -jika dengan jumlah
instalasi banyak film harus -tidak ada gudang
lab.radiologi disimpan sebagian di penyimpanan film TIDAK
gudang penyimpanan, dan

27
di kamar gelap sesuai
kebutuhan
12 Print Radiograf -setiap kamar gelap harus -ada ID print YA
instalasi ada ID print
lab.radiologi
13 Meja instalasi -harus terdapat minimal 2 -ada 2 meja YA
lab.radiologi meja
14 Kursi -minimal harus ada 2 kursi -ada 2 kursi YA
15 Almari -minimal harus ada 1 -ada 1 almari YA
almari, untuk menyimpan
berkas
16 Transfer box -disetiap ruang radiologi -ada transfer box YA
harus ada transfer box
17 Kamar mandi -harus ada kamar mandi -ada tetapi tidak TIDAK
digunakan
18 Kamar ganti -harus ada kamar ganti -ada tetapi tidak TIDAK
digunakan
19 Pesawat sinar x -harus dapat digunakan -ada tetapi tidak dapat TIDAK
digunakan

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berasarkan hasil penelitian yang dilakukan Penulis di Laboratorium

radiologi STIKes Widya Cipta Husada, kondisi secara keseluruhan Ruang Ekspose

laboratorium radiologi adalah standart sedangkan kondisi secara umum ruang

kamar gelap tidak standart dan ruang kontrolpun tidak dapat digunakan. Jadi

Penulis menyimpulkan bahwa instalasi laboratorium di Stikes Widya Cipta Husada,

sebenaranya tidak memenuhi standar instalasi ruang radiologi.

5.2 Saran

Guna penyempurnaan makalah ini, Penulis kami sangat mengharapkan

kritik, saran serta masukan dari Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen

Pembimbing. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi Rekan-rekan dalam membantu

kegiatan belajar kita. Serta diagnosis dan penatalaksanaannya dan dapat

memberikan pelayanan kesehatan.

Berikut merupakan saran Penulis terhadap instalasi ruang laboraturium

STIKes Widya Cipta Husada yaitu:

1. Laboratorium radiologi STIKes Widya Cipta Husada seharusnya dalam kondisi

standart secara keseluruahan, baik ruang ekspose, ruang kontrol maupun kamar

gelap, karena tujuan didirikannya laboratorium di STIKes Widya Cipta Husada

adalah untuk pendidikan sehingga mahasiswa radiologi mampu belajar dengan

baik.

29
2. Besar harapan Penulis, Jika laboratorium radiologi STIKes Widya Cipta Husada

dapat diperbaiki dan digunakan sesuai dengan standart yang berlaku.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Ridha. “Dunia Radiology”. 2013


http://dunia-radiology.blogspot.co.id/2013/10/proteksi-radiasi.html

http://id.scribd.com/doc/122290015/Instalasi-Radiologi-adalah-salah-satu-
instalasi-penunjang-medis-di-suatu-rumah-sakit-docx#scribd

http://www.academia.edu/6391766/bab_1_proradv

Nugraha “Ruang Radiologi”. 2012


http://nugrahaelektromedik.blogspot.co.id/2012/06/ruang-radiologi.html

http://cafe-radiologi.blogspot.co.id/2011/10/standar-operational-prosedure-
sop.html

jtrr.poltekkes-smg.ac.id/wp-content/.../e.-PERKA-8-TAHUN-2011.pdf

http://radiologynet.blogspot.co.id/2014/11/standar-pelayanan-administrasi-
dan.html

Anonimous “Perencanaan dan Tataletak Ruang di Instalasi Radiologi


Menggunakan Designer Suite 6.0”. 2010
http://quantum-skuad.blogspot.com/2010/06/perencanaan-dan-tataletak-
ruang-di.html?m=1

Anonimous “Keselamatan Kerja di Ruang Instalasi Radiologi


http://atrobali.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78:kes
elamatan-kerja-di-instalasi-radiologi&catid=37:article&Itemid=1

Rizal Mashudi, Akhmad “Kamar Gelap (Darkroom)”. 2014


http://radiologykr.blogspot.co.id/2014/01/kamar-gelap-darkroom.html

MYE, Prayoga “Kamar Gelap Radiologi”. 2013


http://sahabatafterego.blogspot.co.id/2013/10/kamar-gelap-radiologi.html

Anonimous “Kamar Gelap/Dark Room”. 2012


http://radiasii.blogspot.co.id/2012/05/kamar-gelapdark-room.html

Anonimous “Processing Room (Kamar Gelap)”. 2010


http://cafe-radiologi.blogspot.co.id/2010/10/processing-room-kamar-
gelap.html

Dewi, Niimala “Kamar Gelap”. 2012


http://niimaladewii.blogspot.co.id/2012/05/kamar-gelap.html

31
Haris “Kamar Gelap”. 2013
http://harismanradiologijkt2.blogspot.co.id/2013/10/kamar-gelap.html

32

Anda mungkin juga menyukai