Anda di halaman 1dari 10

LITERATURE REVIEW

MANAJEMEN EFEK SAMPING PEMASANGAN ENDOTRACHEAL


TUBE (ETT)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis dan Gawa t Darurat

Disusun Oleh

Febi Dwi Putri


220112140040

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

BAB I
PENDAHULUAN

Pasien yang dirawat pada ruang Cardiac Intensive Care Unit (CICU) pada

umumnya menggunakan Endotracheal Tube (ETT) baik itu indikasi karena

operasi atau terjadi penurunan kesadaran dan untuk mempertahankan suplai

oksigen dengan baik. Penggunaan ETT dalam jangka waktu panjang (>48 Jam)

dapat ditemui pula pada pasen yang dirawat di ruang intensif. Proses pemasangan

ETT diantaranya dilakukan anasthesi guna memudahkan pemasangan ETT.

Setelah efek anesthesi hilang klien mulai merasakan efek samping pemasangan

ETT diantaranya batuk, rasa sakit di tenggorokan, parau dan laringospasm.

Pasien Ny. I Tahun Post Operasi Penggantian Katup Jantung dilakukan

pemasangan ETT guna mempertahankan aliran udara dengan penggunaan mesin

ventilator. Saat ETT dipasang di ruang operasi klien diberikan anasthesi, saat efek

anastesi mulai berkurang klien merasa risih dan berusaha untuk melakukan

ekstubasi. Klien meminta untuk diberi minum karena merasa tenggorokannya

kering dan sakit, perawat mencoba memberikan air mineral di area bibir klien. Hal

serupa terjadi pada Tn. O 53 Tahun Post Operasi AV Replacement saat berada di

ruangan dan efek anasthesi hilang klien mengeluh merasa kering dan sakit di

tenggorokan dan meminta air minum.

Efek samping tersebut mengganggu kenyamanan serta megurangi waktu

istirahat klien. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan analisa jurnal terkait

manajemen efek samping pemasangan ETT dibawah ini akan dibahas beberapa

hasil penelitian terkait manajemen efek samping pemasangan ETT.


BAB II

ANALISIS JURNAL

Pasien dengan penurunan kesadaran atau indikasi operasi dilakukan

pemasangan Endotracheal Tube (ETT). Pemasangan ETT menimbulkan

komplikasi pada mukosa trakhea, diantaranya adalah kehilangan silia mukosa,

ulserasi pada trakhea, hemoragi, trakea stenosis. Adapun tanda dan gejala yang

muncul akibat kerusakan mukosa trakhea adalah batuk, rasa sakit di tenggorokan,

dysphagia sesaat setelah ekstubasi dan parau suara. Terdapat 50% kasus

mengeluhkan rasa sakit di tenggorokan dan parau (Reza, et al (2012).

Komplikasi tersebut bila tidak ditangani secara maksimal dapat

menimbulkan kondisi emergensi terutama pada pasien yang masih dalam

pengaruh anestesi. Kondisi emergensi tersebut dapat menimbulkan hiperdinamik

respon pada post-operatif seperti hipertensi, takikardi, disritmia, resiko

peningkatan tekanan intrakranial, wound dehisence, dan bronkospasme (Reza, et

al (2012).

Faktor yang mempengaruhi timbulnya kerusakan pada mukosa

paringolaringeal adalah ketidaksesuaian tekanan balon (cuff preasure),

penempatan gastric tube, jenis operasi (operasi oral cavity, operasi pada area

faring), posisi kepala dan leher selama terpasang ETT dan ukuran ETT yang tidak

sesuai dengan klien (Reza, et al (2012).

Meminimalisasi efek samping penggunaan ETT akan meningkatkan

kenyamanan dan istirahat klien (Kee, et al (2013). Penggunaan obat-obatan seperti


dexamethasone, lidocaine, dan air saline pada intra-cuff ETT pada penelitian

sebelumnya menunjukan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan efek

samping ETT bila dibandingkan dengan intra-cuff menggunakan udara (Kee, et al.

2013 dan Reza, et al. 2012).

Tabel 2.1 : Kriteria Inklusi Pada Setiap Studi

Kriteria Inklusi Reza, et al. (2012) Kee, et al.( 2013)

Status Anestesi ASA Class I-II ASA Class I-II


Populasi Pasien Imam Reza -
Hospital 2008-2010 84 orang
180 orang
Usia
20-50 tahun 18-60 tahun

Jenis Operasi Operasi Terencana Operasi Terencana


Metode Penelitian Single-Blind Controlled Prospective Rendomized
Study Single-Blind Controlled
Study

Tabel diatas dapat terlihat kriteria inklusi yang tidak jauh berbeda baik dari

penelitian Reza, et al (2012) dengan Kee, et al (2013). Selanjutnya akan dijelaskan

hasil penelitian dari masing-masing studi.

Penelitian Reza, et al (2012) menjelaskan perbedaan dari tiga kelompok

yang masing-masing diberikan intervensi yang berbeda. Kelompok pertama

menggunakan air saline yang dimasukan kedalam intra-cuff dan dihitung tekanan

udara balon 20cmH2O. Kelompok kedua menggunakan dexamethason yang

dimasukan kedalam intra-cuff dan dihitung tekanan udara balon 20cmH2O, dan

kelompok terakhir menggunakan lidocaine 2% yang dimasukan kedalam intra-


cuff dan dihitung tekanan udara balon 20cmH2O. Akhir anestesi tekanan balon

dihitung kembali dan menghasilkan tekanan yang sama pada ketiga kelompok

yakni 20cmH2O.

Diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari ketiga

kelompok pembanding dalam mengatasi komplikasi penggunaan ETT. Adapun

lidocaine didapatkan efektif dalam meringankan gejala batuk ringan pada pasien

dengan ETT dan dexamethasone berperan efektif dalam menurunkan batuk berat.

Ketiga grup berperan dalam menurunkan gejala dan menunjukan kepuasan pada

pasien dengan ETT dalam 24 jam setelah pemasangan. Adapun lidocaine lebih

dapat ditoleransi oleh ETT.

Penelitian Kee, et al 2013 membandingkan tiga kelompok yakni kelopok

pertama menggunakan udara yang dimasukkan kedalam kedalam intra-cuff dan

dihitung tekanan udara balon 20cmH2O sampai tidak terdengar kebocoran.

Kelompok kedua menggunakan dexamethasone 2 ml (8mg) dan kelompok ketiga

lidocaine (lignocaine) 2ml/ 2% yang masing-masing ditambahkan normal saline

2-3 ml dan dihitung tekanan udara balon 20cmH2O sampai tidak terdengar

kebocoran.

Ketiga kelompok diatas dexamethasone dan lidocaine diketahui dapat

menurunkan efek samping ETT seperti batuk, parau, meningkatkan istirahat dan

kenyamanan, mengurangi sakit di tenggorakan akibat penggunaan ETT. Pada

kelompok yang menggunakan udara pada intra-cuff diketahui bahwa terjadi

peningkatan tekanan cuff yang disebabkan oleh akumulasi nitrogen oksida

selama operasi berlangsung.


Dexamethasone merupakan jenis kortikosteroid yang memiliki efek

analgesik, anti-inflamasi, dan anti-emetik. Ada kemungkinan terjadinya difusi

dexamethasone melalui cuff ETT dan menimbulkan reaksi terhadap mukosa

trakea dan menurunkan proses inflamasi, sampel darah vena dapat menunjukkan

adanya difusi dari dexamethasone dan lidocaine. Lidocaine diperkirakan berdifusi

dan menimbulkan efek anestesi lokal pada mukosa trakea dan menurunkan reaksi

iritasi pada reseptor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dexamethasone efektif

emnurunkan efek parau dan lidocaine dipercaya dapat meningkatkan waktu

istirahat pasien dengan ETT.

Pada pasien dengan penggunaan alat bantu nafas seperti ventilator

penggunaan ETT didapatkan memanjang lebih dari 48 jam. Penggunaan ETT

dalam jangka waktu lama menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Terjadi

peningkatan sekresi sekret, batuk yang semakin memperburuk keadaan dapat

terjadi. Lidocaine memiliki daya absorbsi yang cepat di trakeobronkial mukosa,

penggunaan lidocaine secara IV menimbulkan efek sistemik yang baik pada ETT

namun efek anestesi dapat meluas dan menurunkan kesadaran oleh karena itu

penggunaan lidocainde dengan sodium bikarbonat di intra-cuff memberikan efek

lokal yang baik pada penggunaan ETT (Sobhy, 2014).

Pada penelitian Sobhy, 2014 dijelaskan bahwa kelompok dengan lidocaine

2% dan sodium bicarbonate 8.4% dengan rasio perbandingan 1:1 ml ditemukan

bahwa 24 jam pertama penggunaan lidocaine dapat menurunkan 30% penggunaan

anestesi propofol dan fentanyl. Selain itu, lidocaine dapat menurunkan frekuensi

dan kerasnya batuk, meningkatkan istirahat akibat suction berlebihan,


menurunkan pemakaian anestesi pada pasien dengan ventilasi mekanik,

meningkatkan sinkronasi pasien-ventilator. Tekhnik ini dapat digunakan pada

pasien dengan gangguan kardiovaskular, intrakranial atau intraokular hipertensi

atau pasien dengan hiperaktif penyakit pulmonal.


BAB III

PEMBAHASAN

Ruang perawatan intensif khususnya dibagian Cardiac Intensive Care Unit

(CICU) beberapa diantara pasien dengan perawatan intensif mengalami

penurunan kesadaran dan kemampuan mempertahankan asupan oksigen sehingga

dilakukan pemasangan ETT, selain itu terdapat dua ruangan khusus yang

digunakan untuk pasien post-operasi penyakit jantung menggunakan ETT dan

mesin ventilator dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Keluhan yang sering muncul ketika efek anestesi mulai hilang adalah rasa

kering dan sakit di tenggorokan, selain itu usaha untuk melakukan ekstubasi

spontan bisa dilakukan pasien karena merasa tidak nyaman dengan penggunaan

ETT tersebut sehingga seringkali pasien diberikan obat-obatan penenang yang

dapat memperlama masa penggunaan ventilasi mekanik. Intubasi atau

pemasangan Endotracheal Tube (ETT) perlu pengelolaan efek samping yang

membantu klien untuk tetap dalam keadaan prima dan terlepas dari anestesi yang

berkepanjangan akibat ketidakyamanan ETT dan mesin ventilator.

Penggunaan udara sebagai pengisi intra-cuff ETT masih ditemukan di

ruangan, analisa jurnal ini dapat menjadi referensi dan pertimbangan dalam

melaksanakan pengelolaan efek samping ETT dan upaya menurunkan anestesi

dari pasien.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pengelolaan efek samping penggunaan Endotracheal Tube (ETT) pada

pasien dengan bantuan mesin ventilator dapat dilakukan dengan memberikan

obat-obatan tertentu melalui intra-cuff ETT seperti : lidocaine 2% ditambah

sodium bikarbonat 8.4% dengan rasio 1:1 ml.

B. Saran

Perawat di intensif care unit memiliki peranan penting dalam

meningkatkan kenyamanan pasien dengan penggunaan ETT baik post operasi

maupun pasien dengan dukungan mekanik ventilator. Intervensi keperawatan

dapat berupa tindakan mandiri, kolaborasi dan edukasi. Pengelolaan efek

samping ETT dapat menjadi pilihan intervensi kolaborasi perawat diruang

intesif care.
DAFTAR PUSTAKA

Kee, Kep W, Nadia MN, Melvin K, et al. 2013. Post-Intubation Airway


Related Adverse Effect: A Comparison Between Intra-Cuff
Dexamethasone and Intra-Cuff Alkalinized Lignocaine. Journal of
Surgical Academia 2013;3(2):26-31
Reza, Mohammad Rafiei, Nahid Arianpour, et al. 2012. Effects of Intracuff
Dexamethasone on Post-Extubation Reactions. Journal of Research in
Medical Sciences/ April-2012
Sobhy, Ahmad Basuni. 2014. Intracuff Alkalized Lidocaine Reduces
Sedative/ Analgesic Reuirements for Mechanically Ventiated Patients.
Saudi Journal of Anesthesia Vol.8, Issue 4 October-December 2014

Anda mungkin juga menyukai