Anda di halaman 1dari 5

Prinsip VIII: Standar hidup suatu negara bergantung pada kemampuan memproduksi

barang dan jasa


Contoh: Fakta menunjukkan perbedaan standar hidup yang cukup mencolok antarnegara
yang ada di dunia. Bank Dunia membagi tingkat pendapatan suatu negara menjadi Low
Income (LIC) untuk di bawah $785, Lower Middle Income (LMC) untuk $766-$3035, Upper
Middle Income (UMC) untuk $3036-$9385, dan High Income untuk di atas $9386. Indonesia
sendiri terletak pada tingkatan LMC. Perbedaan tingkat pendapatan mengakibatkan pula
perbedaan standar hidup: kepemilikan akan barang-barang elektronik, akses layanan
pendidikan dan kesehatan, ketersediaan nutrisi, hingga tingkat harapan hidup (life
expectancy). Faktor apa yang menjadi penentu tingkat standar hidup suatu negara?
Produktivitas, yaitu jumlah barang dan jasa yang diproduksi tiap satu jam kerja. Semakin
produktif masyarakat suatu negara, semakin besar kemampuan mereka menikmati standar
hidup yang lebih baik. Konsep produktivitas dan standar hidup ini akan berdampak pula pada
kebijakan publik. Kebijakan publik yang bertujuan meningkatkan standar hidup masyarakat
harus mampu menjawab pertanyaan kunci, ‘bagaimana meningkatkan produktivitas
masyarakat?’Untuk itu, diperlukan pendidikan yang baik, fasilitas yang memadai, kebijakan
yang tepat dan dukungan teknologi yang mumpuni.
Prinsip IX: Harga akan naik ketika pemerintak mencetak terlalu banyak uang
Tingginya tingkat peredaran uang akibat dari tingginya produksi uang itu sendiri,
menyebabkan nilai dari uang tersebut menjadi semakin kurang berharga yang berdampak
pada terjadinya inflasi. Sehingga harga barang naik karena niali dari uang tersebut menurun.
Contoh: Mungkin kalian masih ingat dengan inflasi gila-gilaan–disebut juga hiperinflasi–di
Zimbabwe, sampai-sampai terbit duit kertas bertuliskan 10 milyar. Kini, setelah mengalami 3
kali devaluasi–penurunan nilai mata uang–sejak 2006, dolar Zimbabwe dinyatakan tidak
berlaku, alih-alih mata uang internasional lah yang berlaku di negara tersebut. Tahukah kalian
apa penyebab inflasi? Secara umum, inflasi atau kenaikan tingkat keseluruhan harga
disebabkan terutama oleh jumlah uang yang beredar di masyarakat.Seperti di Jerman periode
awal 20an di mana harga-harga naik 3 kali lipat tiap bulannya, jumlah uang tercatat
meningkat 3 kali tiap bulannya.
Prisip X: Masyarakat menghadapi tarik-ulur jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran
Meskipun dalam jangka panjang inflasi merupakan efek utama dari jumlah uang beredar,
dalam jangka pendek mencetak uang banyak-banyak malah bisa
mengurangi pengangguran.Lho?Berikut alur analisisnya.Peningkatan jumlah uang beredar
dapat menstimulasi kemampuan belanja sehingga tingkat permintaan pun meningkat.
Kenaikan tingkat permintaan memang berpotensi menaikkan harga, akan tetapi ia juga akan
menarik minat pengusaha untuk meningkatkan produksi barang dan jasa untuk memenuhi
permintaan tersebut. Untuk itu, diperlukan lebih banyak pekerja. Secara umum lapangan
pekerjaan akan meningkat dan pengangguran pun menurun. Jadi, dalam skala keseluruhan
ekonomi terdapat pula tarik-ulur (trade off), yaitu antara inflasi
dan pengangguran.Para penentu kebijakan dapat memanfaatkan tarik-ulur jangka pendek ini
untuk menentukan kombinasi inflasi dan pengangguran yang dirasa ‘pas’.Caranya dengan
mengatur pengeluaran pemerintah, tingkat pajak dan jumlah pencetakan uang.Hal ini, tentu
saja, menjadi subjek perdebatan yang tidak pernah berhenti.
Contoh: Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat
berlangsung menahun. Dinegara tertentu meningkatnya inflasi akan mengurangi
pengangguran. Namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi di Indonesia. Kenapa?
(Source: kliksorminlab.wordpress.com)

https://dewihanifatul96.wordpress.com/prinsip-ekonomi-beserta-contohnya/
PRINSIP EKONOMI 8: STANDAR HIDUP SUATU NEGARA BERGANTUNG PADA
KEMAMPUANNYA MENGHASILKAN BARANG DAN JASA

Perbedaan standar hidup di berbagai negara sangatlah mengagetkan. Pada tahun 2000, warga
AS rata-rata memiliki penghasilan sebesar $34.100 per tahun. Pada tahun yang sama, warga
Meksiko rata-rata berpenghasilan $800 setahun. Tidaklah aneh jika variasi yang sangat besar
dalam pendapatan rata-rata ini tercermin pada berbagai ukuran kualitas hidup. Penduduk
negara-negara dengan pendapatan tinggi memiliki lebih banyak pesawat televisi, mobil,
layanan kesehatan yang lebih baik, dan usia harapan hidup yang lebih panjang daripada
penduduk di negara-negara yang berpendapatan rendah.

Perubahan dalam standar-standar hidup dari waktu ke waktu pun cukup besar. Di AS
pendapatan (dalam catatan sejarah) tumbuh 2 persen per tahun (disesuaikan dengan
perubahan biaya hidup). Dengan tingkat pertumbuhan seperti ini, pendapatan rata-rata
menjadi dua kali lipat setiap 35 tahun sekali. Sepanjang abad yang lampau, pendapatan rata-
rata telah meningkat delapan kali lipat.

Apa yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara satu standar hidup
dengan standar hidup lain di berbagai negara dan sepanjang waktu? Jawabannya ternyata
sangat sederhana. Hampir semua variasi antara standar-standar hidup dapat dikaitkan dengan
perbedaan produktivitas (produktivity) negara-negara, yaitu besarnya jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan dari satu jam kerja seorang pekerja. Di negara-negara di mana pekerja dapat
menghasilkan jumlah barang dan jasa yang banyak per satuan waktu, sebagian besar
masyarakatnya menikmati standar hidup yang tinggi. Di negara-negara yang pekerjanya
kurang produktif, kebanyakan masyarakat nya terpaksa ikut hidup sederhana. Begitu juga,
tingkat pertumbuhan produktivitas suatu negara menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan
rata-ratanya.

Hubungan yang mendasar antara produktivitas dan standar hidup sebenarnya sederhana,
namun implikasinya sangat lah besar. karena produktivitas adalah aspek primer yang
berpengaruh terhadap standar hidup, penjelas-penjelas yang lain sifatnya sekunder. Sebagai
contoh, peningkatan standar hidup kaum pekerja AS selama satu abad yang lampau dapat
dikaitkan dengan solidnya perserikatan buruh atau adanya undang-undang yang mengatur
kesejahteraan pekerjanya, misalnya aturan upah minimum. Namun, hal yang paling
berdampak bagi mereka adalah produktivitas mereka yang meningkat. Sebagai contoh lain,
beberapa orang mengatakan bahwa meningkatnya kemampuan kompetisi Jepang dan negara-
negara lain menjadi alasan mengapa pertumbuhan pendapatan di AS selama tahun 1970-an -
1980-an sangatlah lamban. Namun, lagi-lagi hal yang paling berdampak bukanlah kompetisi
dari luar, melainkan berkurangnya pertumbuhan produktivitas di AS.
Hubungan produktivitas dan standar hidup punya dampak yang besar dan penting bagi
kebijakan publik. Ketika dihadapkan pada pertanyaan bagaimana suatu kebijakan dapat
mempengaruhi standar hidup, inti dari pertanyaan itu sebenarnya adalah bagaimana kebijakan
tersebut mempengaruhi kemampuan kita untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk
meningkatkan standar hidup, para pembuat kebijakan harus meningkatkan produktivitas
dengan cara memastikan bahwa para pekerja nya terdidik baik, memiliki peralatan yang
diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa, serta memiliki akses ke teknologi terbaik
yang tersedia.

PRINSIP EKONOMI 9: HARGA-HARGA MENINGKAT JIKA PEMERINTAH MENCETAK


UANG TERLALU BANYAK

Di Jerman, pada bulan Januari 1921, harga koran adalah 0,3 mark. Kurang dari dua tahun
kemudian, bulan November 1922, harga koran yang sama adalah 70 juta mark. Semua harga
lainnya dalam perekonomian Jerman di masa itu meningkat dalam jumlah yang sama besar.
Periode ini adalah salah satu contoh terjadinya inflasi (inflation) yang paling spektakuler
sepanjang sejarah, ketika semua harga secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Meskipun AS belum pernah mengalami inflasi yang mirip dengan yang terjadi di Jerman
tahun 1920-an, pada beberapa waktu inflasi telah menimbulkan banyak masalah
perekonomian. Sepanjang tahun 1970-an, misalnya, tingkat harga secara keseluruhan telah
meningkat lebih dari dua kali lipat, dan Presiden Gerald Ford menyebut inflasi sebagai
"musuh rakyat nomer satu." Bandingkan dengan tingkat inflasi di tahun 1990-an yang hanya
sebesar 3 persen per tahun; dengan tingkat seperti ini, perlu waktu setidaknya 20 tahun untuk
harga-harga menjadi dua kali lipat. Karena inflasi yang tinggi menyulitkan rakyat dari
berbagai segi, menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah adalah salah satu tujuan para pembuat
kebijakan perekonomian di seluruh dunia.

Apa yang menyebabkan inflasi? Pada hampir setiap kasus tingkat inflasi yang terus-menerus
dan besar-besaran, penyebab nya biasanya adalah hal yang sama, yaitu pertumbuhan jumlah
uang. Ketika pemerintah mencetak uang dalam jumlah yang besar, nilai uang itu sendiri akan
turun. Di Jerman pada awal 1920-an, ketika harga-harga pada umumnya meningkat tiga kali
lipat setiap bulannya, jumlah uang juga meningkat tiga kali lipat setiap bulannya. Sejarah
perekonomian di AS, meskipun tidak sedramatis Jerman, juga membawa kita pada
kesimpulan serupa: Inflasi yang tinggi di tahun 1970-an dikaitkan dengan pertumbuhan
jumlah uang yang cepat, dan inflasi yang rendah di tahun 1990-an dikaitkan dengan
pertumbuhan jumlah uang yang lamban.
http://economics-update.blogspot.com/2016/02/prinsip-ekonomi-9-harga-harga-
meningkat.html

PRINSIP EKONOMI 10: MASYARAKAT MENGHADAPI TRADEOFF JANGKA PENDEK


ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN

Ketika pemerintah meningkatkan jumlah uang di dalam perekonomian, hasilnya adalah


inflasi. Hasil yang lain, setidaknya dalam jangka pendek, adalah tingkat pengangguran yang
lebih rendah. Kurva yang menggambarkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran disebut kurva Phillips (Phillips curve), dinamai sesuai nama seorang ekonom
yang pertama kali meneliti hubungan antara keduanya.

Kurva Phillips hingga sekarang terus menjadi topik yang kontroversial di antara kaum
ekonom, tapi kebanyakan dari mereka setuju bahwa masyarakat menghadapi tradeoff jangka
pendek antara inflasi dan pengangguran. Artinya sederhana: sepanjang periode satu atau dua
tahun, banyak kebijakan ekonomi menekan inflasi dan pengangguran dari arah yang
berlawanan. Para pembuat kebijakan menghadapi tradeoff ini, terlepas dari apakah inflasi dan
pengangguran awalnya berada pada tingkat yang tinggi (seperti di AS pada tahun 1980-an)
atau pada tingkat yang rendah (Seperti di AS pada akhir 1990-an), atau di antara kedua
tingkatan tersebut.

Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat
berlangsung menahun. Oleh karena itu, kurva Phillips penting bagi kita agar bisa memahami
banyak perkembangan di bidang perekonomian. Khususnya, kurva Phillips penting untuk
memahami siklus bisnis (business cycle), fluktuasi yang tidak menentu dan tidak dapat
ditebak dalam kegiatan ekonomi, sebagaimana diukur dari banyaknya orang yang bekerja
atau jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.

Para pembuat kebijakan dapat mengeksploitasi tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran melalui beragam instrumen kebijakan. Dengan mengubah jumlah anggaran
pembelanjaan negara, jumlah nilai pajak bagi pemerintah, dan jumlah uang yang dicetak,
para pembuat kebijakan dapat mempengaruhi dampak kombinasi inflasi dengan pengagguran
yang sedang dialami perekonomian suatu negara. Karena instrumen-instrumen pembuat
kebijakan moneter dan fiskal memiliki kekuatan potensial yang besar, maka bagaimana
instrumen-instrumen tersebut dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk
mengendalikan perekonomian selalu menjadi topik yang akan mengundang perdebatan.

http://economics-update.blogspot.com/2016/02/prinsip-ekonomi-10-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai