Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI SOLID

EVALUASI GRANULASI BASAH

DISUSUN OLEH:

DESMITA ROZANNA (174840105)


NOVIA ANDINI (174840117)
TRI RIZKI PERTIWI (174840126)

DOSEN PENGAMPU:
LANA SARI, M.Sc., Apt

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “EVALUASI
GRANULASI BASAH” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah jauh dari kata sempurna. Penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman satu kelompok yang
telah membantu dalam mengerjakan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan
dan kekurangan ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat pada semua
pihak.

Pangkalpinang, 7 Febuari 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................. 5
1.3 Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ………………………..…….. 6
2.2 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal………………………...…….. 6
2.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal …………………………..……… 7
2.3 Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal ………………………………. 8
2.5 Tahapan Perkembangan Komunikasi Interpersonal …………..……. 9
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal…………… 11
2.7 Hambatan Komunikasi Interpersonal ……………………………… 12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Contoh Komunikasi Intra Personal antara ………………………….. 14
Farmasi dengan Dokter
3.2 Contoh komunikasi intra personal antara ………………………….. 15
farmasi dengan pasien
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17
3.2 Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan,
dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengancara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam
lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak
diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam
formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan
lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan
penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain. Selain
mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang
umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan
yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan
mampu melepaskan obat dalamkeadaan relatif konstan pada jangka
waktu tertentu. Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet
maka diperlukan serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan
tersebut.
Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui
karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameter-
parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui. Untuk itu
dilakukanlah evaluasi untuk mengetahui hasil dari sediaan yang dibuat
sesuai kriteria atau tidak.

1.2. TUJUAN
1. Dapat mengetahui cara evaluasi sediaan granulasi basah
2. Dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi evaluasi dari granulasi basah.
3. Dapat mengetahui cara penanganan hal-hal yang mempengarhui granulasi
basah.

1.3. MANFAAT
1. Menambah wawasan tentang evaluasi sediaan granulasi basah..
2. Menambah wawasan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah.
3. Dapat menambah keterampilan dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian tablet


Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1994).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat
serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan
tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke
dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari
cetakan dan dibiarkan sampai kering. (Wade,1994).

2.2. Kriteria tablet


Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
2. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
3. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
4. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
5. Bebas dari kerusakan fisik
6. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
7. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
8. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku. (Wade,1994).
2.3. Keuntungan dan kerugian tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,


yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
(Wade,1994).
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan, antara lain :
- Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
- Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif
yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang
paling rendah;
- Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
- Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
- Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
- Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
- Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;
tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
- Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi;
- Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
- Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang
tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
- Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya lebih rendah;
- Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
- Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Wade,1994).
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai
beberapa kerugian, antara lain :
- Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
- Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet (Wade,1994).

2.4 Evaluasi sediaan granulasi basah

Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum, selama
dan setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan (in process
control/IPC), meliputi antara lain : (Arief,2004).
Pemeriksaan Sebelum tabletting :
- Kualitas formulasi bahan yang dipakai
- Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah proses
pencampuran
- Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi ukuran partikel
dan kompressibilitas

Pemeriksaan Selama dan setelah tabletting :


- Penampilan Umum (organoleptis)
Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran (panjang, lebar,
diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik, dan
tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb), bau, ciri-ciri khas lainnya
- Keseragaman kadar zat aktif
Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan monografi masing-
masing bahan
- Keragaman Bobot
Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan standard deviasi
relatif (RSD).
Syarat :
Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %
Tablet dengan bobot 130 – 324 mg, max RSD 7,5 %
Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%
- Kekerasan tablet (Hardness)
Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya mengatur tekanan
yang dibutuhkan untuk memecah satu tablet yang diletakkan dalam alat
tersebut Gunanya untuk mengetahui ketahanan tablet bila mengalami benturan
selama proses pengemasan dan transportasi. Tablet yang baik kekerasan : min
4 kg
- Kerapuhan Tablet (friability)
Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya dengan mengukur
prosentase susut berat tablet setelah diputar dalam alat tersebut selama 4 menit
(rpm 25) atau 100 putaran.
- Waktu Hancur (disintegration time)
Ditentukan dengan alat Disintegration tester, prinsipnya sejumlah tablet (6
tablet) dimasukkan dalam air atau medium lain dengan suhu 37oC, dinaik-
turunkan, diukur waktunya sampai semua tablet hancur. Syarat : jika tidak
disebutkan lain , tidak boleh lebih dari 15 menit
- Kecepatan Kelarutan (dissolution)
Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya mengukur laju
pelepasan obat pada media air atau media lain yang sesuai. Digunakan sebagai
dasar menghuji kemanjuran suatu obat secara in vitro (bioavaibilitas). Terdapat
2 metode/alat pengujian disolusi obat.
- Alat 1
Tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yg diikatkan pada
bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada sebuah motor yg
kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium
disolusi, suhu labu dipertahankan 37oC + 0,5oC, kemudian cairan sampel
diambil pada selang waktu tertentu untuk menentukan jumlah bahan obat
yang terlarut
- Alat 2
Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal/dayung
(paddle) yang berbentuk pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk.
(Arief,2004).

Alat Uji Friabilitas & abrasi Tap Density tester


Alat LOD test Hardness tester

Alat Uji Laju Alir Alat Uji Waktu Hancur

Jangka sorong Mesin cetak tablet single-punch

Spatel
Timbangan

2.5. Prosedur
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pembuatan
granul. Dalam pembuatan granul yang pertama dilakukan adalah pengayakan
bahan-bahan yang akan digunakan. Acetaminofen sebanyak 250 gram ditimbang,
dikaliumfosfat sebanyak 30 gram ditimbang, amylum maydis sebanyak 40 gram
ditimbang. Bahan yang telah diayak dan ditimbang dimasukan ke dalam plastik
lalu ditutup dan dikocok. Setelah itu panaskan air 100 ml.
Setelah diayak, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan jumlah yang
diperlukan untuk pembuatan fase dalam, dicampur hingga homogen. Sementara
itu, dilakukan pembuatan pasta Na-CMC. Pasta amprotab dibuat dengan
melarutkan Na-CMC dalam air panas dan diaduk hingga terbentuk pasta (gel)
yang bening. Setelah diperoleh massa yang bening, diaduk hingga warna merata.
Pasta Na-CMC ditambahkan sedikit- demi sedikit ke dalam campuran
acetominofen, dikaliumfosfat, amylum maydis. yang telah homogen. Penambahan
pasta Na-CMC dilakukan sambil diaduk hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal. Diayak dengan mesh 10 hingga terbentuk granul. Granul dikeringkan
selama 24 jam. Setelah kering, granul diayak kembali dengan mesh 14. Pasta Na-
CMC yang digunakan 298,8-204,5 = 94,3 gram, banyaknya Na-CMC yang
digunakan untuk membuat granul yaitu 5% x 94,3 = 4,715 gram. Setelah
terbentuk granul dilakukan pengujian :
1. Uji LOD
Uji LOD dilakukan terhadap granul yang belum ditambahkan dengan fase
luar. Granul diletakkan pada wadah alat uji LOD sebanyak 10 gram,
kemudian ditekan tombol start hingga muncul tanda rest over. Lalu dilihat
nilai persen kadar airnya.
2. Uji Laju Alir
Granul ditimbang sebanyak 20 gram. Disiapkan alat untuk menentukan
kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat, pastikan bawah alat (berupa
corong) telah tertutup rapat dan beri alas berupa kertas pada bagian bawah
alat untuk membuat plot diameter yang berbentuk. Lalu dimasukkan ke
dalam wadah berbentuk corong terbalik dan dibuka penutupnya.
Stopwatch dinyalakan, lalu diukur tinggi, diameter dan tumpukan granul.
Hasil waktu dicatat, dan prosedur ini diulang sebanyak 3 kali.
3. Uji kompresibilitas
Uji kompresibilitas dilakukan dengan cara menimbang granul sebanyak 20
g. granul yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur
bervolume besar. tinggi awal granul dicatat, kemudian gelas ukur diketuk-
ketukkan dengan kecepatan konstan menggunakan tap density tester.
Tingginya kemudian diukur lagi dan dicatat. Dihitung persen
kompresibilitasnya.
Bahan-bahan untuk pembuatan fase luar seperti acetominofen,
dikaliumfosfat, amylum maydis ditimbang dan dicampurkan dengan fase
dalam hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pencetakan tablet dengan
menggunakan mesin cetak tablet single punch. Granul dicetak menjadi tablet
dengan range berat ± 5% dari berat teoritis dan kekerasan 7-10% dari 70N.
Tiap tablet yang dicetak diambil 1 tablet untuk uji berat tablet & kekerasan.
Jika tidak sesuai dengan rencana formulasi, punch pada alat pencetak tablet
diatur lagi hingga diperoleh berat dan kekerasan yang sesuai. Setelah
diperoleh berat dan kekerasan yang sesuai, tablet dicetak secara otomatis.
Tablet kemudian dievaluasi sesuai dengan standar Quality Control :
1. Keseragaman bobot dan ukuran
Dalam pengujian keseragaman bobot dan ukuran ini diambil sampel
sebanyak 20 tablet, ditimbang beratnya menggunakan timbangan analistis.
Hasil penimbangan dicatat. Kemudian diukur diameter dan tebal dari tiap
tablet dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran dicatat dan
kemudian dihitung rata-ratanya.
2. Uji Friabilitas
Timbang tablet 6,5 gram, drum putar dilepaskan dari mesinnya dengan
cara melonggarkan sekrup. tablet yang akan diuji dimasukkan ke dalam
drum putar, pasang kembali drum putar ke mesinnya dan kencangkan
sekrup. Kecepatan putaran diatur per menit dengan memutar tombol putar
“SPEED”. Untuk mengatur waktu putaran gunakan tombol putar hitam.
Kemudian mesin dinyalakan dengan menekan tombol “MAIN SWITCH”
dan lampu menyala. Setelah pengujian selesai mesin dimatikan dengan
menekan kembali tombol “MAIN SWITCH” dan lampu mati. Setelah itu
lepaskan drum putar dari mesin dengan melonggarkan sekrup, tablet
dibuang dan drum putar dibersihkan menggunakan kuas. Setelah selesai
massa tablet ditimbang kembali.
3. Uji Waktu Hancur
Alat dinyalakan dengan menekan tombol MAIN SWITCH. Suhu diatur
hingga 37 ± 2 ºC dengan menekan tombol HEATER. Kemudian enam
tablet yang akan diuji dimasukkan ke dalam keranjang (sumur-sumur)
pada alat dan cakram dimasukkan di atas masing-masing tablet dengan
posisi yang sama. Lalu keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass
ukuran 1 Liter yang berisi aquades yang telah dipanaskan sampai suhu 37
± 2 ºC. Penutup lubang alat uji waktu hancur dibuka dan masukkan beaker
glass ke dalam alat dan gantungkan keranjang pada gantungan logam,
kemudian nyalakan alat dengan menekan tombol START sambil
menghitung waktu. Pengujian dihentikan saat semua tablet hancur
sempurna. Matikan alat dengan menekan tombol START, HEATER,
MAINSWITCH. Hasil waktu dicatat.
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dilakukan dengan memilih secara acak 20 buah tablet,
kemudian diuji satu persatu dengan alat Hardness Tester. Tombol diputar
ke posisi “EINS” dan lampu penunjuk kekerasan menyala. Jarum
penunjuk kekerasan diperiksa ada di titik nol atau tidak. Bila belum tekan
tombol . Tablet diletakkan vertikal dan tepat di tengah – tengah jarum
penekan. Tablet yang digunakan sebanyak 20 buah. Dudukan tablet
dinaikkan dengan memutar sekrup di bawahnya sampai tablet menekan
jarum penekan dan lampu “stop” menyala. Lalu tombol  ditekan, jarum
penunjuk skala bergerak dan berhenti saat tablet pecah dan menunjukkan
angka unit kekerasan dengan skala Newton. Lampu “stop” padam. Dan
tombol  ditekan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol.
Hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Evaluasi dari granulasi basah meliputi uji keseragaman bobot, uji
keseragaman bentuk dan ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas & friksibilitas,
dan uji waktu hancur.
2. Hal-hal yang mempengaruhi proses evaluasi adalah
3. Hal-hal yang dapat diperbaiki apabila

3.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami tentang konsep management
secara umum dan kefarmasian serta dapat memberikan kritik dan sarannya agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI-
Press. Jakarta
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta
Martindale The Extra Pharmacopoeia, Twenty-Eight Edition. 1982. The
Pharmaceutical Press. London
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical
excipients, Ed II. The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical
Sciences. London

Anda mungkin juga menyukai