Anda di halaman 1dari 12

Pengertian dan Definisi Koagulasi.

Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan


menjadi gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan
kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk
padatan lunak ataupun keras seperti gel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) definisi
koagulasi adalah suatu kata yang berhubungan dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau
padat, baik secara keseluruhan ataupun sebagian cairan sebagai akibat dari perubahan kimiawi.
Contoh koagulasi yang paling mudah adalah mengeraskan telur saat di panaskan,
menggumpalnya darah saat mengalir keluar dari tubuh, pengerasan yang terjadi pada
protoplasma, menggumpalnya susu yang basi, dll.

Pengertian dan definisi Koagulasi


Peristiwa Koagulasi seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita memasak,
membuat adonan, terkadang tanpa kita sadari seringkali benda-benda itu mengalami koagulasi
baik karena peristiwa fisika maupun kimia. Seperti saat kita membuat tahu, proses
penggumpalan susu kedelai sehingga menjadi gumpalan-gumpalan kecil sebelum kemudian di
press sehingga berbentuk menjadi tahu yang kita kenal, merupakan suatu proses koagulasi.

Dalam ilmu kimia, koagulasi selalu berhubungan erat dengan sistem koloid. Dalam ilmu
kedokteran, koagulasi biasanya berkaitan dengan darah. Dalam kuliner, koagulasi yang terkenal
dan merupakan contoh paling mudah adalah pengerasan yang terjadi pada telur saat di rebus
ataupun di goreng. Koagulasi tidak terjadi dengan sendirinya. Tetapi ada faktor-faktor yang
menyebabkan koagulasi itu terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan proses koagulasi
antara lain adalah:

 Pemanasan, contohnya: santan yang di panaskan.


 Penambahan koagulan, contohnya pada pembuatan tahu
 Aktivitas mikroba atau enzim, contohnya pada susu yang basi, dll.

http://www.kamusq.com/2014/02/koagulasi-adalah-pengertian-dan-definisi.html
PROSES KOAGULASI DALAM PENGOLAHAN AIR
A. Pengertian Koagulasi
Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam
air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid, sehingga partikel
–partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-flok halus. Koagulasi terpenuhi dengan
penambahan ion-ion yang mempunyai muatan berlawanan dengan partikel koloid. Partikel
koloid umunya bermuatan negatif oleh karena itu ion-ion yang ditambahkan harus kation atau
bermuatan positif. Kekuatan koagulasi ion-ion tersebut bergantung pada bilangan valensi atau
besarnya muatan. Ion bivalen (+2) 30-60 kali lebih efektif dari ion monovalen (+1). Ion trivalen
(+3) 700-1000 kali lebih efektif dari ion monovalen.
B. Proses Koagulasi
Pada proses koagulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu :
1. Penambahan koagulan Aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O) dan
2. Pengadukan campuran koagulan-air umpan, yang terdiri dari,
a) Pengadukan cepat
Pengadukan cepat (Rapidmixing) merupakan bagian integral dari proses Koagulasi.
Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia
melalui air yang diolah, serta untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-partikel
koloid, dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan bertumbukan satu sama
lain
b) Pengadukan pelan.
Pengadukan pelan ini bertujuan menggumpalkan partikel-partikel terkoagulasi berukuran
mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi/
berkumpul dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya (Duliman, 1998). Setelah pengadukan
pelan selesai flok-flok yang terbentuk dibiarkan mengendap. Setelah proses pralakuan koagulasi-
selesai, derajat keasaman (pH) air umpan mikrofiltrasi akan turun. Selanjutnya air umpan jernih
hasil koagulasi dialirkan ke reservoir kedua agar terpisah dari endapan - endapan yang terbentuk.
Air inilah yang kemudian akan diumpankan pada proses mikrofiltrasi oleh membran.
Pada proses koagulasi, juga dibagi dalam tahap secara fisika dan kimia.
1. Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti:
a. Pemanasan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-
molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan
koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh:darah
b. Pengadukan, contoh: tepung kanji
c. Pendinginan, contoh: agar-agar
2. Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid
bersifat netral, yaitu:
a. Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini
mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
b. Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung
lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan
menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya
tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
c. Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel
koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari
elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari
elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas merupakan daya
tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip). Beberapa
gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jika partikel-partikel mempunyai muatan
yang sejenis.
2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi).
3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi


a. Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu air
diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah dan
merubah pembubuhan dosis koagulan.
b. Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum. Untuk
tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
c. Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya efektivitas
daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.
d. Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh anion lebih
bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan
pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
e. Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya pada
tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi
apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok kurang
efektif.
f. Dosis koagulan
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi sangat tergantung dari dosis
koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan
maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
g. Kecepatan pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam pengadukan hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar merata, sehingga semua
koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau ion-ion yang berada
dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila
pengadukan terlalu lambat mengakibatkan lambatnya flok terbentuk dan sebaliknya apabila
pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk
h. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air. Alkalinitas
dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.

fitriaandriani27.blogspot.co.id/2016/11/proses-koagulasi-dalam-pengolahan-air.html

Koagulasi-Flokulasi dalam Pengolahan Air Minum


Untuk menjelaskan apa itu Koagulasi-Flokulasi penulis akan memberikan beberapa gambaran mengenai
proses ini dalam kehidupan sehari-hari. pernahkan pembaca melihat proses pembuatan agar-agar? jika
iya maka apa yang mereka lakukan untuk membuat agar-agar tersebut?. pastilah langkah pertama untuk
membuatnya kita memanaskan air terlebih dahulu setelah itu si pembuat akan memasukkan semacam
serbuk untuk membuat agar-agar tersebut. kemudian campuran air dan serbuk agar-agar tersebut
diaduk. Proses pengadukan dilakukan sampai dirasa seluruh serbuk tercampur atau terlarut dengan
sempurna. Kemudian larutan tersebut didinginkan sampai beberapa saat kemudian akan terbentuk
agar-agar yang kenyal dan dapat kita perhatikan juga bahwa seluruh air kini telah menjadi agar-agar.

jika kita amati proses pembuatan agar-agar tersebut kita dapat mengambil beberapa tahapan dalam
pembuatan agar-agar tersebut:

1. proses pemanasan dimana proses ini bertujuan untuk menciptakan kondisi dimana serbuk agar-
agar dapat terlarut dengan lebih mudah.
2. proses penambahan koagulan yang berupa serbuk.
3. proses pengadukan yang bertujuan untuk mendispersikan koagulan dalam air.
4. proses pendinginan dimana pada proses ini ada proses terbentuknya agar-agar atau flok

pembuatan agar-agar merupakan salah satu contoh proses koagulasi flokulasi. Penerapan proses
koagulasi-flokulasi ini salah satunya adalah pada proses pengolahan air minum dimana proses ini adalah
proses fisik-kimiawi. dinamakan proses fisik karena pada dasarnya ada proses pengadukan untuk
mendispersikan atau mencampurkan inti flok dalam hal ini adalah koagulan secara merata ke dalam air
yang akan diolah. dikatakan proses kimiawi karena adanya penambahan zat kimia yaitu koagulan
kedalam air yang akan diolah. Proses koagulasi-flokulasi bertujuan untuk menghilangkan atau mengurasi
jumlah padatan tersuspensi dalam air dalam hal ini kita bahasakan sebagai koloid sehingga kadar
padatan tersebut memenuhi baku mutu air minum. Dibawah ini adalah diagram alur proses pengolahan
air minum:

Dapat dilihat dari skema di atas, proses koagulasi-flokulasi merupakan secondary treatment atau
pengolahan tahap kedua dimana pengolahan tahap pertama dari proses pengolahan air adalah
pengendapan padatan pada bak prasedimentasi. Pengendapan padatan pada bak prasedimentasi dan
bak sedimentasi sedikit berbeda untuk jenis padatan yang akan diendapkan meskipun kedua-duanya
sama-sama merupakan proses fisik yaitu memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengendapkan padatan.
Pada bak prasedimentasi padatan yang dapat diendapkan dinamakan partikel diskret yaitu partikel yang
bisa diendapkan secara gravitasi dimana selama proses pengendapan partikel diskret tidak mengalami
perubahan baik dari segi ukuran maupun bentuk partikel selama terjadinya proses pengendapan.
Berbeda dengan bak sedimentasi, partikel yang diendapkan merupakan partikel koloid yang sebelumnya
melalui proses koagulasi-flokulasi sehingga terbentuk flok-flok besar yang mudah untuk diendapkan dan
selama proses pengendapan flok-flok akan mengalami perubahan ukuran masa jenis maupun bentuk
akibat bergabung dengan flok lainnya. Mengapa partikel koloid tidak langsung saja diendapkan dalam
bak sedimentasi?kenapa harus melalui proses koagulasi-flokulasi terlebih dahulu?untuk menjawabnya
maka kita perlu untuk mempelajari apa itu partikel koloid?

Apa itu kolid?

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang
berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5
cm ).

Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah
campuran homogen zat padat dan zat cair.
Kenapa partikel kolid cenderung stabil?

Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami . Hal ini karena adanya stabilitas
suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:

 Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya
tergantung pada jarak antar keduanya.

 Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid pada keadaan
yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik umumnya bermuatan
positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif. Kestabilan koloid
terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang sama. Gaya ini dikenal
sebagai zeta potensial.

 Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh kecilnya
massa partikel.

Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut nilainya makin
mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua gaya tersebut umumnya
menghasilkan gaya tolak yang lebih besar. Hal ini menyebabkan partikel dan koloid dalam keadaan
stabil. Dibawah ini merupakan grafik yang menunjukkan gaya-gaya yang terjadi pada koloid:
Dapat kita lihat dari grafik tersebut bahwa semakin jauh jarak sebuah partikel koloi terhadap partikel
lainnya menyebabkan peningkatan gaya tarik yang diakibatkan oleh gaya van der waals sedangkan gaya
tolak akan semakin turun seiring dengan bertambahnya jarak dan jika gaya tarik tarik lebih besar dari
gaya tolaknya dapat dimungkinkan terjadinya proses penyatuan.

untuk lebih mempermudah memahami grafik tersebut mari kita analogikan dengan dua buah magnet
yang saling dihadapkan kutubnya yang sama misalnya antara sesama kutub selatan. kemudian kita
dekatkan masing-masing magnet satu sama lain. Magnet tentunya akan saling tolak-menolak dan
semakin kita dekatkan maka gaya tolaknya akan semakin besar dan saat kita jauhkan secara perlahan
maka gaya tolak akan perlahan-lahan berkurang juga. Hal seperti itulah yang terjadi pada koloid
kestabilan koloid juga salah satunya karena muatannya antara koloid yang satu dan yang lainnya sama.
Kolid dapat bermuatan hal ini dapat terjadi akibat kolid dimana pukuran partikelnya yang kecil memiliki
kecenderungan untuk menyerap air maupun muatan disekelilingnya sehingga muatannya akan sama
dengan sekelilingnya dan dapat kita prediksi bahwa jika antar partikel koloid didekatkan maka kedua
partikel pastilah tolak-menolak. Kondisi tersebut menyebabkan koloid menjadi sulit diendapkan secara
alami. Berikut disajikan tabel kecepatan beberapa partikel untuk mengendap secara alami:

Koagulasi-Flokulasi
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa partikel koloid bersifat stabil sehingga sulit
untuk diendapkan secara alami. Andaikan pada proses pengolahan air minum dilakukan pengendapan
secara alami untuk menurunkan kandungan partikel tersuspensi dalam air tentu kita akan memerlukan
bak sedimentasi yang sangat besar hal ini disebabkan karena untuk mengendapkan partikel kolid
diperlukan waktu yang sangat lama yaitu selama 8 tahun. Mengapa penulis katakan ukuran bak
sedimentasi akan sangat besar, telah kita ketahui bahwa Volume merupakan fungsi dari debit air yang
akan diolah dikalikan dengan waktu detensi atau waktu tinggal yang ditentukan sehingga kadar partikel
kolid dapat diturunkan sehingga dapat sesuai dengan baku mutu air minum.
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak terpisahkan.
Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan
cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel
yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan
negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini
berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif
dari partikel (misal OH- ) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari
koagulan (misal SO4 2- ) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu pembentukan flok serta
penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat
mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok.
Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Berikut ini adalah gambaran dari proses
koagulasi-flokulasi:

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk
cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran
besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi. Koagulan yang banyak digunakan dalam
pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-
pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat
mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan,
padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat
agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan
jar test apparatus untuk mendapatkan kondisi optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu ditambahkan
alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Pada proses penambahan koagulan, pH atau derajat keasaman memegang peranan penting dalam
menentukan efektivitas proses koagulasi-flokulasi selain itu pH juga menentukan kelarutan dari inti flok
dalam hal ini contohnya adalah alum yang memiliki pH optimum berkisar antara 4 sampai dengan 8,
karena pada rentang pH tersebut aluminium hidroksida relatif tidak larut. Selain itu derajat kekeruhan
juga mempengaruhi efektivitas proses ini, jika kekeruhan cukup tinggi dan alkalinitas memenuhi maka
proses ini dapat berjalan dengan baik, namun ada kalanya kekeruhan rendah namun masih melampaui
baku mutu air minum dan alkalinitas cukup, pada kondisi ini proses koagulasi-flokulasi kurang efektif
sehingga pada umumnya jika proses koagulasi-flokulasi dilakukan maka perlu dilakukan penambahan
kekeruhan buatan seperti senyawa silika.

Berikut ini adalah grafik kelarutan Fe(III) pada suhu 25 Celcius.


Berikut ini juga disajikan tabel macam-macam koagulan:

Lumpur yang dihasilkan dalam proses ini yang sudah diendapkan dalam bak sedimentasi umumnya
dapat dimanfaatkan kembali atau diregenerasi dengan cara penambahan asam kuat sehingga terjadi
proses reaksi yang menghasilkan koagulan semula. Contohnya pada proses regenerasi lumpur besi atau
Fe(OH)3 dimana lumpur tersebut akan ditambahkan dengan asam kuat Contohnya adalah H2SO4
sehingga menghasilkan koagulan Fe2(SO4)3 yang bisa dimanfaatkan kembali. Proses regenerasi lumpur
ini sudah banyak diterapkan di banyak negara maju seperti Amerika Serikat yang banyak menggunakan
koagulan Fe sebagai koagulan pada proses koagulasi-flokulasinya. Sedangkan di Indonesia proses
regenerasi tersebut masih belum dilakukan

Anda mungkin juga menyukai