Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

Kepemimpinan adalah proses memimpin, mengatur, menggerakkan dan


menjalankan suatu organisasi, lembaga, birokrasi, dan sebagainya. Dalam
kepemimpinan selalu ada pembagian kekuatan yang tidak seimbang antara
pemimpin dengan yang dipimpin. Oleh karena itu seorang pemimpin harus
memiliki sesuatu yang lebih daripada yang dipimpin, pemimpin adalah teladan,
panutan, yang pantas dicontoh oleh anggotanya. Hindu mengajarkan
dalam Kautilya Arthasastra tentang tujuan proses kepemimpinan sebagai
berikut. “apa yang membuat Raja senang bukanlah kesejahteraan, tetapi yang
membuat rakyat sejahtera itulah kesenangan seorang Raja”. Implikasi dari
pernyataan ini bahwa tujuan dan makna kesuksesan sebuah proses kepemimpinan
adalah apabila tercipta kesejahteraan bagi seluruh anggota organisasi, bahkan
lebih luas adalah kebahagiaan dunia (sukanikang rat).

Adapun Dasar Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan
susastra-nya antara lain :

2.1 Catur Kotamaning Nrpati


Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada
jaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara
Majapahit”. Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah :
1. Jñana Wisesa Suddha, artinya raja atau pemimpin harus memiliki pengetahuan
yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia harus memahami kitab suci atau ajaran
agama (agama agëming aji).
2. Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus menunjukkan belas
kasihnya kepada rakyatnya. Raja yang mencintai rakyatnya akan dicintai pula
oleh rakyatnya. Hal ini sebagaimana perumpamaan singa (raja hutan) dan
hutan dalam Kakawin Niti Sastra I.10 berikut ini :
Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika
singa dengan hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan

3
hutan. Hutannya dirusak binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai
menjadi terang, singa yang lari bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah
ladang, diserbu dan dibinasanakan.
3. Kawiryan, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwatak pemberani dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang
dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat sebelumnya.
4.Wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwibawa terhadap
bawahan dan rakyatnya. Raja yang berwibawa akan disegani oleh rakyat dan
bawahannya.
2.2 Tri Upaya Sandhi
Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus
memiliki tiga upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya. Adapun
bagian-bagian Tri Upaya Sandi adalah :
1. Rupa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengamati wajah dari para
rakyatnya. Dengan begitu ia akan tahu apakah rakyatnya sedang dalam
kesusahan atau tidak.
2. Wangsa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui susunan
masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat menentukan pendekatan apa yang
harus digunakan.
3. Guna, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui tingkat peradaban
atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang
diperlukan oleh rakyatnya.
2.3 Asta Brata
Dalam Manawadharmasastra dijelaskan bahwa seorang pemimpin harus
menanamkan delapan sifat dewa di dalam dirinya yang disebut Asta Brata. Di
samping itu ajaran Asta Brata juga terdapat dalam Itihasa Ramayana, yaitu
pelajaran Sri Rama kepada Wibhisana pasca kekalahan Alengka dalam perang
Rama-Rahwana. Kedelapan sifat Dewa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Indra Brata
Dewa Indra adalah Raja dari para dewa, yang tinggal di Kahyangan Kaendran
dimana di sana adalah simbol kekayaan (harta), simbol kekuasaan (tahta) dan
simbol kesenangan seksual, semua bidadari tercantik ada di Kaendran (wanita).

4
Ketiga-tiganya harus dimiliki oleh seorang pemimpin besar dan rupanya hal ini
diterapkan dalam kerajaan-kerajaan Hindu di India, Jawa, dan Bali pada masa
lalu. Dengan kewibawaanlah seorang pemimpin disegani oleh lawan maupun
kawan.
Dalam Kesusasteraan Veda, Dewa Indra dipuja dalam dua aspek, yaitu sebagai
Dewa Hujan dan Dewa Perang. Hujan adalah air yang sangat diharapkan bagi
petani untuk memulai bercocok tanam, dari bercocok tanamlah petani
memperoleh makanan, tercukupinya sandang dan perumahan, inilah
kesejahteraan. Oleh sebab itu Dewa Indra adalah simbol kesejahteraan. Seorang
pemimpin harus selalu berfikir, berkata, dan berbuat untuk mengusahakan
kesejahteraan rakyatnya. Ketiga aspek Tri Kaya Parisudha dalam etika Hindu
harus diterapkan oleh pemimpin dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya.
Dewa Indra juga dipuja sebagai Dewa perang, penakluk musuh yang utama.
Dalam hal ini seorang pemimpin haruslah menjadi pelindung bagi rakyatnya, yang
mampu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi rakyat. Musuh bukan saja
pengganggu dari luar atau pemberontak, melainkan musuh dalam diri. Ini
bermakna bahwa seorang Raja haruslah mampu mengendalikan dirinya dari
musuh-musuh yang ada dalam diri (sad ripu), sehingga pemimpin menjadi teladan
bagi rakyatnya dalam hal pengendalian diri.
2. Yama Brata
Dewa Yama atau di Bali dikenal dengan nama Yamadhipati adalah Dewa yang
bertugas untuk mencabut nyawa manusia. Dalam bertugas Dewa Yama dibantu
oleh seorang pencatat segala dosa manusia, yaitu Sang Suratma. Dewa Yama juga
bertugas sebagai penghukum semua kesalahan manusia, penjaga neraka. Dalam
cerita Lubdhaka misalnya, Dewa Yama berebut dengan Dewa Siwa untuk
membawa Sang Lubdhaka ke neraka karena menganggap Lubdhaka penuh dosa,
walaupun akhirnya dibatalkan oleh Dewa Siwa karena Sang Lubdhaka adalah
pemujanya.
Dewa Yama adalah seorang pengadil yang tidak pernah pilih kasih apalagi tebang
pilih. Seorang hakim agung yang tidak pernah salah dalam mengambil keputusan.
Demikianlah sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memberikan
keadilan kepada rakyatnya. Dalam manajemen modern sifat Dewa Yama dapat

5
diterapkan dengan memberikan reward and punishment secara tepat kepada
anggota yang berjasa bagi laju organisasi dan hukuman kepada yang bersalah.
3.Surya Brata
Surya atau Matahari adalah sinar Mahaagung, daripadanya segala kehidupan
mungkin bertahan dan berkelanjutan. Surya juga dikatakan sebagai Saksi
Agung Tri Bhuwana, tidak ada satupun kejadian didunia ini yang tidak beliau
ketahui. Itulah makna mantra Surya Raditya yang menyatakan bahwa Dewa Surya
adalah saksi dari segala perbuatan manusia, baik perbuatan buruk maupuk
baik, subha dan asubha karma. Surya adalah Sinar yang paling utama di dunia,
menyinari seluruh jagadraya tanpa kecuali.
Dalam kepemimpinan Hindu, sifat Dewa Surya yang harus diteladani adalah
memberikan sinar kehidupan bagi seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Kesejahteraan
bagi seluruh rakyat adalah tugas seorang pemimpin. Sifat Dewa Surya yang lain
adalah menghisap pajak dari rakyat, tetapi rakyat tidak merasa tersakiti. Demikian
dicontohkan oleh Sinar Matahari yang menyinari/memanasi air laut, menyerap
uap air ke udara, menjadi awan, awan menjadi hujan, dan air hujan yang jatuh
dipegunungan kembali ke laut. Laut tidak merasa matahari memanasinya, semua
berlaku seperti proses alam, simbiosis mutualisme. Demikian juga semestinya
hubungan antara seorang pemimpin dengan yang dipimpin.
4.Candra Brata
Candra atau Bulan adalah Dewa yang menyinari di kala malam hari. Malam
adalah saat gelap, sisi gelap kehidupan manusia. Bulan adalah sinar, tetapi tidak
pernah memberikan rasa panas bagi yang disinari berbeda dengan Matahari.
Keduanya, antara sisi gelap dan bulan selalu berdampingan karena Bulan tidak
pernah hadir saat siang, dia selalu hadir saat malam.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa ada dua sifat bulan yang perlu
diteladani oleh seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin haruslah
memberikan penerangan di saat kesusahan menimpa rakyatnya. Dalam skup yang
lebih kecil misalnya dalam organisasi kelurahan, seorang lurah wajib mengerti
kesusahan yang menimpa staff atau warga kelurahan dan mampu memberikan
solusi bagi kesusahan mereka atau setidaknya memberikan penerangan dan
kekuatan mental kepada yang sedang tertimpa kesusahan. Di samping itu, Bulan

6
juga menyimbolkan sinar kesejukan. Seorang pemimpin harus memberikan
kesejukan bagi rakyatnya. Tutur kata dan perbuatan seorang pemimpin haruslah
menyejukkan bagi rakyatnya. Jadi, nilai etika Hindu dalam kepemimpinan Candra
Brata adalah memberikan kesejukan bagi rakyatnya, menghilangkan kesesahan
yang menimpa rakyat.
5.Bayu Brata
Bayu atau angin selalu memenuhi ruang, tidak ada satupun ruang yang tidak terisi
oleh angin. Dia memberikan kehidupan dalam wujud nafas, memenuhi ruang dan
tidak menyisakan satupun ruang yang tidak terjamah olehnya. Demikian halnya
dengan seorang pemimpin, layaknya berlaku seperti angin, yaitu mampu
membaca seluruh pikiran dan kehendak rakyat tanpa kecuali. Seorang pemimpin
haruslah memiliki kepekaan terhadap keinginan dan kehendak rakyat.
6.Kuwera Brata
Kuwera dalah Dewa kekeyaaan. Dalam hal kepemimpinan, Kuwera Brata berarti
seorang pemimpin haruslah selalu tampil elegan. Harga diri seorang pemimpin
adalah dari penampilannya. Bukan berarti seorang pemimpin harus berpenampilan
serba mewah yang justeru menimbulkan gap antara pemimpin dan yang dipimpin.
Penampilan, tata cara berpakaian adalah hal yang juga diajarkan dalam etika
Hindu yaitu berpenampilan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana
penampilan seperti itu harus hadir.
7. Baruna Brata
Baruna adalah dewa laut, laut adalah simbol keluasan tanpa batas. Laut adalah
penamping semua kekotoran yang dibawa oleh aliran sungai, tetapi laut tidak
pernah terkotori malahan mampu menyucikan semua kotoran itu. Demikianlah
pikiran seorang pemimpin, pemimpin haruslah berpikiran luas, mampu
menampung semua kesalahan-kesalahan, kejahatan-kejahatan yang dilakukan atau
ditimpakan kepada dirinya dan selanjutnya mensucikan semua kekotoran itu
sehingga semua menjadi suci. Seorang pemimpin tidak layak memvonis bahwa
rakyatnya yang berlaku tidak baik selamanya akan tidak baik, melainkan
memberikan bimbingan terus menerus kepada mereka sehingga nantinya menjadi
orang baik. Demikianlah sifat laut yang harus diteladani oleh seorang pemimpin.

7
8. Agni Brata
Agni atau api bersifat membakar. Dalam hal kepemimpinan sifat api atau agni
bermakna membakar semangat rakyat untuk maju dan menuju ke arah progresif,
ke masa depan yang lebih baik. Perilaku seorang pemimpin haruslah senantiasa
memberikan teladan-teladan kepada anggotanya agar selalu bekerja-bekerja dan
bekerja demi kemajuan organisasi yang dipimpin. Dalam manajemen modern hal
ini bisa dilakukan dengan membuat inovasi-inovasi gaya kepemimpinan, misalnya
mengadakan role play, refreshing, dan sebagainya yang pada dasarnya
melepaskan semua kejenuhan dan membangun semangat baru dan motivasi kerja
menjadi lebih baik.
2.4 Sad Warnaning Rajaniti
artinya enam sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, terdiri dari :
1. Abhigainika yaitu mampu menarik perhatian yang positif dari masyarakat,
bangsa dan negara.
2. Prajna, artinya bijaksana
3. Utsaha, artinya memiliki kreativitas yang tinggi untuk
memajukankepentingan masyarakat.
4. Atma sampad, memiliki moral yang luhur.
5. Sakya Samanta, artinya memiliki kemampuan mengontrol bawahan
sekaligus memperbaiki hal-hal yang dipandang kurang baik.
6. Aksudra Parisatha, artinya mampu memimpin sidang dan mengambil
keputusan yang bijaksana.
2.5 Sad Upaya Guna

Sad Upaya Guna adalah enam macam kepemimpinan mulia yang harus diterapkan
oleh penguasa.

1. Siddhi. Artinya seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan yang prima


dalam menjalin persahabatan.
2. Wigrha. Yang dimaksudkan adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
memisahkan permasalahan atau persoalan serta dapat mempertahankan
hubungan baik dengan lawannya.

8
3. Wibawa. Ini sudah terang benderang artinya, seorang pemimpin harus punya
kewibawaan yang tinggi. Banyak terjadi seorang pemimpin punya kewibawaan
bagus, tak pernah melakukan tindakan yang tercela.
4. Winarya. Artinya mempunyai kecakapan memimpin. Di sini menjadi bagian
yang penting, cerdas dengan ilmu pengetahuan belum tentu cakap dalam
memimpin. Memimpin membutuhkan seni kepemimpinan tak bisa berpegang
pada teori-teori yang dipelajari dari buku saja.
5. Gascarya. Pemimpin itu harus mampu menghadapi tantangan dari pihak lawan
yang bisa jadi lebih kuat. Di sini ditekankan bahwa pemimpin itu harus percaya
diri untuk mengalahkan lawan-lawannya. Tanpa ada kepercayaan pada diri
sendiri maka pemimpin itu bisa disebutkan kalah sebelum bertanding.
6. Stanha. Artinya dapat mempertahankan hubungan yang baik.

Selain itu ada beberapa syarat pemimpin yang baik.


2.6 Syarat Seorang Pemimpin Yang Baik (Dasa Raja Dharma)

1. Dana (bermurah hati) : seorang pemimpin tidak boleh terlalu terikat


dengan kekayaannya, dia memberikan pertolongan baik berupa materi
maupun non materi bahkan bersedia mengorbankan hartanya demi
kepentingan anggotanya.
2. Sila (bermoral): pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan pikiran,
ucapan, perbuatan dan hidup berperilaku sesuai dengan aturan moralitas.
3. Paricagga (berkorban) : seorang pemimpin harus rela mengorbankan
kesenangan atau kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak.
4. Ajjava (tulus hati dan bersih) : memiliki kejujuran, ketulusan sikap
maupun pikiran dan kebersihan tujuan serta cita-cita dalam
kepemimpinannya.
5. Maddava (ramah tamah dan sopan santun) : memiliki sikap ramah tamah,
simpatik dan menjaga sopan santun melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.
6. Tapa (sederhana) : membiasakan diri dalam hidup kesederhanaan dan
tidak berlebih-lebihan dalam kebutuhan hidup.
7. Akkodha (tidak berniat jahat, bermusuhan dan membenci) : memiliki sifat
pemaaf dan bersahabat, menjauhi niat jahat, permusuhan dan kebencian.

9
8. Avihimsa (tanpa kekerasan) : tidak menyakiti hati orang lain, memelihara
sikap kekeluargaan, senang pada perdamaian, menjauhi segala sikap
kekerasan dan penghancuran hidup.
9. Khanti (sabar dan rendah hati) : memiliki kesabaran pada saat mengalami
halangan dan kesulitan. Memiliki kerendahan hati pada saat menghadapi
hinaan dan celaan, sehingga menimbulkan pengertian dan kebijaksanaan
pada saat menentukan keputusan.
10. Avirodhana (tidak menimbulkan atau mencari pertentangan) : tidak
menentang dan menghalangi kehendak mereka yang dipimpinnya untuk
memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
kepemimpinannya. Ia harus hidup bersatu dengan anggota sesuai dengan
tuntutan hati nurani.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dasar kepemimpinan agama
hindu adalah :
1. Kepemimpinan dalam Hindu mengajarkan dalam Kautilya Arthasastra tentang
tujuan proses kepemimpinan sebagai berikut. “apa yang membuat Raja senang
bukanlah kesejahteraan, tetapi yang membuat rakyat sejahtera itulah kesenangan
seorang Raja”. Implikasi dari pernyataan ini bahwa tujuan dan makna kesuksesan
sebuah proses kepemimpinan adalah apabila tercipta kesejahteraan bagi seluruh
anggota organisasi, bahkan lebih luas adalah kebahagiaan dunia (sukanikang rat).
2. Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman
Majapahit. Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin.
3. Tri Upaya Sandi disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga upaya
agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya.
4. Hindu mengajarkan bahwa ada delapan sifat Dewata (Asta Brata) sebagai
simbol-simbol kepemimpinan yang harus diteladani.
5. Sad Upaya Guna adalah enam macam kepemimpinan mulia yang harus
diterapkan oleh penguasa.

3.2 Saran

Dalam makalah ini mengandung dasar-dasar kepemimpinan agama Hindu,


diharapkan bagi para pembaca agar dapat menerapkan atau mengaplikasikan
dasar-dasar kepemimpinan ini dalam kehidupan sehari-hari setelah membaca dan
memahami isi dari makalah ini.

11

Anda mungkin juga menyukai