Jurnal pembanding pertama berjudul “Perbandingan antara antigen spesifik prostat dan asam fosfatase untuk mendeteksi air mani pada penyeka vagina dari wanita yang diperkosa” yang ditulis oleh Vichan Peonim, M.D., Assistant Professor, Wisarn Worasuwannarak, M.D., Kanchana Sujirachato, Ph.D., Somsri Teerakamchai, Cert.MLP., Smith Srisont, M.D., Jitta Udnoon, M.D., Ubon Chudoung, B.Sc dan diterbitkan oleh Journal of Forensic and Legal Medicine pada tahun 2013. Hal yang melatarbelakangi ditulisnya jurnal ini ialah untuk membandingkan efektivitas tes antigen prostat spesifik (PSA) dan tes asam fosfatase (AP) untuk deteksi air mani pada sampel vagina manusia dari wanita yang mengalami kasus kejahatan seksual. Penelitian ini mengungkapkan bahwa deteksi PSA dengan uji immunokromatografi lebih baik daripada deteksi AP dengan uji enzimatik. Namun, menggabungkan tes AP-PSA lebih baik daripada tes AP tunggal atau tes PSA tunggal. Dari penelitian ini, tes PSA memiliki sensitivitas yang lebih baik dan nilai prediktif negatif, dan tes AP memiliki spesifisitas yang lebih baik dan nilai prediksi positif. Sementara tes AP memiliki hasil positif palsu dan prosedur yang rumit, tes PSA memiliki hasil positif palsu yang lebih rendah dan lebih nyaman. Secara keseluruhan, menggunakan tiga tes ini bersama-sama (AP, PSA, dan deteksi spermatozoa) direkomendasikan sebagai alat forensik untuk penyelidikan apusan vagina (vaginal swab) korban perkosaan.
4.2. Jurnal Pembanding 2
Jurnal pembanding kedua berjudul “Kekuatan dari sperma dan Pengembangan dari Waktu Sejak Hubungan Seksual dalam Kasus-Kasus Kejahatan Seksual di Ilmu Forensik Irlandia, Dublin, Irlandia” yang ditulis oleh David G. Casey, Ph.D., Katarina Domijan, Ph.D., Sarah MacNeill, B.Sc., Damien Rizet, M.Sc., Declan O’Connell, B.Sc., Jennifer Ryan, Ph.D dan diterbitkan oleh Journal of Forensic Sciences pada tahun 2016. Hal yang melatarbelakangi ditulisnya jurnal ini ialah untuk mengetahui kekuatan sperma menggunakan analisis mikroskopis konfirmatif, persistensi sperma dengan ekor, waktu sejak hubungan seksual (TSI) analisis, dan hasil dari reaksi asam fosfatase (AP) dari sekitar 5581 swab diambil dari sekitar 1450 kasus kekerasan seksual disajikan. Kumpulan data besar yang disajikan di sini memberikan ketepatan yang lebih besar dalam menetapkan harapan probabilistik selama penilaian pendahuluan, memutuskan pendekatan forensik yang bijaksana untuk pemeriksaan penyerangan kejahatan seksual dan sebagai akibatnya keyakinan yang menjadi lebih besar untuk presentasi pendapat ahli evaluatif ke pengadilan.